Pelabuhan Cinta Triple R
“Dr. Lucia dan keluarga, bolehkan kita bicara di ruanganku? Ini tentang hasil pemeriksaan terbaru dari pasien Tuan Noland dan Nyonya Julia.”
Suara yang begitu merdu, ditambah dengan sosoknya yang terlihat begitu anggun layaknya malaikat tak bersayap yang mengenakan jas putih. Dimata semua orang wanita itu memang terlihat hanya seorang dokter spesialis biasa yang memiliki paras cantik, tapi di mata Ryuga sosok dokter cantik itu terlihat bagaikan sosok malaikan sekaligus bidadari yang diperintahkan untuk turun ke bumi untuk mengajarkan dirinya tentang apa itu cinta.
“Aku melihat malaikat sekaligus bidadari, karena tidak mungkin ada manusia yang seindah dan secantik itu di dunia ini.” Ryuga hanya mampu mengatakan hal itu di dalam hatinya, sebab kedua saudaranya bisa langsung heboh jika dia mengatakannya secara langsung.
Mungkin inilah yang dinamakan cinta pertama dan pada pandangan pertama yang selalu orang bicarakan. Namun, dibalik indahnya nama cinta pertama itu tersimpan sebuah rumor bahwa cinta pertama sering berakhir dengan perpisahan.
Meski sebenarnya banyak juga cinta pertama yang berakhir bahagia dan bisa bersama sampai hanya maut yang bisa memisahkan. Akan tetapi, benarkah kalau cinta pertama yang berakhir bahagia sangat sulit dicapai?
Maka inilah Ryuga Cano Xavier yang menjadikan cinta pertama dan cinta pada pandangan pertamanya pada seorang Dokter cantik bernama Olivia Jansen, rekan kerja Kakaknya sendiri yaitu Lucia sekaligus dokter yang menangani kondisi Noland dan Julia saat koma.
Dan mungkin juga ini yang dinamakan cinta dalam diam, mengagumi dan mencintai tapi tidak bisa langsung mengutarakannya secara langsung. Hanya bisa mengagumi dan memperhatikannya dalam hati, diam dan dari kejauhan.
“Tentu, Dr. Olivia!”
Jawaban Lucia seketika menyadarkan Ryuga dari lamunannya yang ingin mendekati ataupun berkenalan lebih dekat dengan sosok Dr. Olivia yang berhasil membuat detak jantungnya berdegup sangat kencang. Bahkan senyuman tipisnya sudah mampu membuatnya merasa berada di taman surga.
“Olivia! Bahkan namanya juga seolah melengkapi kecantikan dirinya. Aku ingin lebih mengenalnya, ingin lebih dekat dengannya dan kalau bisa langsung menjadi suaminya. Tapi apakah dia masih sendiri? Bodo amat, jika dia sudah memiliki suami maka aku siap menjadi suami keduanya. Jika dia sudah memiliki kekasih, maka aku bersedia menjadi selingkuhannya. Dan jika dia sudah punya anak, maka aku siap menjadi Papah penggantinya.”
Meski hanya bicara dalam hati, tapi sepertinya sangat jelas sekali bahwa Ryuga sangat tergila-gila dengan sosok Dr. Olivia. Beruntung wajahnya terkesan dingin, sehingga orang lain tidak menyadari bahwa dalam hatinya tengah berbunga-bunga.
“Ashlyn, bisakah kau tetap di sini menjaga Grandpa dan Grandma beserta anak-anak?” pinta Zhia yang tidak ingin meninggalkan mereka tanpa pengawasan.
“Aah, benar! Aku tidak mungkin melakukan dua pilihan di atas. Tapi jika dia seorang single parent, mungkin Papah dan Mamah masih bisa menerimanya. Tidak untuk Pebinor dan Selingkuhan yang ada aku mati muda ditangan keluargaku sendiri.”
Padahal Mamah Zhia tidak mungkin mendengar kata hatinya, tapi membayangkan kemarahan keluarganya terutama kemarahan Mamah Zhia sudah membuat Ryuga seketika sadar diri.
“Tentu, Mah! Ashlyn pasti akan menjaga mereka dengan baik,” balas Ashlyn yang tidak keberatan sama sekali.
...****************...
Setelah mendapat jawaban dari Ashlyn, mereka pun segera bergegas menuju ke ruangan Dr. Olivia berada. Sepanjang perjalanan menuju ke ruangan pribadi Dr. Olivia tatapan Ryuga terus berpusat menatap semestanya, sang sosok malaikat sekaligus bidadari di hatinya. Dia bahakan mengabaikan ocehan Regis, karena Ryuga tidak ingin melewatkan kesempatan memperhatikan Dr. Olivia secara diam-diam.
