NovelToon NovelToon
MUSUH TAPI CINTA

MUSUH TAPI CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Teman lama bertemu kembali / Menjadi Pengusaha
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Uriii

Bagaimana menderitanya Veronica Han yang harus hidup berdampingan dengan lelaki musuh bebuyutannya semenjak orok. yang sialnya lagi lelaki bernama lengkap Bian Nugroho itu adalah bos di cafe tempat ia bekerja. penderitaan ini akan terus berlanjut sampai akhirnya tumbuh benih cinta di antara kedua manusia paling tidak akur di dunia.

"Selamat pagi bos"

"jangan sok asik sama bos sendiri! mentang mentang saya orang yang kamu kenal jauh malah sksd begitu"

"terserah Lo deh Bian!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uriii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

019 | Ternyata datang bulan.

"Ve--"

Ucapan Bian terhenti di depan pintu kamar gadis itu, saat melihat sebuah kertas kecil yang di tempel di pintu.

"Beliin gue pembalut sekarang cepet," Bian mengeja tulisan yang ada di kertas kecil itu. Alisnya menukik.

"Tulisannya nggak kebaca begini, untung gue udah biasa sama tulisan beginian," ia melepas kertas kecil itu dan merobeknya.

"Punya babu ngerepotin banget!"

Tak ayal ia mengambil dompet dan juga kunci mobilnya. Berjalan ke luar apartemen untuk membeli apa yang di minta putri babunya.

"Pantes baperan banget hari ini, ternyata dia beneran cewek. Bisa dateng bulan juga."

•••

"Aduh! Pusing gue liat pembalut banyak begini," ia menatap jajaran berbagai jenis pembalut wanita yang sangat bikin pening kepala.

Langkahnya mondar-mandir di bagian rak pembalut. Tangannya memegang satu pembalut tanpa sayap.

"Biasanya Mama kalo pake pembalut yang ada sayapnya. Tapi ini nggak ada."

Bian sedikit membenarkan topinya yang miring, sedikit malu sebenarnya membeli hal privasi milik wanita. Tapi mau bagaimana lagi? Di tambah orang orang berbisik tentangnya secara terang-terangan.

"Buset! Ukuran tiga lima Senti, panjang bener. Punya gue aja kalah ini mah," Bian melotot dan menutup mulutnya menggunakan tangan. Ia tanpa sadar berbicara hal frontal seperti itu di depan umum.

"Bodo amat, si Ve nggak ngomong ukurannya yang apa sama pake sayap apa nggak. Beli aja semuanya," ia menaruh segala macam jenis pembalut ke dalam keranjang.

"Selesai, tinggal bayar terus langsung minggat deh."

"WOY!"

"ANJ--"

Bian mengusap dadanya karena terkejut bukan main. Ia menatap lelaki yang menepuk pundaknya dengan keras itu.

"Beli apa Lo di sini?"

Bian bernafas lega saat tahu siapa orang tersebut.  "Gue beli pembalut."

Roki mengangguk saja tanpa menaruh curiga. Karna ia pikir Bian membeli itu untuk sang mama. Karna biasanya seperti itu.

"Buat nyokap?"

"I-iya," Bian menjawab dengan ragu. Ia ingin memberi tahu soal ini tapi takut jadi bahan ejekan. Bisa jatuh image seorang bos yang melekat pada dirinya.

"Yuk bayar, gue juga beli mie instan nih. Pengen mukbang kaya orang Korea noh, ngeliatnya ngiler."

Setelah membayar, ia menaruh plastik kresek besar yang hanya berisikan berbagai macam pembalut milik Veronica di bagian belakang. Setelahnya Bian menghela nafas lelah, entah sudah keberapa kalinya ia menghela nafas dalam satu hari ini.

"Gue nebeng ya Yan," lelaki itu terlonjak kaget kala Roki dengan seenak jidatnya masuk ke dalam mobil dan duduk di sampingnya seperti ini. Untung Bian tidak memiliki riwayat jantung, jika ia sudah dari pagi ia meninggoy.

"Lo ke sini pake apa emang?" Bian bertanya.

"Abis joging gue."

"Joging di siang bolong gini?"

Roki berdecak. Bukan itu yang ia maksud, "Jogingnya dari pagi. Muter muter alun alun, terus nyewa sepeda punya bocah buat lanjut joging. Balik lagi buat sarapan, terus lanjut joging dan mentoknya di sini. Keren kan gue? Jogingnya dua belas jam?"

"Itu mah bukan joging. Tapi cari mati," Roki tertawa mendengarnya.

"Pantes bau ketek ples bau keringet."

Roki yang tak terima diledek seperti itu menabok keras tengkuk leher Bian membuat lelaki itu merintih.

