NovelToon NovelToon
Ketika Salju Turun

Ketika Salju Turun

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / One Night Stand / Anak Genius / Anak Kembar
Popularitas:43.8k
Nilai: 5
Nama Author: hermawati

Lahir, dan besar, di negara yang terkenal karena budaya tolong menolong terhadap sesama, tanpa sengaja Reina menolong seseorang yang sedang terluka, tepat ketika salju tengah turun, saat dirinya berkunjung ke negara asal ayah kandungnya.

Perbuatan baik, yang nantinya mungkin akan Reina sesali, atau mungkin justru disyukuri.


Karyaku yang kesekian kalinya, Jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembicaraan Rahasia.

Musim berganti, salju mulai turun, sehari dua hari si kembar senang, karena bisa bermain salju, dan membuat berbagai bentuk, dengan butiran es berwarna putih itu. Namun di hari kesekian, mereka mulai merasakan bosan. Lagi-lagi keluhan berasal dari si bungsu, yang kesepian karena hanya bisa bermain dengan sang kakak.

Eizen terkadang sampai menangis, memohon untuk pulang ke rumah, dan bertemu dengan teman-temannya.

Pernah Reina mendapati putranya itu mengigau, menyebut nama teman-temannya, seolah dalam mimpinya, sedang asik bermain bola di gang, dan berakhir diomeli salah satu tetangga mereka yang berusia lanjut.

Sementara Aizen justru lebih banyak diam, dan menatap kosong, halaman di dekat jendela kamar yang tertutupi salju, atau terdiam seraya melihat kayu yang terbakar di perapian.

Ryu sendiri tak pernah memenuhi permintaan mereka, untuk sekedar keluar dari pagar tinggi yang mengelilingi mansion.

Kecewa itu pasti, tapi Reina dan si kembar tak bisa berbuat banyak, mengingat ada penjaga, dan para pelayan yang mengawasi mereka, belum lagi CCTV di setiap sudut ruangan, kecuali kamar mandi, dan ruang Wardrobe.

Bahkan saat tahun baru, mereka hanya bisa melihat pesta kembang api dari balik jendela kaca. Miris sekali, sudah lebih dari setengah tahun mereka terpenjara di tempat mewah ini.

Sebagai mahluk sosial, dan dibesarkan di lingkungan padat penduduk, tempat ini merupakan penjara untuk ketiganya.

Sejak perbincangan terakhir, Ryu hanya mengunjungi mereka, satu bulan sekali, itu pun hanya makan malam, dan sarapan keesokan harinya.

Pembicaraan juga hanya sekedar basa-basi. Reina sama sekali tak diberi waktu untuk berbicara, karena Ryu hanya akan masuk ke kamar saat Reina sudah tidur, lebih tepatnya ketiduran, dengan laptop di pangkuannya.

Malam itu, seperti biasa, Reina akan membacakan buku cerita untuk kedua anaknya. Kali ini mereka bertiga memutuskan tidur di ranjang yang sama, yaitu di kamar Aizen.

Belum selesai Reina membacakan cerita, ujung piyamanya, ditarik bocah berambut pirang.

"Kenapa Ai?" Tanya Reina heran.

Aizen menunjukan sebuah post it bertuliskan kata-kata, yang membuat Reina melebarkan matanya.

Meski merasa tak tenang, Reina tetap melanjutkan membacakan buku cerita, untuk kedua anak-anaknya.

Lampu di matikan, ketika cerita selesai dibacakan, menyisakan lampu tidur yang menempel di dinding berwarna biru.

Tapi ibu dan kedua anaknya, tak segera tidur, satu per satu dari mereka melangkah menuju ruang Wardrobe, berisi baju, sepatu, dan beberapa aksesoris milik si kembar.

"Apa maksud kamu ngomong kayak gitu?" Reina tak habis pikir dengan anak sulungnya.

"Emang Mama mau, selamanya terjebak di sini? Mama mau di kurung, kayak burung?"

