Ryo Seorang Idola Boy Band yang merupakan pewaris utama Rumah sakit terbesar di negara yang sedang menikmati masa puncak karirnya sebagai Idola. Ia yang dikagumi kaum hawa bak seorang pangeran pujaan selalu bermain dengan gadis manapun yang mau menyodorkan tubuhnya untuk ia nikmati.
Ciuman dengan seorang gadis biasa yang ia temui saat menari balet, membuatnya merasakan hal yang berbeda. Menemukan adanya seorang gadis yang tak mengidolakan bahkan membencinya, membuat Ryo seakan tertantang.
Penasaran dengan gadis yang menolaknya membuat Ryo justru larut dalam perasaan yang membuatnya merasakan namanya kerinduan.
Namun dihati sang gadis, justru terpatri nama Bams yang merupakan sahabat Ryo. Bams yang justru tak menyadari perasaan sang gadis justru hanya merasa kasihan pada gadis malang itu.
Novel vol.1 telah tamat. Sekarang berlanjut pada vol.2 dimana banyak terungkap hal mengejutkan!
Menguji kembali cara Ryo, Aira, Bams & Kiky mencintai pasangan mereka masing masing
CARAKU MENCINTAIM
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafila Asda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bekerja Untuk ku
Bams hanya menanggapinya dengan ekspresi lega.
“aku hidup dalam kekurangan, miskin, dan berusaha memenuhi kebutuhanku dengan mengais kerjaan apapun” jelasnya berat
“barusan aku dari salah satu apartemen di gedung itu. aku kerja sebagai ...” Aira memejamkan matanya untuk menyebutnya
“pembantu panggilan” lanjutnya dengan menutup matanya
Bams menatapnya dengan tersenyum kecil, ada kelegaan dalam hati Bams seketika. Ia takut Aira melakukan hal yang negatif hanya untuk melunasi utang dengannya.
Syukurlah Ai.. Benak Bams
Bams senang Aira terbuka dengannya. Meski terlihat begitu berat, tapi Aira mampu mengatakan itu padanya. berarti hal itu bisa membantunya, paling tidak untuk meringankan beban yang ingin ia ungkapkan. Aira membuka mata dan menatap Bams yang justru menatap bangga. Bukan dengan tatapan kasihan. Ada tatapan teduh di mata Bams saat itu.
“aku senang!” jawab Bams dengan senyuman kecil
Aira kaget dengan jawaban Bams.
“aku senang kamu cerita seperti ini ke aku, aku heran kenapa waktu itu kamu seperti itu menerima bantuan ku. Ternyata.. “ Bams tersenyum mengerti.
“apapun pekerjaan yang kamu lakukan, semasih itu hal positif, kamu gak perlu malu cerita ke aku Ai” jelas Bams
“karena aku juga seperti itu dulu, aku kerja apapun selain hal hal yang buruk” jelas Bams
“kamu punya teman sekarang Ai.. aku!” jawabnya menarik tangan Aira
Aaahhhhh .. Bams! Benak Aira terenyuh
Aira merasa melayang mendengar kata kata Bams barusan. Seandainya dia bukan Aira, ia berharap akan memiliki tempat di hati Bams. Ia pun hanya tersenyum.
“apapun masalah kamu, kamu bisa cerita ke aku, gak usah takut atau malu, kita manusia sangat wajar ketika memiliki kekurangan” jelasnya lagi
“kei’?” Bams memberi semangat ke Aira.
Aira tersenyum lega. Ternyata menceritakannya bukanlah hal yang sulit, meski suhu badan menjadi naik beberapa derajat karena gugup dan rasa cemas.
“aku pulang dulu” ucapnya senang memandang Bams yang juga tersenyum lega.
Aira berjalan sendiri di lorong gelap itu. namun ia merasa bersama seseorang saat itu, karena hatinya yang dipenuhi senyuman lega Bams saat mengetahui dirinya.
“wahh.. beruntungnya Kiky yang mendapat senyum itu setiap saat” ucapnya lirih tersenyum cemburu.
Malam itu Aira memejamkan mata dengan senang. Ia merasa tidak takut dan malu lagi jika Bams mengetahui semua tentang dia. Karena Bams bukan orang yang akan menghinanya.
