Lahir dalam keluarga yang miskin, Artian Morph harus menelan pahitnya hidup ketika orang tuanya meninggalkan dirinya sendiri.
Pada saat dia berpikir bahwa dirinya sangat bahagia karena pacarnya berada di sisinya, semuanya hancur setelah dia mengerahkan sisa tabungan yang orang tuanya tinggalkan untuknya.
Ketika kehidupannya terjerumus dalam neraka kesedihan, orang orang mulai mencemoohnya, diperlakukan dengan kasar tanpa ada satupun yang menolongnya.
"Ahaha, apakah kematian benar benar sangat merindukanku?"
Ketika dia menyerah pada hidupnya, berniat untuk melompat dan bunuh diri dari sebuah jembatan yang sepi.
Suara yang tak manusiawi layaknya suara dari kecerdasan buatan terdengar di udara yang kosong.
«Sistem Di Aktifkan»
Roda takdir kini kembali berputar, mereka yang diatas harus segera terjatuh dan yang dibawah akan mulai merangkak untuk mendapatkan posisi yang diatas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RyzzNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35: Asosiasi
Kini tiba saatnya bagi Artian untuk bertemu dengan kepala asosiasi pembunuh yang bergerak di dunia bawah.
Artian tidak mengerti, tapi saat ini dia berada di sebuah mall yang sama terkenalnya dengan Empyrean Plaza.
Jika Empyrean Plaza terkenal karena layanan mereka yang dikhususkan untuk para elit, maka pusat perbelanjaan yang Artian datangi saat ini lebih digunakan untuk masyarakat publik tanpa terkecuali.
Sekarang, apa yang menjadi alasan untuk pergi ke tempat ini?
Artian mengikuti seorang pemandu yang dikirim untuknya. Keduanya berjalan kemudian menuju ke sebuah lift kamar.
“Apa kita akan naik?“
Artian bertanya, dia merasa agak kosong karena suasana yang hening dan canggung.
Pemandunya adalah seorang wanita dengan pakaian serba hitam dan kacamata hitam.
“Tidak tuan, kita akan turun.“
“…….“
Artian merenung.
Dia berpikir bahwa mereka mungkin akan naik ke lantai keatas, tapi secara tidak terduga, pemandunya mengatakan padanya untuk turun kebawah.
Lalu seakan menegaskan ucapannya, pemandu itu menekan tombol lift yang mengarahkan kelantai bagian bawah.
Dia menulis nomor dengan tanda minus.
'Apakah itu maksudnya?'
Pusat perbelanjaan yang terlihat damai ini nampaknya tidak sesederhana kelihatannya dan Artian tentu saja menyadari hal itu.
Apa yang menantinya dibawah sudah jelas adalah sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia lihat diatas.
Pintu lift terbuka dan segera memperlihatkan sebuah ruangan yang mirip dengan pusat perbelanjaan diatas namun memiliki suasana yang berbeda.
Berbagai pria dan wanita yang menyembunyikan identitas nya terlihat di dalam ruangan itu, ada juga beberapa toko yang langsung terlihat dan menjual aneka barang barang illegal.
'Jadi disinilah tempat mereka berkumpul.'
Wajah Artian mengeras dan melanjutkan.
'Para pembunuh itu.'
Dunia bawah, tentunya mereka memiliki alasan mereka sendiri untuk tetap mempertahankan posisi mereka yang tersembunyi.
Sebuah pusat perbelanjaan publik yang penuh dengan masyarakat, tempat yang seharusnya menjadi yang tidak paling aman untuk membangun markas.
Tapi mereka menggunakannya, memanfaatkan masyarakat publik untuk menutupi markas mereka yang berada di bawah tanah, membuatnya seakan-akan pusat perbelanjaan itu hanyalah sebuah tempat berbelanja biasa saja.
Artian tidak bisa berdecak dengan kagum, bagaimana pun, orang yang membangun tempat ini adalah seorang yang sangat cerdas dan licik.
Orang itu juga akan menjadi orang yang akan bertemu dengan Artian hari ini. Pemimpin dari asosiasi itu sendiri.
“Kemari tuan.“
Suara pemandu itu terdengar ketika dia mulai meminta Artian untuk mengikutinya lagi. Artian hanya menganggukkan kepalanya dan mulai mengikuti wanita itu.
Setelah berjalan beberapa saat, mereka sampai pada sebuah koridor yang hanya memiliki satu jalur kedepan yang menghubungkan ke sebuah ruangan.
Pintu yang terbuat dengan bahan yang tebal dan memiliki design yang elegan, itu sudah pasti adalah ruangan dari kepala asosiasi pembunuh.
—Ketokk..! Ketuk..! Ketuk..!
Wanita itu kemudian mengetuk pintu itu dengan cara yang terlihat sangat elegan dan tenang.
Suara menyusul dari dalam ruangan itu.