Ingat bukan, bahwa putra sulung Reina, memiliki pemikiran dewasa, padahal masih berusia di bawah sepuluh tahun.

"Ma, Ei mau pulang, pengin main sama temen-temen." keluhnya.

Reina diam berpikir, bagaimana caranya untuk pergi? Karena Ryu selalu menghindar setiap diajak bicara soal ini. Lelaki itu seolah menginginkan, agar dirinya dan si kembar tetap di tempat ini.

"Di sini banyak yang jaga, CCTV di setiap tempat ada. Gimana caranya mau kabur?" Tanya Reina, "Paspor kita disimpan sama Papa, jadi kita tidak bisa segampang itu pergi dari sini."

Aizen meminta ibu dan adiknya untuk mendekat, bocah berambut pirang itu membisikan sesuatu.

"Tapi Ai, jaraknya jauh banget dari sini, terus mama juga nggak punya uang, bukan hanya paspor yang Papa kalian tahan, dompet Mama juga."

"Di kamar kalian ada banyak perhiasan, dan aksesoris yang kalau dijual bernilai tinggi, kita bisa jual itu semua untuk membeli tiket pesawat."

"Kita harus ada paspor, Ai."

"Sebenarnya Mama mau pergi nggak sih dari sini? Atau Mama, mau selamanya di sini. Kalau iya silahkan, Ai dan Ei mau pergi, kami udah nggak betah di sini." bocah delapan tahun itu sampai meninggikan suaranya.

Igauan adiknya setiap malam, keluhan, dan tangisan saat mengenang teman-teman mereka, membuat Aizen tak tahan.

Reina menghela nafasnya. "Mama akan pikirkan dulu, atau saat Papa pulang nanti, sekali lagi, Mama akan minta ke Papa, untuk pulang ke indo, jika Papa masih tetap diam, maka itu artinya, Mama akan ikut kalian.

***

Salju di luar turun semakin lebat. udara semakin dingin, menusuk hingga ke tulang, apalagi untuk manusia tropis seperti Reina dan si kembar.

Jalanan sekitar mansion, hampir tak bisa dilalui, sehingga guru yang biasa datang, untuk sementara tak bisa mengajar si kembar secara langsung. Pembelajaran dilakukan melalui online.

Tak ada kabar dari Ryu, padahal menurut salah satu pelayan, seharusnya lelaki itu datang kemarin, mungkin karena cuaca buruk, Ryu urung hadir.

Seperti biasa, Eizen akan menyampaikan keluhan-keluhannya, dan Reina serta Aizen hanya bisa diam mendengarkan, lalu akan menenangkannya jika bocah berambut hitam itu sampai menangis.

"Ma, aku pinjam Laptop boleh?" Aizen meminta izin pada Reina. Selama ini si kembar hanya diperbolehkan menggunakan tablet khusus anak-anak.

"Buat apaan? Kan udah ada tab." Reina keberatan. "Tugas dari Miss Patricia apa sudah selesai?" Patricia adalah guru yang mengajar si kembar. Perempuan asli Itali yang fasih berbahasa Indonesia.

"Udah selesai Ma, bentar aja kok." Keduanya sedang berada di perpustakaan. Sejak musim dingin, si kembar menggunakannya sebagai tempat belajar.

"Ya udah tapi jangan lama-lama, dan jangan sembarang buka folder, jangan sampai hasil ketikan Mama terhapus."

"Iya Mama." bocah pirang itu memanyunkan bibirnya.

"Ya udah, Mama mau ke toilet dulu, mules banget perutnya." Reina memberikan Laptop pada putra sulungnya, sementara dirinya keluar dari ruangan penuh buku itu.

***

Salju tak lagi turun, sang mentari muncul, memberikan sedikit rasa hangat, setidaknya salju yang menutupi jalanan sudah terurai, ada petugas yang membersihkannya.

Ryu datang siang itu, setelah Reina memintanya. Dengan alasan merindukan Papa dari anak-anaknya.

