Lidya dinda adalah seorang wanita yang mandiri, sedari kecil dia sudah banyak merasakan kepahitan hidup. Di usia yg baru menginjak remaja, dia mulai merasakan beban berat dalam hidupnya, dimulai dari bapak dan ibunya yang meninggal dunia karena kecelakaan, kemudian dia yang harus menghidupi kedua adiknya, kini dia tak melanjutkan lagi sekolahnya, dia pun harus membanting tulang untuk meneruskan hidupnya dan kedua adiknya, dia mencari nafkah untuk bisa menyekolahkan adik - adiknya. Bagaimana kisah hidup Lidya selanjutnya? di baca terus update bab terbarunya ya guys. Selamat membaca, tolong kasih like dan beri saran maupun kritik yang membangun ya, saya akan menerima semuanya dengan senang hati. Semoga sehat selalu, terima kasih🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Irfansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15.
"Lidya...aku mulai jatuh cinta padamu, besok aku akan pergi, semoga kamu akan selalu mengingatku, tunggu aku kembali ya..." Ucap Arthur.
"Iya kak...saya juga cinta sama kakak." Sahut Lidya tanpa melepaskan pelukannya dari Arthur.
"Sayang...pake "Aku" aja ya, kalau pake "Saya" terdengarnya kayak gimana gitu, biar lebih akrab" Ujar Arthur dan Lidya pun mengangguk.
Mereka melalui malam ini dengan bahagia dan berpelukan sepanjang malam.
******
"Kakak...bangun...udah pagi nih, mandi dulu, abis itu sarapan." Ucap Lidya sembari mengelus pipi dan mengusap lengan Arthur.
Arthur meregangkan otot - ototnya dan membuka matanya perlahan.
"Cantik banget kamu pagi ini sayang." Ucap Arthur dan langsung menarik lengan Lidya hingga masuk ke dalam pelukannya.
"Aduuh...kak...udah pagi nih, bersihin badan kakak dulu, bau asem." Ujar Lidya.
"Masa' sih...aku selalu wangi lho, nggak pernah bau, sini cium dulu. Ooh iya, Lutfi dan Laras sudah ke sekolah?" Tanya Arthur.
"Udah kak." Jawab Lidya.
"Bagus kalau gitu, ya udah aku mau sarapan dulu." Ucap Arthur.
"Ayo, lepasin dulu dong, kok masih rebahan sih kak, katanya mau sarapan?" Ujar Lidya.
"Iya, aku memang mau sarapan, tapi sarapannya kamu." Ucap Arthur dengan mata yang sedikit memelas agar Lidya mengabulkan permintaannya.
"Suamiku sayang...kalau sarapannya aku, ntar nggak kenyang lho." Ujar Lidya.
"Kenyang doong...karena banyak dagingnya, hahaha..." Ujar Arthur sembari tertawa terbahak - bahak.
"Iiih...apaan sih kak." Ucap Lidya.
"Sini... aku bantu buka bajunya ya, aku pengen yang ini, kenyal banget." Ucap Arthur blak - blakan sembari menunjuk ke arah dada wanita cantik itu, sedangkan Lidya tersipu malu sehingga membuat pipinya jadi merah merona.
Arthur membuka baju daster yang di pakai oleh Lidya, setelah dia membukanya, dia selalu takjub melihat bentuk bukit kembar Lidya, walaupun masih tertutup bra.
"Sayang...bentuk bukit kembarmu ini so perfect, aku suka banget." Ujar Arthur sambil memandangi bukit kembar yang masih tertutup bra tersebut.
Setelah itu, tanpa meminta persetujuan sang istri, Arthur langsung membuka bra Lidya, kemudian meremat bukit kembar Lidya yang kenyal itu, kemudian langsung membaringkan tubuh Lidya agar dia bisa leluasa melahap bukit kembar yang ranum itu, daging favoritnya yang nanti akan sangat di rindukannya...hahahaha....
Beberapa menit kemudian, pakaian mereka pun sudah tergeletak di lantai kamar Lidya.
(Selanjutnya, silakan pikirkan sendiri, hehehehe...)
Hampir dua jam Arthur dan Lidya bergelut di atas kasur, dan cairan kental Arthur pun sudah dua kali di semburkan ke dalam liang Lidya.
Arthur pun mengajak Lidya mandi bareng di dalam kamar mandi.
Arthur ingin melakukannya lagi di kamar mandi, tapi dia kasihan kepada Lidya karena sedang hamil muda.
"Sayang...sebelum aku pergi, bagaimana kalau aku mengantarmu ngecek kandunganmu." Ucap Arthur.
"Boleh kak." Sahut Lidya.
Setelah mandi, kemudian mereka makan, dan segera pergi ke klinik Ibu dan Anak untuk memeriksakan kandungan Lidya.
Saat di klinik, dokter mengatakan bahwa kandungan Lidya sehat, setelah itu di beri resep vitamin untuk kesehatan kandungannya.
"Terima kasih dok, kami pamit dulu." Ujar Arthur dan Lidya setelah melakukan pemeriksaan kehamilan sembari bersalaman dengan dokter yang memeriksa Lidya.
Arthur mengemudikan mobilnya menuju rumah Lidya.
