Maura gadis 24 tahun, gadis polos yang sangat penurut. Maura wanita yang baik dan tidak pernah macam-macam. Dia selalu mengalah sejak kecil sampai dewasa.
Memiliki Ibu tiri dan adik tiri yang dua tahun di bawahnya. Membuat Maura mendapatkan perlakuan kurang adil. Tetapi tetap dia sangat mencintai keluarganya dan tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Tapi pada suatu seketika Maura dihadapkan dengan kegelisahan hati. Banyak pernyataan yang terjadi di depannya, pengkhianatan yang telah dia terima dengan adiknya Jesslyn yang ternyata menjalin hubungan dengan calon suaminya dan bahkan calon suaminya tidak menyukainya dan hanya menikah dengannya agar bisa lebih dekat dengan adik tirinya.
Maura juga dihadapkan yang menjadi korban fitnah dari sang ibu tiri. Hal itu membuat Maura berubah dan berniat untuk membalas dendam atas pengkhianatan yang telah dia dapatkan.
Maura melakukan hal yang sama dengan merebut calon suami adiknya. Maura terikat kontrak pernikahan untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 Sedikit Canggung.
Jinan, Eyang dan Indira yang terlihat mengantarkan Maura sampai depan pintu. Maura memang baru saja bertamu ke rumah Rafa karena mengurus beberapa masalah pernikahan mereka.
"Kalau begitu aku antarkan Maura pulang dulu," ucap Rafa pamit.
"Kalian hati-hati," sahut Eyang.
"Iya Eyang," sahut Rafa.
"Pernikahan kalian Minggu depan. Jadi alangkah baiknya kalian berdua jangan bertemu. Maura sebaiknya berdiam diri di rumah dan jangan bertemu Rafa," tegas Jinan.
"Memang kenapa Mah?" tanya Rafa.
"Tidak baik, calon pasangan pengantin keseringan bertemu," jawab Jinan.
Maura hanya mengangguk dengan tersenyum tipis. Sementara ekspresi wajah Rafa sepertinya sangat keberatan dengan saran yang diberikan Jinan. Dia tampak memelas dan sulit mengatakan untuk tidak setuju.
"Kamu ketika mengantarkan Maura pulang langsung pulang ke rumah dan jangan mampir-mampir lagi. Maura hanya tinggal sendiri dan kamu jangan menggunakan kesempatan untuk nginap-nginap di sana, jangan mentang-mentang mau menikah jadi kamu bisa melakukan semua sesuka kamu. Tunggu jadi halal dulu baru melakukan hal aneh-aneh," ketus Jinan yang menasehati putranya itu dengan mulutnya yang merocos. Jinan dan Indira hanya tersenyum malu saja.
Sementara Maura tiba-tiba menjadi malu dan hanya menunduk saja.
"Mama itu terlalu berpikiran buruk Lagi pula siapa yang mau macam-macam," sahut Rafa dengan kesal.
"Setan itu ada di mana-mana dan mama mengingatkan saja," sahut Jinan.
"Sudah-sudah jangan malah ribut. Rafa sebaiknya kamu cepat antar Maura pulang. Ini sudah malam. Maura hati-hati di rumah dan jangan membuka pintu sembarangan, nggak ada apa-apa kamu langsung telepon Rafa atau ke rumah ini," sahut Eyang yang benar-benar memberikan perhatian khusus pada Maura.
"Baik Eyang," sahut Maura dengan mengangguk.
"Ayo Maura!" ajak Rafa. Maura menganggukkan kepala.
Mereka yang berpamitan akhirnya pergi. Jinan, Eyang dan Indra akhirnya masuk kedalam rumah.
*****
Maura dan Rafa yang berada di dalam mobil dan tiba-tiba mobil itu berhenti di pinggir jalan.
"Kamu mau ngapain?" tanya Maura heran dengan berhentinya mereka berdua.
"Kita beli makan sebentar," ucap Rafa.
"Kamu mau makan?" tanya Maura.
"Kita tadi tidak sempat makan dan aku lapar," jawab Rafa.
Rafa yang tidak mengatakan apa-apa lagi langsung keluar dari mobil. Sementara Maura menunggu saja. Mungkin Rafa membeli makanan dengan di bungkus.
Tidak lama Rafa kembali lagi dan memang benar Rafa membungkus makanan itu yang di masukkan ke dalam kotak makanan.
"Ini untuk kamu!" Rafa langsung memberikan pada Maura.
"Aku tidak maka," Maura menolak dan pasti karena alasannya takut dengan makanan.
Rafa menghela nafas dan membuka kotak makanan milik Maura dan Rafa yang langsung memakan makanan itu. Maura hanya melihat bagaimana Rafa melakukan hal itu.
Lalu Rafa memberikan pada Maura, "ini aman!" ucapnya.
Lagi dan lagi Rafa yang mengetes makanan terlebih dahulu sebelum dimakan Maura. Hal itu lama-lama menjadi kebiasaan Maura. Rafa seperti bahan uji coba saja.
"Ayo makan?" Rafa menaikkan alisnya dengan kotak makanan yang belum juga diambil Maura.
Dengan sedikit ragu Maura mengambil kotak makanan tersebut.
"Kamu setakut itu jika makanan itu ada racunnya?" tebak Rafa.
Maura hanya diam.
"Maura kamu tidak bisa seperti ini terus. Jika kamu hanya mengandalkan pa yang kamu masak itu yang kamu makan, kamu lama-lama akan masuk rumah sakit karena penyakit lambung. Seperti yang kamu katakan juga kamu tidak percaya dengan makanan siapapun dan siapa yang membuatnya. Kamu hanya bisa makan makanan yang disiapkan di rumah kamu udah dengan makanan tertentu dan kamu juga tidak bisa memasak," ucap Rafa.