Reina sedang berakting, mana mungkin dia rindu, justru dia benci. Karena ulah lelaki itu hidupnya menjadi rumit dan berliku. Walaupun keberadaan si kembar, amat sangat dia syukuri.

Reina melarang pelayan untuk melayani lelaki itu saat di meja makan, karena Reina yang berperan, layaknya seorang istri. Memasang serbet di pangkuan Ryu, mengambil makanannya, dan beberapa kali menyuapinya. Perlakuan Reina benar-benar berbeda, tak seperti biasanya.

Sore harinya, Reina menawarkan diri, untuk membantu lelaki itu mandi. Dia menyiapkan bathtub dengan air hangat, memberi wewangian, bahkan Reina membantu membuka pakaian yang dikenakan Ryu, menyisakan dalaman.

Meski rasanya, Reina ngeri dengan Tato naga yang ada di pundak sebelah kiri lelaki itu. Dia phobia hewan melata.

"Kenapa kamu tiba-tiba berubah? Apa ada sesuatu yang sedang kamu inginkan? Perhiasan, tas, atau mungkin pakaian?" Tanya Ryu tiba-tiba.

Reina sedang memijat kepala Papa si kembar, "Aku hanya ingin belajar menjadi istri yang baik. Apa kamu merasa tak nyaman?"

Ryu mendongak, seraya menatap perempuan yang kini tak memakai kaca mata. "Tentu saja tidak, aku justru bahagia, akhirnya kamu membuka diri." Dia tersenyum.

Selesai mencuci rambut, kini Reina beralih menggosok punggungnya, namun dia sempat ragu saat hendak menyentuh tato yang menghiasi pundak kiri, hingga ekornya menjulur ke punggung. Sisiknya tergambar jelas.

Reina bahkan memejamkan matanya, sebelum menyentuhnya, dia takut luar biasa. Namun ada yang aneh, saat tangannya menyentuh tepat di pundak.

Mata yang tadinya memejam kini terbuka lebar, meski takut, dia memberanikan diri, untuk menatap lekat, bahkan memajukan kepalanya. Sekali lagi dia menyentuh tepat di badan naga, terdapat luka memanjang, dan cukup dalam.

"Ini apa?" tanyanya lirih.

Ryu menyentuh pundak kirinya, "Oh ini luka yang aku dapatkan saat remaja."

"Tapi kenapa seperti sabetan senjata tajam?"

"Itu perbuatan kakak sulung ku, saat itu kami sedang duel di depan ayah," Ryu menghela nafas. "Ayah sering mengadakan pertarungan untuk anak-anaknya. Kami beradu seni bela diri ... "

Dan mengalir lah cerita, jika saat itu, Sang anak sulung yang sudah berusia dewasa, bertanding dengan si sulung yang masih berusia awal remaja. Pertandingan tidak seimbang, Ryu mendapatkan sabetan samurai di pundak kirinya, sedangkan Daiki di pinggang, dan paha sebelah kanan.

"Kalau kamu perhatikan, kaki kakak sulung ku itu pincang. Meski aku terluka, saat itu aku keluar sebagai pemenang, maka sejak itulah Kakak sangat membenciku, dan berupaya untuk mengenyahkan aku dari dunia ini."

Fakta baru yang Reina baru tau, cukup membuatnya terkejut. Dia tak menyangka begitu sulit hidup yang dilalui Ryu.

"Jadi itu alasan kamu merajah pundak ini?"

Ryu berdehem, "Sesuai arti namaku, seekor naga."

"Kalau boleh jujur, aku ini phobia ular, pertama kali lihat tato naga, aku takut banget, bahkan sampai sekarang aku takut."

Ryu terkekeh, "Jadi kamu takut padaku karena tato ku ini?"

"Salah satunya, tapi aku lebih takut, saat kamu mengayunkan samurai, hingga kepala terlepas dari kepalanya. Apa kamu tidak ngeri?"

