Istri Idaman Para Suami

Pada pagi hari, Heriani bangun pagi-pagi sekali menyiapkan sarapan untuk mereka dan setelah sarapan langsung bergegas pergi bersama dengan suaminya ke peternakan.

Sebab, perempuan itu sudah memiliki janji dengan beberapa orang sehingga dia tidak boleh terlalu santai di pagi hari itu.

"Biasanya kau tidak secepat ini ke peternakan. Apakah ada sesuatu?" Tanya suaminya sembari menatap istrinya yang melangkah di sampingnya.

"Hm, orang-orang yang akan bekerja hari ini akan datang Jadi aku harus mengurus sesuatu dulu sebelum bertemu dengan mereka," ucap heriyani.

"Ahh," Dito hanya menganggukkan kepalanya, Sebab Dia tidak mengerti dengan rencana perempuan itu, karena istrinya belum mengatakan apa-apa padanya.

Beberapa orang yang sedang bekerja di peternakan yang melihat kedua orang itu berjalan ke arah gedung utama pun saling berbisik-bisik satu sama lain.

"Aku tidak menyukai istri Pak Dito, lihat sekarang, kita diturunkan dari jabatan kita dan sekarang harus berada di sini membersihkan kotoran-kotoran sapi ini?!!" Kesal salah seorang perempuan yang saat itu sedang memegang selang.

"Hah,, lihat saja, paling besok kita akan dikembalikan ke posisi kita semula karena peternakan ini tidak akan bisa berjalan jika tidak ada yang mengurus segala urusan administrasi!!! Memangnya satu orang itu bisa melakukan semua tugas kita sendirian?"

"Benar!! Kita hanya perlu melihat, dan tunggu peternakan ini hancur Jika dia terus berkeras kepala!!! Padahal tidak punya posisi apapun selain istri dari Pak Dito, tapi malah datang memgacau di tempat ini!!!"

Semua orang terus mengeluh tentang Apa yang dilakukan oleh heriyani.

Hal itu membuat pekerjaan menjadi lebih lambat tetapi heryani tidak memperdulikannya dan perempuan itu hanya fokus pada urusannya sendiri.

Perempuan itu kini duduk di depan sebuah komputer, dia menginstal sebuah program yang baru saja ia ciptakan untuk peternakan Itu demi mempermudah segala urusan administrasi dan keuangan.

"Aku akan pergi mengecek semua pekerja, kalau kau butuh apa-apa, jangan lupa menghubungiku," ucap Dito saat ia melihat istrinya sudah fokus di depan komputer.

Heriyani mengganggukan kepalanya dengan pelan, " Baiklah, Jangan lupa untuk memperhatikan semua orang-orang yang kita turunkan jabatannya, jika mereka bekerja bersungut-sungut maka jangan sungkan untuk memecat mereka." Ucap herian yang mana saat ia berjalan bersama suaminya ke peternakan, dia bisa mendengar gosip-gosip semua orang di belakang mereka.

Sudah baik masalah itu tidak dibawa ke kantor polisi, dan sekarang malah penuh ke lukisan saat mereka masih diberi kesempatan untuk tetap bekerja di peternakan.

"Baiklah," jawab Dito meski dalam hatinya pria itu tentunya tidak tega untuk memecat setiap orang yang ada di sana, sebab dia tahu bahwa semua yang bekerja di sana hanya menggantungkan hidup mereka pada peternakan tersebut.

Maka pria itu pun pergi meninggalkan istrinya dan ketika dia tiba di kandang peternakan sapi, pria itu mengerutkan keningnya Saat semua orang langsung mengerumuninya.

"Ada apa?" Tanya Dito yang kebingungan dengan orang-orang itu.

"Begini,, kami semua sudah sepakat, Kalau kami tidak dikembalikan ke jabatan kami, maka kami semua tidak akan datang lagi untuk bekerja!!!"

"Benar!!! Kami tidak bisa diterima diperlakukan seperti ini, saya di sini sudah bekerja selama 25 tahun, 25 tahun itu waktu yang tidak sedikit, Jadi Saya tidak terima kalau saya diperlakukan seperti ini!!!"

"Iya betul! Semua orang yang ada di peternakan ini juga setuju, mereka akan membantu kami dengan tidak ikut bekerja kalau posisi kami tidak dikembalikan seperti semula!!!"

Semua orang yang ada di sana mengeluarkan opininya, bahkan ada lebih banyak orang yang datang berkumpul di situ dan mendesak Dito untuk mengembalikan posisi mereka semua atau semua orang akan mogok bekerja.

Apalagi, semua orang yang tidak diturunkan posisinya juga ikut mendukung orang-orang yang diturunkan posisinya karena mereka semua yang bekerja di tempat itu pada umumnya memiliki ikatan keluarga satu sama lain, sehingga hal itu membuat Dito merasa pusing menghadapi semua orang.