Berangkat dari cinta manis di SMA, Daris dan Felicia duduk bersanding di pelaminan.
Perkawinan mereka hanya seumur jagung. Felicia merasa tertipu dengan status sosial Daris. Padahal Daris tidak pernah menipunya.
Dapatkah cinta mengalahkan kasta, sementara berbagai peristiwa menggiring mereka untuk menghapus jejak masa lalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon grandpa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jati Diri
"Kau tahu kenapa perjodohan kita dibatalkan?" tanya Fiona sambil menikmati pemandangan di puncak bukit.
Wajah Daris berubah mendung.
"Aku jadi sulit melupakan kesalahan ayahku, kesuksesan yang dicapai belasan tahun ambyar gara-gara perempuan."
"Bukan gara-gara kebangkrutan ayahmu."
Daris menoleh heran. "Terus gara-gara apa?"
"Jawabanku tidak merubah keadaan."
"Keadaan seperti apa yang kau maksud?"
Persahabatan mereka sangat lengkap, tapi banyak misteri di dalamnya.
Daris tidak tahu apakah semua diawali dengan kebohongan atas dirinya.
Kesempurnaan persahabatan menjadi cacat karena ada dusta di antara mereka.
"Keadaan di mana aku mencintai dirimu....'
"Aku sudah tahu sejak SMA."
"Juga Tiara."
Daris memandang Fiona dengan sinar mata tak percaya. Bagaimana gadis yang saban hari mengejeknya jadi suka pada dirinya?
Pasti ada kesalahan.
"Sayangnya kamu mencintai gadis lain."
Daris merasa lebih nyaman kalau mereka bertiga bersahabat, bukan lantaran ada gadis masa lalu di hatinya.
Felicia hadir kembali setelah reuni, setelah mereka jarang bertemu sehingga masa lalu menghanyutkan dirinya.
Kejadian akan lain jika mereka tidak terpisah oleh kesibukan masing-masing.
"Aku minta orang tuaku membatalkan perjodohan karena aku tidak mau Tiara kecewa."
"Tiara juga tidak mau kamu patah hati, maka itu ia banyak memberi kesempatan pada kita untuk berdua."
"Itulah cowok, ia tidak tahu kalau kesempatan yang diberikan adalah waktu untuk memilih, padahal kau tidak pernah memilihku."
"Tidak juga memilih Tiara, lalu jadi duda dalam tiga hari, dan menjadi sampah di mata kalian."
"Aku tidak pernah menganggap dirimu sampah. Dulu di saat kau terjatuh, aku bangga kau mampu bangkit dengan segera. Sekarang di saat kau jadi duda, aku kagum kau tidak sakit hati sama Felicia. Aku tidak tahu apakah karena kebodohan cintamu atau kepintaran hidupmu."
"Karena kebingungan diriku untuk memilih kalian. Kau dan Tiara adalah sahabat terbaikku dan dua-duanya mencintai diriku."
"Jangan ngegombal, kau memilih Felicia adalah jalan terbaik untuk mempertahankan persahabatan kita."
Pengakuan Fiona sangat mengejutkan Daris. Ia kira perjodohan batal karena kebangkrutan ayahnya, ternyata gara-gara Fiona tidak mau menyakiti sahabatnya.
"Aku banyak berhutang budi pada Tiara, di saat aku terpuruk karena terlibat skandal dengan calon suami Felicia, ia membantuku keluar dari keterpurukan itu. Ia juga menyelamatkan diriku dari pelecehan hater di sebuah mall."
"Lalu soal check in?"
"Sebenarnya untuk meramaikan endorse yang mulai sepi, pejabat itu omku, dan hater hampir menghancurkan karirku."
"Kau salah momen, sekarang lagi marak skandal inses."
Fiona kadang terlalu berani untuk mempertahankan popularitas, padahal netizen julid menjamur akibat campur tangan pihak ketiga.
Felicia dendam kepada Fiona, ia membangun citra negatif tentang dirinya lewat orang lain.
Padahal bukan sepenuhnya salah Fiona, calon suaminya tidak setia.
"Aku kira lokasi ini kurang strategis untuk berkemah," kata Daris. "Kita cari lokasi lain."
"Kok kurang strategis?" protes Fiona. "Pemandangan di puncak bukit sangat indah."
"Kita berkemah beberapa hari, kalian mau mandi di mana? Tidak ada air di sekitar sini."
"Masalah air gampang, aku dan Tiara sudah memesan mobil tangki untuk mengangkut dari air mata pegunungan."
Daris terpana. Mereka kelewat heboh berkemah sampai menyewa mobil tangki.
