Mita Diandra Putri adalah gadis berusia 19 tahun, seorang anak tunggal yang terkenal cerdas dan berprestasi. Dia juga terlahir dari orang tua yang kaya raya, namun dia terlalu larut dalam pergaulan bebas yang pada akhirnya ia terpaksa harus menikah diusia muda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mvin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Setelah menyelesaikan kegiatan mandinya, Raka keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dililit menutupi bagian bawahnya saja. Terlihat jelas otot-otot kekar yang mirip seperti roti sobek itu. Raka melihat Mita yang sedang merebahkan tubuhnya sambil memainkan telpon genggamnya. Kemudian Raka membuka lemarinya dan saat itu Mita baru tersadar jika Raka sudah selesai dari kegiatan mandinya dan pemandangan di depannya membuat ia hanya bisa menelan saliva. Rasanya sudah lama sekali ia tidak melihat pemandangan indah di depannya itu.
" Kamu kenapa Ta? Sampe mau keluar tuh mata".
" Hmm gapapa".
Mita memalingkan matanya dari pemandangan yang sebenarnya masih ingin ia nikmati.
" Kamu kangen ya".
" Ngga".
" Kalau ngga kenapa kamu lihatin mas sampe kaya gitu".
" Kaya gimana emangnya? Perasaan biasa aja".
" Ga usah malu-malu, akuin aja Ta".
" Apa sih mas Raka ini, cepet pake bajunya mas aku laper nih".
" Haha ya udah tunggu ya, nanti mas ambilkan makanannya dulu".
Raka tertawa puas karena berhasil membuat pipi Mita menjadi merah merona.
" Iya, ga pake lama".
" Siap tuan putri".
Tidak ingin terlihat gugup di depan Raka, Mita kembali memainkan telpon genggamnya dan berpura-pura sibuk mengetik pesan padahal tidak ada pesan yang masuk ke telponnya. Setelah Raka memakai pakaian, ia turun ke lantai bawah untuk mengambil makanan. Sampai di lantai bawah Raka melihat bi Sumi yang sedang menata makanan di atas nampan.
" Bibi, makanannya udah siap? ".
" Iya den sebentar lagi".
" Saya tunggu ya bi".
" Iya den, Oh ya den Raka gimana kabar neng Mita sekarang? ".
" Mita kayanya udah baikan si bi".
" Sebenarnya neng Mita sakit apa den? ".
" Mita lagi datang bulan bi, katanya dia udah biasa kaya gini. Bibi tenang aja ga usah khawatir".
" Oh begitu, syukurlah kalau ga ada yang serius bibi jadi tenang".
" Iya bi".
" Ini den Raka, sudah selesai".
" Oke, makasih ya bi saya ke atas dulu".
Bi Sumi memberikan nampan yang berisi makanan untuk makan malam Mita dan Raka. Raka pun menerima nampan berisi makanan tersebut dengan sangat hati-hati.
" Iya den Raka, kalau perlu apa-apa panggil bibi aja biar den Raka ga usah bolak balik".
" Siap bi makasih ya".
" Sama-sama den Raka".
Dengan hati-hati Raka membawa nampan berisi makan malam mereka ke kamar. Dan sampai Raka di kamar, Mita terlihat sudah memejamkan matanya.
" Padahal baru di tinggal sebentar udah tidur". Raka bergumam sendiri dan kemudian ia berniat membangunkan Mita namun Raka melihat Mita sepertinya hanya berpura-pura tidur. Raka mendekati wajah Mita lalu menghujani pipi Mita dengan ciuman dan terpaksa Mita membuka matanya karena merasa geli karena ulah Raka.
" Mas stop, berhenti".
Mita setengah berteriak pada Raka yang masih tak menghentikan aksinya. Karena Raka tak menghentikan aksinya, Mita membalas Raka dengan menggelitik leher Raka yang berhasil membuat Raka kegelian dan akhirnya menghentikan aksinya tersebut.
" Haha udah sayang, stop. Iya iya aku kalah".
Mita menghentikan aksinya dan kemudian mereka duduk saling berhadapan.
" Udah lama sekali rasanya".
" Udah lama apanya mas? ".
" Udah lama ga bercanda sama kamu. Mas kangen sama kamu Ta".
" Hmm aku laper mas. Makanannya mana?".
Saat ini Mita tidak ingin terlarut dengan keadaan jadi ia mencoba untuk mengalihkan pembicaraan yang ia sudah tahu akan kemana jadinya. Mita masih merasa kecewa pada Raka, tapi ia juga merasa bersalah dengan Raka. Harusnya ia tidak pulang dengan Rangga dan berbohong padanya karena sejujurnya, ia takut Raka akan lelah dengan sikapnya dan tiba-tiba pergi meninggalkannya.
" Oh iya, ini makanannya".
" Aku mau di suapin".