"Di dunia kami, jika tidak membun*h maka kita akan terbun*h."

"Kapan kamu akan berhenti?"

Ryu terdiam, dia tak menjawab, hingga Reina selesai menggosok seluruh badannya, dan memintanya untuk membilas sendiri tubuhnya.

Malam harinya sebelum tidur, Mereka kembali terlibat pembicaraan di atas ranjang, masih dengan pembatas di antara keduanya.

"Sudah lama aku dan anak-anak berada di sini, situasi mungkin sudah aman. Bolehkah kami kembali ke rumah?" Reina mengatakan dengan suara lembut.

"Ini rumah kamu, Rei! Semua yang ada di sini punya kamu."

"Tapi ini bukan hasil kerjaku, rumahku yang ada di Jakarta adalah hasil jerih payahku." Dan Reino kakakku.

Ryu yang tadinya berbaring, kini duduk bersila menghadap ibu dari anak-anaknya. "Bisakah kamu lupakan itu semua, dan memulai hidup di sini, dengan ku? Kita ini keluarga, aku sebagai ayah, kamu ibu, dan si kembar adalah anak-anak kita. Tidakkah semua itu cukup?"

Reina tak menjawab, dia lebih memilih diam, dan berbaring membelakangi lelaki pemilik tato naga itu.

1
beybi T.Halim
masih bingung ini beneran sdh happy ending????...,oke lah jadi seperti itu..,😀😀semangat buat penulisnya kita tunggu karya terbaik lainnya💝💝
Ripah Ajha
kok blom rela kalok tamat😭
LISA
Wah udh tamat y Kak..ceritanya bagus bgt..makasih y Kak..sukses y utk karya² yg lain..
Mareeta: Terima kasih banyak udah mampir 🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
mei
thanks thor
Nadila Nisa
kak.. ini beneran udah tamat yaaa?
Nadila Nisa: Ditunggu karya berikut nya KK.. 🥰🥰🥰
Mareeta: udah, terima kasih ya, dirimu selalu mendukung ku🥰🥰🥰🥰
total 2 replies
Lestari Andrian
/Good//Good//Good//Good/ teima kasih sudah menyelesaikan ceritany...
mei
maunya terjemahannya lgsg dikalimatnya thor...kalp dibwh keburu lupa kalimat bagian mana percakapan diatas....maaf y koreksi thor
LISA
Seneng nih ntar lg Ryu & Reina resmi menikah..
gibshena
semangat kk ❤❤
LISA
Syukurlah baby boy udh lahir..sehat2 ya boy..beri kebahagiaan utk keluarga mereka.
ayudya
gak di cari ya, mungkin ryu kesal Reina pergi diam²... demi kebebasan, serba salah atuh.
Nadila Nisa
bau2 mau end ini, happy ending yaa kak herma..👍🏻👍🏻🥰🥰💪🏻💪🏻
Nadila Nisa
setelah ini jgn main kabur2 lagi yaaa rei
LISA
Puji Tuhan Ryu datang di saat yg tepat..dampingi Rein saat melahirkan..babynya nunggu papanya dtg tuh..
Nadila Nisa
Alhamdulillah.. kamu datang di waktu yg tepat Ryu.. 🥰🥰
beybi T.Halim
entahhh lah makin mumet pemirsahhh...,gak siap2 derita Rheina ini🤦🤦
Nadila Nisa
greget banget sm si Ryu2 ini.. kok itu si reina nggak dicariin yaaa, katanya cinta nggak mau pisah...😡😡 knp nggak dicariin..
kak knp bukam Ryu aja yg ngidam biar tau rasa...
tp yaa sdhlah, Next kak💪🏻💪🏻🥰🥰
ayudya
hamil lagi, mana ryu gak ada lagi...., hadehhh...
LISA
Hebat bgt Aizen menemukan ide utk pulg ke negaranya..
Nadila Nisa
jgn2 reina kembali hamil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!