Ketika Rayden, Zhia, Luca, Lucia, Levi dan juga Triple R sudah berada di dalam ruangan Dr. Olivia dengan Rayden dan Zhia saja yang duduk berhadapan dengan Dr. Olivia sedangkan yang lainnya hanya berdiri.
Ryuga dengan sengaja memilih posisi yang bisa membuat dirinya memperhatikan Dr. Olivia dengan jelas tanpa disadari oleh yang lainnya terutama Dr. Olivia sendiri. Untuk beberapa saat terlihat Dr. Olivia tengah sibuk memilah dokumen yang dapat diperkirakan bahwa dokumen tersebut milik Noland dan Julia.
“Bahkan melihatnya yang begitu fokus pada pekerjaannya membuat hatiku semakin tidak karu-karuan. Sepertinya aku memang benar-benar telah jatuh hati dalam pesonanya,” batin Ryuga yang diam-diam tersenyum ketika sekilas bayangan dia bersama dengan Dr. Olivia tiba-tiba terlintas dibenaknya.
Ryuga bahkan hampir tidak fokus mendengar penjelasan tentang keadaan Grandpa dan Grandmanya, sebab dia terlalu fokus mengagumi Dr. Olivia di dalam hatinya. Hingga ketika Dr. Olivia dan Lucia langsung membahas kabar buruk tentang kondisi Noland dan Julia. Saat itulah seketika tubuhnya ikut melemas mendengar kabar buruk tentang kondisi Grandpa dan Grandmanya.
Air mata kesedihan sudah mengalir dari pelupuk mata mereka tanpa bisa dihentikan. Zhia bahkan langsung menangis didalam pelukan Rayden, begitu juga dengan Levi yang segera memeluk Lucia yang menangis dalam diam. Ingin sekali Ryuga meminta pelukan pada Dr. Olivia, tapi dia sadar ini adalah pertemuan pertama mereka secara langsung.
“Maaf, kami terpaksa harus mengatakan ini. Namun, sebaiknya kalian menggunakan waktu yang tersisa sebaik mungkin dengan Tuan Noland dan Nyonya Julia,” ujar Dr. Olivia dengan nada bicaranya yang begitu pelan dan dapat Ryuga rasakan bahwa Dr. Olivia sebenarnya tidak tega mengatakan kabar buruk tersebut.
“Kami memang bukan Tuhan yang bisa menentukan hidup dan mati seseorang, tapi mengingat penyakit komplikasi yang mereka derita saat ini dan faktor umur mereka yang sudah lanjut usia. Menurut pengalaman kami besar kemungkinan bahwa keduanya tidak bisa bertahan lama.” Lanjutnya dengan wajah tertunduk karena tak sanggup menatap mata kesedihan dari keluarga ini.
“Apa yang kau bicarakan Dr. Olivia? Kita bahkan belum mencoba melakukan pengobatan terbaik untuk mereka, tapi kenapa kau malah sudah mengatakan hal buruk seperti itu pada Grandpa dan Grandma,” sentak Lucia yang tidak terima dengan perkataan Dr. Olivia.
“Dr. Lucia….” Dr. Olivia mencoba kembali mengingatkan Lucia tapi perkataannya kembali di potong.
“Jika kau tidak bisa melakukan perawatan pada mereka, maka aku yang akan melakukannya sendiri. Dan akan aku buktikan bahwa mereka bisa bertahan lebih lama dari kau kau perkirakan itu!” seru Lucia yang kemudian langsung pergi keluar dari ruangan itu dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Levi dan Luca segera menyusul kepergian Lucia, sedangkan Triple R yang menenangkan Zhia yang sudah menangis terisak dalam dekapan Rayden yang juga terlihat sangat terpukul. Rayden pun memilih membawa Zhia pergi diikuti oleh Triple R, dia mencoba untuk percaya bahwa Lucia bisa melakukan seperti yang dia katakan.
Sebenarnya Ryuga masih belum puas mengagumi Dr. Olivia secara diam-diam tapi keadaan Mamahnya lebih utama, karena pada akhirnya restu berada di tangannya.
Bersambung, ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Ardian Sofy
selamat pagi
2024-10-28
0
arniya
mampir lagi kak
2024-10-10
0
Paulina Mujiwati
hadir Thor. semangat berkarya
2024-09-18
0