“Ada apa?“
“Saya membawa tuan Artian.“
“Bagus, kamu bisa pergi…., dan tuan Artian, masuklah, pintunya tidak dikunci.“
“…….“
Artian tidak mengatakan sepatah kata apapun, dia hanya mendorong pintu itu dan segera terbuka memperlihatkan sebuah ruangan dengan suasana yang begitu elegan dan istimewa.
Di tengahnya, seorang pria terlihat sedang memandangi sebuah dokumen dengan raut wajah yang tenang.
“Selamat datang, aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu.“
Pria itu berdiri dengan cepat, mengabaikan dokumen yang menumpuk, tersenyum kepada Artian dengan emosi yang rumit.
“Aku disebut Wathan Fierce, pemimpin dari asosiasi pembunuh ini.“
Senyuman melekat diwajahnya, sebuah senyuman aneh yang membuat Artian sedikit merasa tidak nyaman.
“Yah kamu pasti sudah tahu tentangku karena memanggilku ke sini, aku akan melewatkan basa basinya. Ada urusan apa tuan Wathan memanggilku kesini?“
Artian berhenti sejenak kemudian menambahkan kembali dengan nada suara yang agak tajam.
“Jika itu berhubungan tentang ketiga pembunuh yang menjadi bawahan ku, kamu tidak perlu khawatir, kamu bisa membawa mereka kembali.“
Lagipula, sedari awal, mereka tidak pernah ingin menjadi bawahan Artian. Mereka datang hanya untuk belajar tentang menikmati hidup, jadi tidak ada masalah jika mereka kembali ke tempat ini.
Mungkin mereka akan memiliki beberapa informasi yang terkait tentang Hazel dan Artian sendiri dan bisa menggunakannya untuk banyak hal.
Namun, Artian sama sekali tidak masalah dengan hal itu.
Tapi saat itu juga….
“Hmm? Ah tidak, aku tidak akan mengatakan apapun tentang mereka, lagipula itu adalah keputusan mereka sendiri sebagai pembunuh bayaran yang bebas dari faksi faksi lainnya.“
Bukan?
Artian berpikir alasan panggilannya adalah karena ketiga pembunuh itu. Tapi sepertinya dia salah, Artian mulai merenungkan, apa sebenarnya yang pria di depannya ini inginkan.
Karena sulit untuk menebak, maka bertanya secara langsung adalah satu satunya cara.
“Jadi, apa yang kamu inginkan?“
Pria di depannya itu kembali tersenyum hingga membuat ketidaknyamanan Artian semakin menjadi-jadi.
'Ada yang salah dengan senyumannya….'
Artian tahu ada yang salah, tapi dia kesulitan untuk mengetahui apa yang salah. Tentu saja hanya karena hal kecil seperti itu, bukan berarti Artian akan kehilangan ketenangannya.
“Pertama-tama, mari kita melihat-lihat beberapa hal di tempat ini, aku akan memandu mu secara langsung.“
“……Baiklah.“
Terlepas dari apapun tujuan pria itu, Artian sama sekali tidak memiliki pemikiran apapun untuk mundur.
Dia memegang teguh apa yang telah dia katakan pada dirinya sendiri. Masalah apapun yang mendatanginya, dia akan menerima mereka semua tanpa beralasan.
Setelah itu Artian mengikuti Wathan yang berjalan di depannya. Beberapa pembunuh menatap Wathan dengan suatu tatapan yang aneh dan beberapa hanya memperlihatkan ekspresi yang acuh tak acuh.
Setelah beberapa saat, Artian tiba pada suatu tempat dengan bimbingan dari Wathan.
Sebuah ruangan aneh yang penuh dengan sesuatu yang sulit dijelaskan. Disana, anak anak kecil terlihat sedang belajar dan di beberapa tempat berlatih.
“Mereka semua adalah calon pembunuh yang dilatih langsung oleh asosiasi,” Wathan menjelaskan.
“Karena menerima orang luar sebagai pembunuh, biasanya akan memiliki resiko pengkhianatan, karena itulah asosiasi mempertahankan hubungan dengan pembunuh di luar sana, dengan cara membiarkan pembunuh datang ke sini untuk menjual jasa mereka sendiri dan menerima pelanggan mereka,”
“Lalu, untuk urusan permasalahan yang lebih pribadi. Pembunuh yang dilatih langsung oleh asosiasi dari kecil akan turun tangan. Karena mereka sudah dilatih dari kecil, kemungkinan berkhianat juga akan tidak ada, ah tentu saja ada meski hanya sedikit.“
Artian memasang wajah yang gelap.
Tatapannya tertuju pada anak anak yang terlihat melakukan apapun yang diperintahkan oleh instruktur yang mengajar mereka.
Anak anak itu, mereka semua kehilangan emosi mereka. Dan itu adalah hal yang sangat wajib bagi para pembunuh untuk membunuh emosi mereka sendiri.
Barulah Artian menyadari mengapa dia merasa tidak enak dengan senyuman dari Wathan.
'Dia adalah bajingan psikopat.“
***
semangat 🥳🥳🥳