Lama-lama dia prihatin dengan keadaan Maura yang mengalami trauma yang sangat besar.
"Jika sudah terbiasa, maka tidak akan apa-apa!" ucap Maura yang membuat Rafa menghela nafas.
"Kalau begitu makanlah. Aku sengaja memilih kita makan di mobil daripada di dalam. Di dalam terlalu ramai dan aku yakin kamu tidak akan nyaman," ucap Rafa.
"Makasih," sahut Maura.
Rafa hanya mengangguk yang memulai makan dan Maura juga ikut makan karena sudah yakin makanan itu aman.
"Bukankah tadi tante Jinan mengatakan jika kita langsung saja pulang dan tidak mampir-mampir lagi. Aku takut jika tante Jinan tahu kita masih keluyuran Di luar dia akan marah," ucap Maura.
"Aku hanya mampir untuk makan dan tidak melakukan apa-apa seperti apa yang dikatakan mama," sahut Rafa dengan santai
"Sudahlah jangan di pikirkan!" sahut Rafa. Maura menganggukkan kepala.
Setelah makan bersama akhirnya Rafa dan Maura sampai juga di kediaman Maura dengan mereka berdua yang keluar dari mobil dan Rafa yang mengantarkan Maura sampai depan pintu.
"Makasih sudah mengantarkanku," ucap Maura.
Rafa menganggukkan kepala, "jangan membuka pintu sembarangan. Kamu kabari aku jika ada sesuatu yang mencurigakan," ucap Rafa
Maura menganggukkan kepala, "kalau begitu aku masuk dulu," ucap Maura.
"Masuklah!" sahut Rafa.
Maura perlahan membalikkan tubuhnya.
"Maura tunggu!" Rafa tiba-tiba menghentikan Maura yang membuat Maura tidak jadi berbalik badan.
"Ada apa?" tanya Maura.
Rafa mendekatkan langkahnya dan tiba-tiba memegang lengan Maura.
"Satu minggu ke depan kita tidak akan bertemu. Aku berharap semuanya baik-baik saja," ucap Rafa.
Dari tatapan mata Rafa terlihat begitu berat sekali yang tidak akan bertemu dengan Maura selama satu minggu seperti sudah menunggu ribuan tahun saja. Situasi itu sedikit sangat canggung dan penuh dengan kegugupan. Entahlah jantungnya berdebar begitu kencang dan tidak tahu apa yang dia rasakan.
"Kamu mengerti?" tanya Rafa. Maura menganggukkan kepala.
"Hmmm, ya sudah kalau begitu aku masuk dulu!" ucap Maura. Rafa mengangguk. Maura tersenyum tipis dan langsung masuk.
Rafa menghela nafas yang masih terlihat sangat berat untuk tidak bertemu dengan Maura. Mungkin saja sebenarnya Rafa sangat khawatir terjadi sesuatu pada Maura.
Maura yang memasuki rumah dan menutup pintu dengan kuat, tiba-tiba memegang dada entahlah apa yang dia rasakan jantungnya berdebar dengan kencang yang tidak normal seperti biasanya
"Huhhhh, Kenapa tatapannya begitu dalam kepadaku, Aisss apa yang aku pikirkan!" Maura menggeleng-gelengkan kepala yang berusaha untuk santai.
Padahal suasana hatinya sedang penuh kebimbangan dan tidak mengerti dengan perasaannya, semakin lama dia semakin dekat dengan Rafa dan tidak tahu apa arti dari hubungan mereka berdua dan apakah benar hanya terikat kontrak saja dan belum menikah saja sudah terjalin kedekatan dengan perasaan yang aneh dan apalagi ketika mereka berdua disatukan dalam pernikahan.
**
1 Minggu menjelang pernikahan yang benar-benar tidak membuat Maura keluar rumah. Dia sangat hati-hati yang masih takut kejadian yang terjadi padanya terulang kembali.
Tetapi Rafa yang ternyata tidak lepas memperhatikan Maura, kerap kali dia sering mengirim makanan ke Maura dan pasti mengirim menelpon terlebih dahulu dan memastikan jika makanan itu memang benar-benar darinya.
Maura selalu menikmati makanan yang diberikan Rafa dan lama-lama dia bisa gemuk menjelang pernikahannya karena Rafa terus memanjakan perutnya. Maura memang sangat percaya pada Rafa.
Sama seperti sekarang ini di meja makan Maura yang makan dengan lahap menggunakan tangan.
"Benar-benar makanan ini sangat nikmat. Kira-kira berat badanku naik berapa kg ya. Huhhhh semoga saja aku tidak terlalu gemuk saat pernikahan dan itu akan membuatku menjadi jelek. Aku tidak mau menjadi pengantin yang jelek," gumam Maura dengan mulutnya yang penuh dengan makanan.
"Pengantin yang jelek. Seperti aku sudah tidak sabaran ingin menikah saja dan menjadi pengantin yang cantik. Memang untuk siapa Aku cantik," Maura tiba-tiba tersenyum geli yang tidak mengerti dengan dirinya dan jalan pikirannya sendiri.
Maura memang seperti bukan menghadapi pernikahan kontrak tetapi pernikahan yang sepertinya sungguhan karena setiap hari jantungnya semakin berdebar kencang dan lagi-lagi dia seperti mempersiapkan begitu matang yang ingin tampil sempurna di hari pernikahannya seperti impian pernikahannya.
Bersambung