"Gini gini gue udah prepare yah bocah! Udah bawa ransel yang isinya sabun mandi sama parfum. Jadi gue numpang mandi di WC umum pas jam sebelas tadi."

Tetapi tak ayal lelaki itu mengendus endus badannya, takut apa yang di ucapkan Bian benar, bisa malu dia, sudah keliling di tempat yang banyak orang seperti supermarket tadi.

"Nggak bau tuh!" Bian mengangguk saja.

"Pantes si Ve kalo Deket Lo bawaannya sensi Mulu, ternyata wujud Lo nya aja ngeselin banget. Gue aja yang cowok kesel kalo Deket Lo. Apalagi cewek yang tingkat baperannya lebih tinggi."

"Bacot!" Roki hanya bisa menghela nafas sabar.

•••

"VE! GUE UDAH BELI SESUAI APA YANG LO MINTA NIH!"

Bian berteriak di depan pintu kamar gadis itu, tangannya pun sibuk menggedor gedor pintu kamar yang tak di buka buka sedari tadi. Ia jadi kesal sendiri.

"Nih cewe mau nya apa sih? Udah gue beliin juga masih aja ngambek!"

Bian duduk di sofa depan tv, menidurkan tubuhnya yang sudah seakan ingin remuk itu. Ia memejamkan matanya kala kantuk mulai menderanya.

"DOR!"

"AAKKH!"

Veronica tertawa kencang melihat mata merah Bian yang sepertinya sudah tidur nyenyak tadi.

"Ngapain harus ngagetin gitu sih Ve?" Bian meraup wajahnya dengan kasar. Kantuk berat yang ia dera tadi hilang begitu saja.

"Lo nya lama sih Yan, gue kesel aja. Jadian gue kagetin deh," ia duduk di samping Bian yang terlihat masih mengusap wajahnya.

"Tadi abis ngapain sampe gue gedor nggak nyahut juga?"

"Hah? Oh, gue keluar beli pembalut dadakan di Deket warung sini. Lo belinya kelamaan, darah gue bececer kemana mana sampe nungguin Lo doang padahal."

"Ya maaf, gue tadi abis nganter Roki pulang dulu."

Veronica mengangguk maklum saja, ia jadi kasihan melihat Bian dengan mata merah seperti itu. Sudah seperti vampir saja.

"Mau gue buatin kopi?"

Bian menggeleng. "Gue mau tidur bentar, sore bangunin. Lo, jangan kemana-mana! Temenin gue tidur."

Setelah mengatakan hal itu, ia kembali merebahkan diri. Veronica jadi tak tega untuk membangunkannya dan menyuruh lelaki itu untuk pindah ke kamar saja.

Veronica berjalan ke kamarnya, menaruh plastik kresek besar berisi pembalut nya itu dan mengambil selimut untuk sang bos.

"Kasian bener anak orang, padahal kerjanya cuman jadi bos kafe doang," ia menaruh selimut itu di atas tubuh Bian.

Jika Bian mendengar ucapan gadis itu, di jamin Bian akan teriak dan menjelaskan bahwa kerja jadi bos kafe juga sangat melelahkan. Di kira hanya anteng duduk di atas kursi kebesarannya saja gitu?

"Bosen, gue mau nonton tv aja deh," Ia mencari channel yang seru untuk gadis itu tonton. Mengecilkan volumenya agar Bian tak terbangun. Dan tak lupa cemilan yang sudah nangkring di atas pangkuannya.

Suara dering ponsel membuat Veronica mengalihkan perhatiannya dari tv. Ia berjalan cepat menuju kamarnya mencari sang handphone yang tiba tiba hilang.

"Aduh, nih hp mana sih?"

Ia membuka bantalnya yang ternyata handphone nya bersembunyi di situ. Veronica segera mengangkat saat tahu siapa yang menelepon nya.

"Ya? Halo Chik?"

"Lo dimana Ve? Tadi gue di kost an Lo tapi kaya Mpok Lo pindah? Terus katanya lagi kalo Lo dapet kerjaan sampingan juga ples tempat tinggalnya. Dimana?"

Veronica kelabakan saat Chika tahu bahwa ia pindah, Veronica tak mungkin memberi tahu temannya itu bahwa ia tinggal bersama Bian dan mendapatkan pekerjaan darinya juga.

"Ehm... itu anu..."

1
martina melati
hahaha... dibalik ada hulk /Facepalm/
martina melati
pasti vero dikira laki2 krn potongan rambutny yg auper pendek
Diamond
Sempurna! Semua elemen yang aku suka ada di sini.
Mehayo official
Aku udah binge-reading sampe tengah malem gara-gara cerita ini, teruskan ya thor! 💕
Uriii: Terima kasih sudah membaca cerita pertama aku. Nantikan chapter selanjutnya ya🤧
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!