Peramal Tampan Yang Misterius

Ponsel Amy sudah berbunyi beberapa kali namun belum dijawab sama sekali karena dia sedang mandi. Sebentar lagi dia harus berangkat ke kantor. Dia juga diminta untuk datang ke kantor polisi hari ini untuk dimintai keterangan mengenai apa yang dia alami malam itu.

Amy tidak keberatan sama sekali untuk memenuhi panggilan pihak berwajib. Dia tidak berencana untuk meringankan atau membebaskan Elisa. Jika memang mantan sahabatnya itu bersalah maka dia harus mendapatkan hukuman yang pantas dia dapatkan.

Lucas mengambil ponsel Amy karena benda itu kembali berbunyi. Dia ingin menjawabnya namun dia tampak ragu karena yang menghubungi Amy adalah ayahnya. Sebaiknya dia tidak membuat Amy berada di dalam masalah.

Amy bergegas menyelesaikan mandinya. Dia jadi kesal. Omelannya terdengar saat dia keluar sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Dia mendengarnya, dering ponsel yang tiada henti. Ponsel yang sudah berada di atas meja kembali berbunyi. Amy  bergegas, mengambil benda itu sambil mengumpat.

Ekspresi wajahnya tampak tak senang saat tahu jika yang menghubungi dirinya adalah ayahnya. Apalagi yang hendak ayahnya bicarakan? Jangan katakan ayahnya ingin membicarakan masalah pernikahan yang tidak dia inginkan itu. Sebaiknya dia kembali menolak karena dia tidak mau menikah.

“Aku sedang sibuk, Dad. Bisakah tidak menghubungi aku sampai seperti ini?”

“Sesibuk apa pun kau, Daddy tidak percaya kau tidak bisa menjawab panggilan Daddy meski hanya sebentar, Amy!”

“Aku sudah menjawabnya sekarang. Apa yang Daddy inginkan?”

“Kau harus pulang hari ini karena ada hal penting yang hendak aku bicarakan denganmu!”

“Sudah aku katakan jika aku tidak mau menikah,” Amy mengucapkan perkataan itu dengan pelan supaya Lucas tidak mendengarnya. Dia juga melirik dari balik bahu untuk melihat apa yang Lucas lakukan. Beruntungnya pria itu sedang sibuk dan dia yakin Lucas tidak mendengar apa yang diucapkan.

“Kebetulan, Daddy juga ingin membahas masalah ini jadi kau harus pulang. Jika kau tidak pulang maka aku akan mengutus dua orang untuk menarikmu kembali. Jangan sampai Daddy melakukannya sehingga kau mendapat malu di tempatmu bekerja!”

“Tidak perlu mengancam aku, Dad. Aku bukan anak kecil lagi yang harus diperintah oleh Daddy. Aku memiliki kehidupanku sendiri jadi aku sudah bisa memutuskan apa yang baik untukku dan apa yang tidak!”

“Daddy tidak mau berdebat denganmu di telepon jadi kau harus pulang!”

“Tapi aku sibuk. Ada masalah yang harus aku selesaikan jadi aku tidak bisa pulang hari ini,” dia harus ke kantor polisi jadi dia tidak tahu apakah dia memiliki waktu yang cukup atau tidak untuk pulang ke rumah.

“Justru aku ingin membicarakan masalah yang sedang kau alami itu, Amy!” teriak ayahnya marah. Amy terkejut, bagaimana ayahnya bisa tahu akan kejadian itu? Dia tahu tidak ada satu media pun yang meliput, teman satu kantornya saja tidak ada yang tahu lalu bagaimana ayahnya bisa tahu?

“ Apa pun yang terjadi, kau harus kembali karena aku ingin membicarakan masalah itu padamu juga membicarakan masalah pernikahanmu,” tanpa menunggu jawaban dari Amy, percakapan mereka berakhir.

Amy menghela napas, Semoga saja kejadian itu tidak membuat ayahnya mengambil kebebasannya sehingga dia tidak bisa lagi tinggal di luar.

“Ada apa, Amy? Apa ayahmu mengalami masalah?” tanya Lucas padanya.

“Tidak, tidak ada masalah apa pun. Ayahku hanya meminta aku untuk pulang ke rumah. Entah dari mana dia mendengar kejadian buruk yang kita alami.”

