NovelToon NovelToon
Find 10 Fragments

Find 10 Fragments

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Spiritual / Sistem / Penyeberangan Dunia Lain / Peradaban Antar Bintang / Kultivasi Modern
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: GM Tyrann

Season 2 dari I Don't Have Magic In Another World

Ikki adalah seorang pria yang memiliki kekuatan luar biasa, namun terpecah menjadi 10 bagian yang tersebar di berbagai dunia atau bahkan alam yang sangat jauh. Dia harus menemukan kembali pecahan-pecahan kekuatannya, sebelum entitas atau makhluk yang tidak menginginkan keberadaanya muncul dan melenyapkan dirinya sepenuhnya.

Akankah dia berhasil menyatukan kembali pecahan kekuatannya, dan mengungkap rahasia di balik kekuatan dan juga ingatan yang sebenarnya? Nantikan ceritanya di sini.

up? kalo ada mood dan cerita aje, kalo g ada ya hiatus

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GM Tyrann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 35 - Masalah selesai

Aku naik ke atas arena, sorakan dan bisikan dari para murid mengisi udara. Instruktur Elara, berdiri di tengah arena, siap menjadi wasit dari pertarungan ini. Dia mengangkat tangannya, menandakan bahwa pertarungan akan segera dimulai.

'Aku tidak tahu jika dia adalah instruktur kelas warrior.' Aku dalam hatiku melihat Elara.

Garret, dengan senyum sinis di wajahnya, berdiri di seberang arena. "Keluarga Kurogane yang terkenal dengan teknik pedangnya malah masuk ke dalam kelas magic? Betapa memalukan," ledeknya dengan nada mengejek.

Aku tetap tenang, menatap Garret dengan mata yang tenang tapi tajam. "Dan kau adalah iblis paling idiot yang pernah aku temui," balasku dengan tenang. Garret mendengus, amarahnya semakin membara.

Aku dan Garret memiliki temperamen yang sangat berbanding terbalik. Aku selalu bisa tenang dan menilai sesuatu dengan cermat, menyelesaikan masalah tanpa harus bertarung jika memungkinkan. Sedangkan Garret, selalu marah dengan ucapan sepele, menganggap pertarungan sebagai solusi untuk segala masalah.

Elara menatap keduanya dengan serius. "Ingat, ini adalah duel sampai salah satu dari kalian tidak bisa melanjutkan. Tidak ada serangan mematikan. Siap?"

Aku dan Garret mengangguk serempak, mata kami terkunci satu sama lain.

"Mulai!" Elara mengayunkan tangannya ke bawah, menandakan dimulainya duel.

Garret langsung menyerang dengan kecepatan yang luar biasa, pedangnya berkilat dalam cahaya sore yang redup. Aku dengan tenang mengangkat pedang pelatihan, menangkis serangan pertama Garret dengan mudah. Dentingan logam memenuhi udara, menunjukkan awal dari pertarungan yang intens.

Pertarungan itu berlangsung dengan adu pedang yang sengit. Garret terus menyerang dengan kekuatan penuh, setiap tebasan nya penuh dengan amarah. Di sisi lain, aku bergerak dengan ketangkasan dan ketenangan yang mengesankan, menangkis setiap serangan dengan presisi.

Garret mencoba menggunakan kekuatan brutalnya untuk mengalahkan ku, tapi aku menaikkan kecepatan, bergerak seolah-olah aku adalah bayangan yang sulit ditangkap. Setiap kali Garret menyerang, aku selalu berhasil menghindar atau menangkis dengan sempurna.

Namun, Garret tidak mudah menyerah. Meskipun menerima luka kecil dari serangan balik yang aku lakukan, dia terus melawan tanpa henti. Sementara itu, aku menggunakan sihir untuk memperkuat pedang, memastikan setiap serangan cukup kuat untuk melukai tapi tidak mematikan.

Pasif yang memperkuat diriku selama duel sungguh menggangu, seluruh stats kekuatan meningkat sebanyak 50%. Meskipun demikian, aku harus tetap menahan diri, menyembunyikan kekuatan asli agar tidak menarik perhatian berlebihan.

Stats kekuatan miliku tanpa pasif ini saja sudah berada di 1000 lebih, dengan tambahan 50% seharusnya stats nya sudah lebih dari 2000.

Pertarungan terus berlanjut selama lima belas menit. Garret sudah menerima banyak luka kecil, darah menetes dari beberapa bagian tubuhnya. Meskipun begitu, dia terus berdiri, matanya masih penuh dengan semangat bertarung.

Di sisi lain, aku tidak menerima luka serius. Setiap kali aku terkena serangan, luka tersebut sembuh dengan cepat tanpa ada yang menyadarinya. Elara dan murid yang menonton hanya bisa menyimpulkan bahwa aku tidak terkena serangan apapun.

