🌹Alan Praja Diwangsa & Inanti Faradiya🌹
Ini hanya sepenggal cerita tentang gadis miskin yang diperkosa seorang pengusaha kaya, menjadi istrinya namun tidak dianggap. Bahkan, anaknya yang ada dalam kandungannya tidak diinginkan.
Inanti tersiksa dengan sikap Alan, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bingung
🌹VOTE🌹
"Bang, kapan ke Depok?"
Alan diam saat mendengar pertanyaan Madelle dari telpon.
"Bang?! Kamu gak lagi diculik kan?"
"Gatau, Ma. Liat sikon aja."
"Dari dulu liat sikon, pas dulu dulu juga gitu. Nah, selain ksalahan kamu yang itu, tidak mengunjungi orangtua salah satu dosa. Durhaka kamu, Bang."
"Iya, Ma."
"Iya apa?"
"Emang ada pa sih di Depok?"
"Make nanya, ya ada Mama, ada Papa, adek adek kamu juga lagi libur."
"Males."
"Ih, tuman!"
"Mama kan tau Alan lagi ngapain."
"Tidur?"
"Ih, siapa yang tidur? Lagi jalan jalan di Jakarta."
"Bang, jangan bilang kamu lagi cari cabe-cabean, insaf, Bang. Insaf! Inanti aja belum ketemu, mau jajan diluar!"
"Apasih ih! Siapa yang nyari cabe? Udah ah, Alan tutup ya, Ma? Assalamualaikum."
Setelah Madelle mengucapkan salam, Alan segera menutup telpon.
Malam malam dia tidak bisa memejamkan mata, apalagi di kamar dimana dia pernah tidur bersama Inanti. Rasanya menghantui, Alan selalu dibuat terjaga di sana.
Dia melangkah menelusuri trotoar jalan, hanya ada kegelapan dan cahaya remang remang.
Alan terus melangkah sampai dia berhenti di depan sebuab klab malam. Tempat dulu dirinya sering melepaskan penat dan mendapatkan kesenangan duniawi.
Di sinilah bermulanya Alan tidak sadar menuju hotel hingga dia menyeret Inanti tanpa sadar, dan memaksa perempuan polos itu memenuhi nafsunya.
"Al?"
Alan menengok pada mobil yang berhenti di pinggir jalan.
"Al? Lu mau masuk? Bareng oy, tunggu gue."
"Gue gak mau masuk," ucap Alan berbalik hendak menuju hotel.
Rizki buru buru keluar, dia menghentikan Alan dengan menghadangnya. "Oke, gue rasa kita perlu ngomong."
Alan tanpa berucap lagi melangkah, membuat Rizki mengikutinya dari samping.
"Al, gue minta maaf."
Alan tidak menghiraukan, ternyata begini rasanya di posisi Inanti yang enggan berbicara apa pun.
"Gue gak niat buat bela Vanesa dulu, cuma ya gak masuk akal banget lu jeblosin dia tanpa denger apa pun dari dia."
"Bukannya lu mau ke klab?"
Rizki tertawa hambar. "Al, gue butuh duit. Perusahaan gua mau bangkrut."
'******,' ucap Alan dalam hati.
"Gue bakal bantu cari bini lu."
Seketika langkah Alan terhenti.
Membuat Rizki mengangkat tangannya. "Sorry, gue gak bermaksud. Tapi gue tau dari Andria. Lu tau gue pinter nge-Hack, gue bisa banti lu."
Alan menghentikan langkah, dia tahu betul kemampuan Rizki yang bisa membobol keamanan kepolisian.
"Gue janji, gue bakal nemuin bini lu, dalam waktu lima hari."
"Empat hari," ucap Alan meninggalkan Rizki yang melompat kegirangan.
🌹🌹🌹
"Nan, kok lu di sini sih?"
"Pak, kita harus ke mesjid," ucap supir Judi mengingatkan.
"Lu tinggal di sini, Nan?"
"Iya."
"Jangan kemana mana, nanti gue ke sini lagi."
"Pak…"
"Iya, saya tau. Berisik banget kayak nyamuk," ucap Judi kemudian memberikan senyuman manis pada Inanti. "Tunggu gue di sini ya, plis jangan ke mana mana. Bentaran doang ke pengajian."
Inanti hanya mengangguk melihat kepergia Judi. Dia buru buru ke dalam dan mengelus dadanya yang berdetak kencang, entah kenapa ada perasaan tidak enak saat dia melihat Judi.
Mendengar Nadia kembali menangis, Inanti membuka kerudungnya lagi dan berbaring sambil menyalakan tv.
"Lapar ya?"
Inanti menyalakan tv supaya pikirannya tida berkecimpung sendirian. Tapi kenyataannya dia tetap memikirkan Judi yang menemukan, atau hanya karena kebetulan. Entah kenapa itu perasaan tidak enak.
Apalagi mengingat perkataan Judi yang bilang akan datang lagi. Membuat Inanti segera mematikan lampu, menurunkan volume tv dan berdiam diri saat pengajian selesai.
Jantung Inanti semakin berdetak kencang saat terdengar ketukan pintu.
"Assalamualaikum, Nan?"
Inanti diam memeluk Nadia yang tertidur.
"Assalamualaikum. Inanti?"
Inanti tetap pada pendiriannya. Lagipula tidak bagus seorang pria bertamu malam malam ke rumah wanita yang sudah memiliki anak, dan setahu warga di sini dirinya memiliki suami.
"Assalamualaikum. Nan? Dosa lu gak jawab salam."
"Waalaikumsalam," ucap Inanti tanpa suara.
"Yaudah deh kalau lu tidur. Gue gantungi sotonya di pintu ya. Masih anget loh ini, dari pengajian. Oh ya, besok gue ke sini ya, sediain makanan ya. Nan? Denger gak?"
'Mau apa dia main?' Tanya Inanti dalam hati.
"Yaudah, pergi ya. Besok mau ke sini lagi, awas aja kalau pura pura tidur lagi. Wong tadi liat pas lu matiin lampu."
Inanti tetap diam.
"Assalamualaikum, berangkat ya. Jangan lupa besok Abang Ganteng ini ke sini lagi, oke?"
🌹🌹🌹
Tbc.