Fiona dan Tiara rupanya biasa hidup boros saking banyak uang.
"Kau juga menyiapkan kelinci dan ayam hutan untuk berburu Pak Kades?"
"Itu urusan Pak Kades."
"Kok urusan Pak Kades? Kau juga perlu memikirkan kepentingan beliau, jangan egois."
Padahal Daris mementingkan diri sendiri. Felicia sangat suka menggunakan teropong untuk melihat pemandangan sekitar.
Felicia pasti mengetahui keberadaan mereka di puncak bukit.
Mereka akan menjadi ayam penyet jika Felicia sudah bergerak.
"Kau kuatir Felicia tahu aku pergi bersamamu? Ya sudah kita cari lokasi lain."
"Aku kuatir karirmu hancur kalau ia melihat kita berdua."
"Kita tidak mungkin menang kalau melawan sendiri-sendiri. Kita harus melawan secara bersama-sama. Felicia tidak boleh dibiarkan."
Daris tidak suka melakukan perlawanan. Felicia sangat mampu untuk membangun kekuatan lebih besar.
Uang berkuasa atas segalanya, termasuk membolak-balikkan nasib mereka.
Daris lebih suka kelihatan hancur di mata perempuan itu, padahal sebenarnya sedang membangun kekuatan secara diam-diam.
"Makanya kau terima nasib jadi orang terkenal, kau bisa membangun kekuatan lewat fans untuk melawan Felicia."
"Melawan Felicia adalah bunuh diri. Ia bisa mengambil udara yang kita hirup dengan uangnya. Aku ingin bertahan dari pelampiasan dendamnya sampai ia sudi memaafkan diriku."
Daris tidak mungkin dapat mengalahkan keluarga konglomerat itu, jaringan mereka berada di setiap sendi kehidupan.
Harta dapat menjungkirkan tahta dan mengendalikan opini publik.
Uang adalah penguasa sesungguhnya.
"Roda kehidupan berputar, kau berharap saja suatu saat ia berada di bawah."
"Roda kehidupan berputar adalah omong kosong, dan aku tidak sudi berharap orang lain terjatuh, itu menunjukkan aku sama dengan mereka."
Balas dendam terbaik adalah mampu menjadikan perlakuan yang diterima untuk menjadi sosok yang semakin tangguh.
Bukan masa bodoh atas perlakuan orang lain seperti Fiona, bukan juga menerima dengan topeng takdir seperti Rido.
Menunjukkan jati diri sangat penting meski tak terlihat.
"Kau harus melupakan Felicia dengan menerima Tiara menjadi pendamping hidupmu."
"Berarti aku menyakiti dirimu."
"Aku sudah biasa tersakiti, padahal maksudku untuk menyakiti."
"Apa salah Felicia sampai kau ingin menyakitinya?"
"Aku kalah bersaing untuk mendapatkan dirimu sewaktu SMA. Aku tahu aku salah, tapi hati mana peduli."
"Sudahlah, lupakan masa lalu. Kita bangun persahabatan kita bertiga seperti masa kuliah, di atas kejujuran, di atas kesepakatan, bahwa di antara kita tidak saling mencintai, bila perlu hidup tanpa pasangan."
"Kau tidak bisa melarang Tiara untuk jatuh cinta padamu, kau sudah membuka jalan untuk itu."
"Aku tidak pernah memberi harapan pada kalian."
"Kau pikir Pak Kades mendirikan usaha kuliner buat apa?"
"Ia ingin membuka lapangan kerja agar pemuda kampung tidak lari ke kota."
"Ia juga ingin mengikatmu agar tidak lari pada perempuan lain."
"Pak Kades ngomong begitu sama kamu?"
"Mestinya kamu punya pikiran seperti itu. Siapa menurutmu yang mau memberi modal besar secara cuma-cuma?"
"Jangan berasumsi. Karakter orang kampung belum terkontaminasi, membantu adalah membantu, tanpa modus."
Daris sudah terjebak dengan asumsi sehingga rumah tangga berantakan.
Daris juga memandang kedua sahabatnya dengan asumsi, padahal mereka sudah melanggar perjanjian.
Daris kuatir mereka jatuh hati karena fisik, lalu apa bedanya dengan Felicia? Ia jatuh cinta karena status!
"Aku minta lupakan cinta di antara kita bertiga, selain cinta pada sahabat. Aku lebih suka hidup tanpa ikatan dengan kalian, ketimbang mengangkat salah satu jadi istri."
"Kau ingin status kita ditingkatkan jadi FWB?" Fiona tercengang. Kemudian ia meraba kening Daris. "Normal."