“sadar Aira..!” ucapnya sendiri. Berusaha menyadarkan pikiran yang memikirkan Bams malam itu.
Sama seperti Aira. Bams merasa aneh dengan dirinya sendiri akhir akhir ini. Kenapa ia merasa tidak nyaman ketika Aira menghindar? Kenapa ia merasa lega ketika tadi Aira terbuka? Bams mulai merasakan ada yang berbeda dengannya.
***
Pagi itu Bams bergegas menemui Aira. Ia ingin tahu apakah Aira akan akan menghindar atau tidak. Tapi saat bertemu, Aira terlihat biasa saja. Bams pun merasa lega.
Bams duduk sendiri di ruang latihan. Ia menatap kosong karena larut dengan pikirannya sendiri. Selama ini Bams tidak pernah memikirkan bagaimana ia harus bersikap untuk Kiky, tapi untuk Aira, ia seakan sangat menjaga sikapnya. Seolah takut gadis itu akan tersinggung, takut ia akan menghindar, takut tidak akan berteman lagi.
“dueerrrr!!!” Suara botol dijatuhkan di depan Bams
Ryo datang dan mengejutkannya. Jordi dan arya tersenyum melihat kelakuan mereka berdua.
“Lo mau bunuh gue ya?” tanya Bams dengan detak jantung yang kini tak beraturan.
“lo mikir apa sih? Mikir tadi malam?” bisik Ryo yang mengangkat alisnya. Ryo tahu rutinitas Bams yang berada ditempat kini setiap minggu malam.
“lo mau tahu apa penasaran mau tau?” tanya Bams malah mengangkat kedua alisnya dengan bangga.
Wajah Ryo berubah kesal karena merasa kalah ingin mengerjai sohibnya itu.
Aira memasuki ruangan itu tanpa melirik Bams yang bersama Ryo. Ia mulai mempersiapkan keperluan mereka. Bams terus memandang Aira yang sibuk sendiri. Hari ini Aira seakan jarang melihat ke arahnya. Ia lebih sering menunduk. Bams merasakan perubahan itu.
Sebenarnya bukan Aira ingin menghindari Bams, tapi akhir akhir ini ia terlalu senang dengan sikap Bams padanya. ia takut perasaannya sebagai Fans berubah menjadi benih benih berbeda dalam hatinya.
“Ai!” panggil Soraya
Aira meninggalkan ruangan itu tanpa melihat ke arah Bams yang sambil memperhatikan.
‘kamu bawa bekal apa?’ pesan Bams tertihat di layar ponselnya
Aira tidak berani membuka. Hanya melihat sejenak. Hari ini menu bekalnya sangat sederhana. Berusaha mengirit pengeluaran seirit mungkin. Agar ia bisa melunasi uang yang Bams kirim ke Aina.
Aira makan siang seperti biasa. Bams datang tiba tiba. Ia tahu Aira tidak terlihat saat makan siang pasti sedang berada disana.
Ia duduk tanpa bicara pada Aira. Ia melihat menu makan Aira kembali seperti dulu.
“Perhatiin gizimu ai” ucap Bams menatap Aira beda hari ini.
Aira tersenyum kecut saat mendengar kata kata Bams.
“aku khawatir! Bukan menghina!” tatapnya lagi
Kini mata mereka bertemu. Aira berhenti mengunyah makannya sejenak saat menatap Bams. Ia kembali melihat tempat bekal dan tidak menjawab Bams
Bams, tatapan kamu kenapa hari ini? Benaknya yang menyadari tatapan Bams yang terasa berbeda padanya.
“kamu gak bawa HP?” tanyanya lagi
“bawa” ucap Aira dengan mulut penuh.
Bams kembali melihat kotak makan Aira sejenak. Namun tanpa suara ia pergi begitu saja.
Dia kenapa ya? Benak Aira lagi melihat Bams yang seperti singa yang kehilangan selera makan. Ia terlihat lelah, tapi tidak lelah.
Saat menuruni tangga Bams berhenti sejenak. ia kembali berpikir. Untuk apa ia kesana. Apa yang sebenarnya ingin ia konfirmasi? Bams menghela nafas. Ia hanya berdiri disana sendiri. Entah ia menunggu Aira atau apa, ia sendiri tidak tahu. Ada apa dengannya? Hanya itu yang terus berada di pikirannya.