" Siap tuan putri. Nih buka mulutnya, pesawat akan datang".
" Mas aku bukan anak kecil ga usah kaya gitu".
" Kamu emang bukan anak kecil tapi kamu menggemaskan banget".
" Mas ayo dong jangan bercanda terus, aku laper".
" Iya sayang maaf ya nih buka mulutnya aaaa".
" Hmm enak, masakan bi Sumi emang ga pernah gagal".
Makan malam mereka berdua pun begitu hangat tanpa ada pertengkaran seperti biasanya. Raka sangat senang bisa melihat Mita makan dengan baik. Begitu pun dengan Mita yang merasa bahagia karena Raka selalu memperlakukannya seperti tuan putri. Dan setalah makan malam mereka memutuskan untuk beristirahat.
...*******...
Pagi ini Haura sedang bersiap untuk pergi ke kantor, Ini adalah hari pertama ia bekerja dan baginya hari ini juga merupakan hari pertama ia meninggalkan Alula dalam waktu yang lama. Ia sudah menulis beberapa list kebiasaan Alula dan makanan apa saja yang tidak boleh dimakan oleh Alula. Dan sebelum berangkat iya akan memberikan catatannya kepada baby sitter yang baru datang tadi malam tersebut. Haura sebenarnya tidak tega meninggalkan Alula bersama orang lain tapi ia tidak punya pilihan selain mempercayakan Alula pada baby sitter barunya. Tapi Haura juga merasa tenang karena baby sitter yang baru sepertinya cukup baik dan sepertinya Raka sengaja meminta baby sitter yang umurnya lebih tua agar Haura merasa tenang.
" Bu Isma, ini saya udah cacat semua jadwal Alula. Saya titip Alula ya bu".
" Iya non Haura saya pasti akan menjaga Alula dengan baik".
" Makasih ya bu, saya pamit berangkat dulu".
" Iya non hati-hati ya".
Haura keluar dari apartemen dengan langkah yang berat. Namun ia terus meyakinkan diri jika semua yang ia lakukan demi kebaikan Alula. Karena tidak ingin terjebak macet, Haura pergi ke kantor dengan ojek online. Dan tak berselang lama, sampailah ia di kantor milik Raka, namun ia bingung harus pergi kemana jadi ia memutuskan untuk duduk di lobi sambil menunggu Raka sampai ke kantor. Tiba-tiba Eko datang menghampiri Haura yang sedang memainkan ponselnya.
" Mba Haura kenapa duduk disini? ".
" Oh mas Eko, saya bingung maa harus kemana".
" Oh begitu ya, ya udah mari saya antar mba ke ruang kerja mba Haura".
" Oh begitu, ya udah deh makasih ya mas".
" Iya mba sama-sama, kita naik lift dulu".
Eko berjalan di depan Haura sambil memberi tahu beberapa pekerjaan yang harus di kerjaan pertama kalinya oleh Haura. Eko juga menjelaskan beberapa fungsi ruangan yang ada di setiap lantai.
" Mba Haura udah sarapan? ".
" Belum mas tadi saya buru-buru berangkat karena takut terlambat".
" Oh begitu, ya udah kita sarapan dulu aja mba. Kebetulan di sini juga ada kantin biar sekalian saya tunjukkin tempatnya".
" Oh boleh mas".
Eko kembali memencet tombol lift untuk menuju ke kantin yang ada di sana. Dan tak berselang lama mereka sudah sampai di kantin.
" Mba Haura mau makan apa? Biar saya yang pesankan".
" Saya mau bubur aja mas".
"Oke mba, mba Haura cari kursi dulu aja nanti saya antarkan buburnya".
" Makasih ya mas".
Haura pun mencari tempat duduk yang ada di sana, ia merasa tak percaya jika di gedung ini ternyata ada kantin yang makanannya cukup beragam. Tak lama kemudian, Eko datang dengan membawa dua mangkuk bubur untuk sarapan mereka berdua.
" Mas ko bisa si ada kantin di sini".
" Iya mba Haura, ini ide Raka. Katanya biar karyawan disini ga usah cari makan jauh-jauh".
" Oh gitu, mas Eko udah kenal lama sama Raka".
" Hmm lumayan lama".
" Mas Eko juga tahu dong istrinya Raka".
" Tahu mba, istrinya daun muda jadi mereka sering berantem".
" Maksudnya? ".
" Hah ngga mba Haura, gimana rasa buburnya enak ga? ".
Eko hampir keceplosan karena membocorkan situasi rumah tangga Raka yang sepertinya tidak berjalan baik. Tak ingin Haura berpikir yang aneh-aneh, Eko pun mengalihkan pembicaraannya.
" Iya enak mas Eko".
" Ya udah mba habisin dulu buburnya".
Haura pun kembali menyantap buburnya dengan pikiran tentang Raka yang masih bersarang di kepalanya.