“Dia pasti mengkhawatirkan dirimu, Amy. Pulanglah ke rumah, ayahmu pasti mengkhawatirkan dirimu walaupun dia tidak mengatakannya.”

“ Aku memang ingin pulang, Lucas. Hari ini aku harus pergi ke kantor polisi untuk memberi keterangan dan setelah itu aku akan pulang ke rumah. Sepertinya aku tidak bisa menemanimu malam ini. Tidak masalah, bukan?”

“Tentu saja tidak. Meski aku sangat ingin kau menemani aku tapi aku tidak akan mencegahmu untuk pulang apalagi yang memintamu pulang adalah ayahmu.”

“Terima kasih. Besok pagi aku akan datang sebelum pergi ke kantor. Aku akan membawakan sarapan untukmu jadi katakan apa yang kau inginkan?”

“Apa saja boleh, Amy. Asalkan makanan itu dibuatkan olehmu, aku akan menerimanya dengan senang hati.”

“Baiklah, kau jadi membuat aku sedikit tersanjung. Setelah lukamu sembuh, apa kau mau mengajak aku pergi ke pantai rahasia waktu itu? Rasanya sudah lama tidak pergi ke sana dan aku membutuhkan angin segar,” mereka bisa bersantai sejenak dan melupakan kejadian buruk dan kejadian aneh yang mereka alami beberapa hari belakangan tapi bukan berarti dia akan melupakanmu Andrew.

“Tentu saja, aku pasti akan membawamu pergi ke sana,” walau dia berkata demikian namun perkataan maaf terucap di dalam hatinya karena dia tidak bisa memenuhi janji itu untuk sementara waktu.

“Kau harus beristirahat dengan baik, Lucas. Aku akan menghubungimu nanti saat ada waktu. Jangan lupa untuk makan, kau tidak boleh tidur terlalu larut malam. Aku pun akan menghubungimu nanti malam sebelum aku tidur,” mendengar pesan yang dia berikan tentu saja membuat Lucas tersenyum. Dia tak menduga Amy begitu peduli pada dirinya. Jujur saja dia sangat senang dan dia ingin terus bersama dengan Amy.

“Aku tidak akan membuatmu khawatir, Amy. Aku juga ingin segera keluar dari rumah sakit agar kita bisa segera pergi ke pantai. Lagi pula dokter berkata luka di dadaku ini sudah hampir sembuh jadi kemungkinan besar aku bisa segera keluar dari rumah sakit dalam waktu dekat.”

“Bagus. Aku sangat senang mendengarnya tapi aku sudah harus pergi!” Amy mengambil tasnya, pakaian kotornya juga dia bawa.

“Berhati-hatilah, Amy.”

“Terima kasih, aku pergi dulu!” Amy melangkah menuju pintu dengan terburu-buru.

“Amy!” permintaan Lukas menghentikan langkahnya.

“Ya, apa ada yang kau inginkan?”

“Aku akan begitu merindukanmu dan jangan lupa dengan janji kita!” Amy mengernyitkan dahi, kenapa tiba-tiba meminta hal seperti itu?

“Pergilah, aku hanya ingin mengatakan perkataan itu saja karena aku takut kau melupakan janji kita.”

“Aku tidak akan melupakannya, Lucas. Meskipun kita berpisah, aku akan selalu mengingat janji yang telah kita ucapkan.”

“Senang mendengarnya. Sekarang pergilah, jangan sampai kau terlambat!”

Amy mengangguk, dia bergegas pergi tanpa menaruh rasa curiga sama sekali dengan permintaan Lucas.

Pemuda itu termenung setelah kepergian Amy. rasanya sangat berat tapi dia tahu jika dia harus melakukannya. Lucas beranjak dari ranjang, pakaian pasien yang dia kenakan pun dilepaskan. Dia mengganti pakaiannya dengan pakaian yang dia sembunyikan supaya Amy tidak melihatnya.

Pada saat itu dua orang pria masuk ke dalam. Mereka tidak mengatakan apa pun tapi Lucas tahu mereka berdua adalah utusan ayahnya. Rasanya memang berat tapi tidak apa-apa, dia yakin Amy pasti mengerti kenapa dia harus melakukan hal ini.