Aira menyelesaikan makan dengan penuh pertanyaan. Bams terlihat beda hari ini. Apa mungkin karena kejadian tadi malam? Mungkin Bams merasa tidak nyaman lagi disebut teman? Atau mungkin ..? pikiran Aira bercampur baur. Ia benar benar bingung dengan sikap Bams barusan.
Aira turun dari tangga atas. Saat sampai pada tangga kedua. Ia melihat Bams yang bersandar berdiri disana. Bergegas Aira mendekat.
“kamu kenapa B?” tanyanya cemas
“ada yang ingin aku omongin sama kamu” jawabnya tanpa melihat Aira. Matanya masih menerawang
Aira menunggu Bams melanjutkan kata katanya.
“Cuma.. aku gak tahu ngomongnya kaya gimana” lanjut Bams setelah lama diam. Ia masih tidak menatap Aira, pandangannya masih saja menerawang seperti memikirkan sesuatu yang berat.
“B...?” panggil Aira lagi setelah Bams kembali melamun
Bams menarik nafas panjang. Ia melihat ke arah Aira. Mengambil nafas dan ,...
“Berenti kerja di gedung itu!” katanya tiba tiba.
Bams awalnya ingin bicara tentang kenapa dengannya akhir akhir ini. Tapi ia tidak bisa mengatakannya. Akhirnya ia berdalih meminta Aira berhenti kerja di gedung itu.
“heh?” Aira heran mendengar omongan Bams yang tiba tiba
“jangan kerja disana...!” pintanya lagi
“kalau kamu memang perlu kerja, dan kerjaannya membersihkan apartemen seperti itu, kamu bisa kerja di tempatku, aku biasanya juga pakai jasa kaya gitu buat bersiin tempatku” dalihnya
Aira menatap Bams dan sesaat ia ragu. Tapi ia mengerti maksud baik Bams padanya. Dia terdiam.
“lihat..! kamu diem kan jadinya!” Bams menunduk merasa bersalah. Sesaat ia melirik ke arah Aira untuk melihat reaksi Aira atas permintaan yang tidak terpikir olehnya.
“hemmm...?” Aira seperti berpikir
“gak usah dipikir ai.. iya aja ya?” paksanya dengan senyuman menggoda
“kamu biasanya bayar berapa?” tanya Aira lagi
“kamu minta berapa?” Bams tanya balik
“Aku bisanya akhir pekan, atau pas disini gak banyak kerjaan, atau mungkin pas kondisinya mengharuskan aku datang” jelasnya
“tapi biasanya mereka bayar langsung kalau aku selesai” lanjut Aira
“Deal!” katanya tiba tiba
“hei.. kita belum nego harga..” Aira meliriknya
“harga terserah kamu..” Bams menggoda
Aira terdiam, seolah Bams sengaja melakukan itu untuknya
“aku biasanya kasih lima ratus” jawab Bams
“Banyak banget?” Aira kaget mendengar bayarannya sangat mahal
“soalnya sama uang tutup mulut neng!” Bams mencolek hidungnya
“ooo... kirain bayaran bersih bersihnya aja”
“aku berani bayar banyak sama mereka, Cuma mereka gak boleh cerita apapun tentang isi dan bagaimana apartemen ku” jelas Bams pura pura
“kalau tau kamu kerja itu, dari dulu mending kamu yang ku minta...” senyumnya lagi
“hhmm... boleh deh kalo gitu.. aku ambil!” jawabnya tersenyum senang
“kapan mulainya?” tanya Bams
“hari ini kata Nona Soraya aku gak piket, bisa sore ini kok!” jawabnya lagi
“heh?” Bams kaget mendengar ucapan Aira. Bagaimana tidak, apartemennya sangat bersih saat ini, karena ia memang memiliki pembantu untuk mengurusnya.
“besok malam gimana? soalnya aku latihannya nyampe malam mungkin” Bams berbohong
“hemmm.. OK!” Aira mengiyakan.
“Deal!” ucap Bams ceria lagi
Mereka tersenyum bersama dengan kesepakatan itu. Bams merasa lega dengan hal itu. paling tidak Aira tidak akan ketemu Kiky disana, atau menemukan dirinya disana.