Setelah sampai di rumah, Lidya memasukkan pakaian Arthur ke dalam tas, kemudian Arthur berkata "Sayang...pakaianku biarkan tetap disini, pakaianku yang lain masih banyak, kalau kamu merindukanku, tinggal cium - cium aja bajuku, hehe..."
Mereka pun tertawa bersama.
"Aku kesini hanya untuk mengantarmu tanpa mengambil pakaianku. Bolehkah aku meminta satu lembar baju yang sering kamu pakai?" Tanya Arthur.
"Untuk apa kak?" Tanya Lidya.
"Ya, biar kalau aku kangen kamu, aku tinggal menciumi bajumu, hehe..." Jawab Arthur.
"Ada - ada aja sih kak, kan tinggal lihat foto - foto kita di ponsel kakak." Ujar Lidya.
"Kenapa sih? Kamu nggak mau ngasih aku bajumu, satu lembar aja kok." Ucap Arthur memelas.
"Bukannya gitu kak, tapi nanti apa kakak nggak malu, kalau ketahuan nyimpan baju cewek di lemari kakak, nanti di kira kakak lelaki jadi - jadian lagi, hahaha..." Kelakar Lidya.
"Ya nggak mungkin lah, siapa juga yang mau bongkar - bongkar lemari ku sayang." Ujar Arthur.
"Iya deh...iya...bentar ya, aku cari dulu." Sahut Lidya.
Lidya pun berjalan ke arah lemari pakaiannya kemudian mengambil satu lembar daster yang sering di kenakannya di rumah.
"Ini kak." Ucap Lidya sembari memberi baju daster nya kepada Arthur.
"Naah...gitu dong." Arthur langsung memeluk daster milik Lidya tersebut. Ternyata, dia sudah mulai bucin kepada Lidya.
"Assalamu'alaikum..." Ucap Lutfi dan Laras yang hampir bersamaan.
"Wa'alaikumsalam...eh kalian udah pulang, kebetulan banget kak Arthur udah mau keluar kota untuk kembali bekerja."Ujar Lidya, dan Arthur pun menyusulnya keluar kamar.
"Yang bener kak? Kok cepet amat sih kembali kerja?" Tanya Laras.
"Kakak memang cuma sebentar izinnya, nanti kakak akan kesini lagi kok." Ucap Arthur.
"Janji ya kak." Sahut Laras
"Iya sayang, kakak janji." Sahut Arthur.
Arthur pun berpamitan kepada ketiga kakak beradik tersebut.
"Sayang, aku pergi dulu, tunggu aku kembali ya." Ucap Arthur sembari memeluk tubuh dan mencium pipi serta tak lupa mengecup bibir Lidya.
"Iya, hati - hati sayang, aku akan menunggumu pulang." Sahut Lidya.
Setelah berpamitan, Arthur masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya dengan hati yang di liputi perasaan bahagia campur sedih.
Bahagia karena dia merasa bahwa Lidya adalah seorang istri yang sempurna buatnya, dan sedih karena harus meninggalkan seorang wanita yang membuatnya benar - benar jatuh cinta.
Arthur bingung, bagaimana caranya menjelaskan kepada Susan. Oleh sebab itu, besok lusa dia berencana akan ke Australia untuk menemui kekasihnya di sana.
Saat ini dia sudah sampai di depan rumahnya dan sedang memarkirkan mobilnya.
Dia pun langsung menuju lantai dua ke arah kamarnya.
Papanya dan Alex sang kakak, belum ada di rumah, mereka masih berada di kantor mereka masing - masing.
"Hai sayang, lagi ngapain, aku mau video call dong, baru aja nyampe rumah tapi aku udah kangen sayang, hehe..." Tulis Arthur dalam chat yang dikirimnya untuk Lidya.
Setelah chat yang dikirimnya berubah menjadi centang biru, Arthur pun langsung melakukan video call.
Terlihat lah paras cantik Lidya yang mengembangkan senyumnya.
Awalnya mereka hanya saling bertatapan satu sama lain tanpa berbicara satu kata pun.
"Sayang...kamu cantik banget sih, sopan, baik dan ramah. Segitu cepatnya aku jatuh cinta kepadamu sayang." Ucap Arthur setelah puas memandangi wajah sang istri.
Lidya pun tampak tersipu malu mendengar ucapan sang suami.
"Iih...gemes deh, kamu malu - malu gitu aku makin gemes sayang, jadi pengen ketemu lagi kan, tapi sayangnya kita belum bisa ketemu dulu, aku masih punya pekerjaan lain sayang." Ujar Arthur.
"Iya kak, nggak apa - apa, yang penting kakak selalu jaga kesehatan ya dan kerjaan kakak juga sukses." Sahut Lidya.
"Aamiin...Iya sayang, ya udah, aku ada perlu, mau keluar nemuin seseorang dulu, kamu jaga kesehatan ya sayang, love you." Tutur Arthur.
"Love you too kak." Sahut Lidya.
*******
"Alex...kamu ke ruangan papa sekarang, ada yang harus papa bicarakan denganmu" Ucap Adrian Kalman, sang papa di sambungan telepon.
"Memangnya ada apa pa?" Tanya Alex.
"Nanti saja papa beritahu, yang penting kamu ke ruangan papa dulu sekarang." Titah Adrian.