Aku sebenarnya merasa sangat panik karena pasif akan selalu aktif bahkan tanpa MP yang diberikan pada pasif tersebut. Aku seharusnya memilih Long Life saat itu.

Namun, Garret mulai merasa lelah. Gerakannya menjadi lebih lambat dan kurang bertenaga. Aku, meskipun tidak ingin melukai Garret lebih parah, tahu bahwa harus segera mengakhiri pertarungan ini.

Aku memperkuat pedangku, membuat pedangku beradu dengan pedang milik Garret. Angin kuat dan suara dentumannya sangat kuat, namun aku membuat pedang milik Garret melayang dan membuat Garret jatuh ketanah.

Garret yang jatuh merasa kesal dan tiba-tiba menunjukkan wujud aslinya sebagai iblis. Kulitnya berubah menjadi lebih gelap, tanduk di kepalanya tumbuh lebih panjang, dan api biru menyala di sekitar tubuhnya. Dia mengeluarkan raungan marah, membuat para penonton terkejut dan mundur ketakutan.

Elara segera melangkah maju untuk menghentikan pertarungan. "Cukup! Ini sudah kelewatan, Garret!"

Namun, aku mengangkat tangan untuk menghentikan Elara. "Biarkan dia. Aku akan menanganinya."

'Dasar gila, padahal sudah kalah tapi malah menunjukan wujud asli.' Aku merasa kesal dalam hati.

Garret, sekarang dalam wujud iblisnya, menciptakan pedang dari sihir api biru yang berkilat mengancam. Dia menyerang aku dengan keganasan yang lebih besar, setiap tebasannya meninggalkan jejak api di udara.

Aku tahu bahwa aku harus meningkatkan level pertarungannya. Namun, aku tidak memilih untuk menggunakan senjata lain dan melanjutkan pertarungan lebih dari ini. Sebaliknya, aku mengaktifkan skill . Seluruh stats Garret berkurang 30%, sementara stats milikku bertambah 30%. Efek skill itu juga menyebabkan ketakutan pada seluruh orang yang ada di arena, meskipun ketakutan yang mereka rasakan tidak terlalu besar karena skill itu tidak mengarah pada mereka, melainkan pada Garret.

Garret yang sudah menjadi sangat gila karena kalah dari ku kini terlihat semakin marah dan bingung. Dalam pandangannya, dia mulai melihat ilusi di belakang punggung Ikki, ilusi yang membuatnya sangat ketakutan. Ilusi itu terlihat seperti bayangan mengerikan yang mengancamnya dengan kebengisan yang tak terlukiskan.

Pertarungan berlanjut dengan intensitas tinggi, tapi kini jelas bahwa Garret mulai kehilangan kendali. Dia menyerang dengan liar, tapi gerakannya semakin tidak terarah dan penuh dengan ketakutan.

Akhirnya, Garret yang tertekan oleh ilusi yang dihasilkan oleh jatuh ke tanah, tubuhnya gemetar hebat. Dia mencoba bangkit, tapi ketakutan yang melanda pikirannya terlalu kuat. Matanya terpejam, dan dia akhirnya pingsan karena ketakutan yang luar biasa.

Elara segera menghentikan pertarungan, mengangkat tangan untuk menandakan bahwa duel telah selesai. "Pemenangnya adalah Kurogane Ikki!" serunya.

Sorakan dan tepuk tangan dari para murid memenuhi udara. Aku menatap Garret yang tak sadarkan diri di tanah, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Aku tahu bahwa pertarungan ini akan menjadi pembicaraan selama berminggu-minggu di akademi, tapi yang lebih penting, aku telah membuktikan diri dan menjaga kehormatan timnya.

Aku kemudian berjalan keluar dari arena, disambut oleh Alisa yang terlihat khawatir tapi bangga. "Kamu melakukannya, Ikki," katanya dengan senyum lega. "Tapi kamu harus lebih berhati-hati di lain waktu."

Aku hanya tersenyum, menatap langit yang mulai beranjak malam. "Aku akan selalu berhati-hati, Alisa. Tapi terkadang, kita harus mengambil risiko untuk menjaga apa yang kita percayai."

Alisa mengangguk, hatinya berdebar melihat Ikki yang begitu tenang dan kuat. "Kamu benar. Kamu memang keren, Ikki," katanya dengan suara pelan, senyumnya semakin lebar.

Alisa yang biasanya ceria tampak merona, pipinya memerah. Dia merasa Ikki malah menjadi lebih tampan dan mempesona di matanya, membuatnya semakin kagum.

'Apa dia ingin menunjukan sisi malu-malu didepan semua orang yang ada disini?' tanyaku dalam hati.

