Aku tidak pernah menginginkan semua musibah ini terjadi. Bagi ku semuanya terasa salah, pernikahan ini, hubungan kami, semuanya. Aku menikah dengan David karena berlandaskan perjodohan semata. Namun aku tahu kakak ku dan David memiliki hubungan khusus. Bagaimana bisa aku menjalani pernikahan ini setelah menikung cinta kakak ku sendiri?
Aku tidak bisa. Aku harap semua ini berakhir. Tapi aku tidak berharap kecelakaan ini terjadi. Semuanya menjadi serba salah sekarang... aku harap aku bisa mengubah dan menyusun ulang segalanya sekarang. Aku harap, aku sangat berharap... semuanya bisa terulang kembali...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Olive Oil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Dia hanya... rumah singgah mungkin?
Padahal sebenarnya yah... David hanya takut apabila hubungannya dengan Tara hancur jika ia menjauhkan Tara dari Adam. Baginya yang selalu mengagumi Tara dari jauh, sudah cukup untuknya bila melihat Tara bahagia dengan pilihannya. Lagi pula, sama seperti yang selalu Tara ingatkan, ujung-ujungnya... mereka hanya akan berakhir dengan perpisahan kan?
”Tsk, terserah apa katamu. Aku sungguh tidak paham lagi, bagiku, kalau bisa sat set kenapa tidak?” dumel Rendi seperti biasa. Rendi diibaratkan seperti tokoh sampingan di dalam hidup David yang perannya selalu dapat bagian ceramah yang ujung-ujungnya membuat dia geleng-geleng kepala mendengar jawaban David. Baginya, hubungan David itu ibarat kayak adonan kue tapi nggak jadi. Karena selalu di taruh aja, nggak di apa-apain. Ya gimana mau berkembang. Coba setidaknya di kasih telur sama gula, syukur-syukur jadi donat tuh! ”oh iya, sob, kamu ingat nggak saat kamu memintaku mencari tahu siapa Adam tuh? Coba tebak, apa yang aku temukan di sini!”
”Kenapa? Ternyata si Adam itu sudah punya cucu?”
”Bukan!” Rendi mendekat ke samping David, David berdesis, risih setiap kali Rendi dekat dengannya. Tapi kali ini, ia ikut tertarik dengan apa yang di tunjukkan Rendi di ponselnya, walau berharap-harap cemas semoga bukan video tutorial memasak lagi yang selalu Rendi tunjukkan padanya. ”lihat nih!”
”Astaga... Tara masih di sana.”
”Kan aku bilang juga apa! Sana! Susuli cepat!”
....
Aku mengeratkan sweater yang aku kenakan, sesekali tanpa sadar mengelus tengkuk leherku yang tidak gatal. Jujur, aku sungguh tidak nyaman di sini. Pestanya memang cukup meriah dengan tamu yang terus menerus datang mengucapkan selamat pada Adam dan keluarganya. Tidak heran, keluarga Adam memang cukup terkenal sama seperti keluarga David. Aku kembali menghela napas berat, banyaknya orang yang terus berlalu lalang membuatku pusing. Sebenarnya ada beberapa orang yang aku kenal di sini, tapi hanya sekadar kenal. Terkadang ketika mereka mengajakku berbicara, aku hanya bisa tersenyum dan mengiyakan walau dalam hati terus menerus berdoa agar bisa secepatnya pulang dari sini. Ini tidak seperti yang aku bayangkan.
Aku kira, ini hanya akan jadi pesta reuni biasa. Tapi aku lupa, bintang tamu di pesta ini adalah Adam. Tidak semudah itu mengajak Adam berbicara leluasa dengan banyaknya tamu-tamu penting yang mesti ia hadapi. Tapi setidaknya, ia sekilas melihatku tadi. Jadi... apa itu artinya aku bisa pulang sekarang?
Tidak...
Seengaknya aku harus berbicara empat mata dengannya, kemudian pamit dan pulang ke rumah. Haa... aku tidak sabar untuk mengenakan selimut hello kitty ku lagi. Sepatu ini hak nya cukup tinggi, aku kesulitan karenanya. Aku celingukan, menunggu beberapa saat, ketika mendapatkan waktu yang tepat, aku segera melangkah menuju tempat Adam berada. Tidak peduli dengan gelas minuman yang masih aku genggam erat. Aku bahkan baru sadar ini gelas ketiga yang aku habiskan saking bingungnya aku mau ngapain di pesta ini. ”Adam,” panggilku.
Adam berhenti melangkah. Aku tersenyum, tapi ternyata pria itu rupanya berhenti untuk melihat ponselnya. Sejenak aku melihat senyum lebar terukir dari wajah Adam. Tak lama berselang, ia kemudian melangkah kembali menuju pintu belakang. Syukurlah, di sana tidak ada orang. Akhirnya aku bisa mengajaknya berbicara.
Tunggu, apa yang akan aku katakan nanti padanya? Ah, ya, ucapan selamat. Setelah itu? bagaimana jika... ia mengajakku balikan? Ya, maksudnya balikan menjadi teman dekatnya. Ya memang sekarang kami sudah berteman, tapi bagaimana jika inti dari teman dekat ini seperti kisah masa lalu?
Apakah aku akan menerimanya? Sebenarnya David juga sudah tahu kan? Jadi tidak ada yang perlu di risaukan lagi. Jadi kalau aku terima...
Kalau kali ini aku lebih memilih mengenai apa yang aku mau... apakah... kali ini semesta akan mengizinkannya?
Sekali saja,
”Hai...!”
Aku mengerjap. Kakiku berhenti melangkah. Terpaku beberapa saat ketika Adam berbicara lantang memanggil seseorang yang baru muncul dari mobil yang terparkir tak jauh dari kami. Badanku membeku ketika tanpa basa basi wanita cantik yang tingginya semampai itu memeluk Adam erat yang dibalas dengan tawa kecil dari Adam. Wanita itu cantik sekali, aku tidak berbohong. Karina memang cantik, tapi wanita ini jauh lebih cantik. Rambut panjang dengan bawahan gelombang yang berwarna sedikit kepirangan, wajahnya cantik, bertubuh langsing, dengan sorot mata yang indah sekali.