***

Keesokan paginya, aku berjalan masuk ke akademi dengan langkah tenang. Udara pagi yang segar tidak bisa menyembunyikan kehebohan di kalangan para murid. Berita tentang aku yang mengalahkan Garret telah menjadi perbincangan hangat. Setiap langkah yang aku ambil disertai dengan bisikan dan tatapan kagum dari teman-teman sekelas dan bahkan murid dari tingkat yang lebih tinggi.

Aku sudah menduga hal seperti ini akan terjadi, tapi aku masih merasa sedikit tidak nyaman dengan sorotan tersebut. Saat aku berjalan melalui lorong, aku bertemu dengan Miyuki, kakakku yang biasanya dingin. Namun, kali ini, ada sedikit senyum di wajahnya yang biasanya tanpa ekspresi.

"Kerja bagus, Ikki. Kau membuat keluarga Kurogane bangga," kata Miyuki dengan suara lembut tapi penuh kebanggaan.

'Hmm? Keluarga Kurogane bangga? Apa dia memberi tahu ayah?' tanyaku bingung. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah kakakku yang memasang senyumannya seperti terakhir kali.

Aku hanya mengangguk. "Terima kasih, kak. Aku hanya melakukan apa yang perlu dilakukan."

Di kelas, Kael yang baru saja datang terlihat terkejut mendengar berita tersebut. "Apa? Ikki, kamu bertarung dengan Garret kemarin? Dan kamu menang?" tanyanya dengan mata membelalak.

Aku tersenyum tipis. "Ya, itu terjadi. Aku kira kamu tidak masuk kemarin, Kael. Jadi kamu tidak tahu."

Kael menggelengkan kepala, masih terkejut. "Tidak, aku benar-benar tidak tahu. Kamu benar-benar membuat kejutan besar, Ikki!"

Tiba-tiba, Garret muncul di kelasku. Wajahnya tampak lebih tenang dibanding sebelumnya. "Ikki, aku ingin meminta maaf atas sikapku kemarin. Kamu memang lebih kuat dari yang aku kira," katanya dengan tulus.

'Lihatlah, dia sudah tidak terlihat seperti iblis idiot.'

Aku mengangguk, menerima permintaan maaf Garret. "Tidak apa-apa, Garret. Aku juga mengerti tekanan yang kamu rasakan."

Garret kemudian melanjutkan, "Aku juga ingin bergabung dengan timmu, jika kamu masih menerimaku. Tapi ada satu hal yang selalu membuatku penasaran. Kenapa kamu memilih kelas Magic bukannya kelas Kultivator atau Warrior?"

Karena latihannya tidak terlalu berat dan tidak susah saat melakukan praktek. Aku ingin bilang begitu tapi...

Aku tersenyum samar, menatap Garret dengan mata yang penuh dengan pemahaman. "Setiap orang punya alasan dan jalan mereka sendiri, Garret. Aku memilih jalan ini karena aku percaya ini adalah yang terbaik untukku. Tidak semua kekuatan berasal dari pertarungan fisik. Magic menawarkan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang aku butuhkan."

Aku tidak tahu apa yang aku katakan, itu muncul di kepalaku saat aku merasa kesulitan menjawab sesuatu.

Meskipun aku tidak terbiasa dengan menjadi pusat perhatian, aku tahu bahwa kehidupan di akademi akan berbeda mulai sekarang. Kehidupan santai tanpa gangguan yang aku inginkan kini tampak semakin jauh. Namun, aku yakin bahwa itu masih bisa diperbaiki. Aku hanya perlu menyesuaikan diri dengan perubahan ini dan menemukan cara untuk menjaga keseimbangan antara ketenangan yang aku cari dan tanggung jawab.

Dengan begini aku tidak perlu khawatir dengan Alisa. Dia seharusnya bisa menjalaninya dengan sikapnya dan juga aktingnya yang hebat. Aku bertarung karena Alisa juga, menjadi pengecut dan membuat Alisa kesulitan berarti aku melanggar janji yang sudah dibuat.

Tapi hari ini dia tidak ingin jalan bersama ke akademi, kira-kira kenapa ya?

1
Vemas Ardian
njirr ngelunjak 😭😭
Ibrahim Rusli
sejauh ini keren sih Thor ...lanjut 🤘🏻🤪
Dhewa Shaied
cukup menarik hanya saja ad bbrpa bab yg paragraf nya berulang
Protocetus
izin promote ya thor bola kok dalam saku
GM Tyrann
Kalo kalian udah mulai baca terus ada nama MC dibagain sudut pandangnya padahal seharusnya Aku. Itu kesalahan penulisan, karena udah banyak jadi malas ganti, ada banyak sih pas sudut pandang MC seharusnya pake Aku dan Kami, tapi malah pake, nama MC, Dia dan Mereka.

Kalo dari sudut pandang karakter lain nama MC, y pake nama MC. Apa lagi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!