Terjerat Pesona Suami Orang

Setelah berbicara empat mata dengan papanya, Alvaro kembali keruang tamu, menatap satu persatu wajah yang sedang duduk disana. Nampak Daniel diam tertunduk dengan menahan emosi dalam dirinya, sementara Diana menatap Alvaro dengan tatapan tajam sambil terus memeluk tubuh putrinya yang terus menangis.

Masih dengan tatapan teduh dan wajah tenangnya, Riana tersenyum hangat melihat kedatangan putranya diruang tamu.

"Al, kemari nak. Duduklah..." Riana menepuk sofa disebelahnya, meminta sang putra untuk duduk disampingnya.

Alvaro mengangguk tanpa berani menatap, dia berjalan ke arah Riana dan duduk disampingnya. Riana menarik nafas pelan dan merangkul pundak putranya.

"Al, tidak salah jika kamu jatuh cinta pada wanita lain. Tapi jangan menjunjung tinggi ego kamu sendiri, nak. Kamu sudah menikah dan ada Maya yang selalu mendampingi kamu." Ucap Riana. "Pergilah berlibur dengan Maya, mungkin dengan seperti itu bisa mempererat hubungan kalian yang sedang merenggang. Masalah pekerjaan biar papa kamu yang mengurus."

Riana sangat paham betul dengan sifat putra sulungnya, Alvaro memang sangat berbeda dengan Elvano, adiknya. Alvaro selalu menutup diri terutama pada wanita, itulah sebabnya putranya itu tidak menolak saat dijodohkan dulu. Sementara Elvano adalah seorang playboy, sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama, Elvano sudah sering gonta-ganti pacar, karena dia memang gampang bosan jika pacaran hanya dengan satu wanita saja. Makanya Elvano lebih memilih tinggal di luar negeri ketimbang harus hidup dirumah yang pastinya akan selalu mendapatkan ceramah dari Mike dan Riana.

Alvaro mengangkat wajahnya dan menatap sang mama dengan mata berkaca-kaca, "Ma, ini bukan sekedar tentang obsesi dan cinta. Tidak mungkin Al mempertahankan keduanya, justru itu akan semakin menyakiti kami."

Maya yang sejak tadi diam menangis langsung menjauhkan tubuhnya dari dekapan sang mama, dia menatap lekat wajah suaminya. "Tapi kenapa harus dia yang kamu pilih, Al? Kita sudah menikah selama dua tahun, apa semua itu tidak berarti apa-apa buat kamu? Apa salahku Al? Aku sangat mencintai kamu dan tidak pernah mengkhianati kamu, kenapa kamu tega melakukan ini padaku, Al. Kenapa???"

Maya memilih untuk lupa dengan cinta satu malamnya dengan Kenzo. Bagaimanapun dia harus memperjuangkan hubungan rumah tangganya dengan Alvaro. Lagipula dia dan Kenzo sudah sepakat untuk melupakan kejadian malam itu dan menganggap tidak pernah terjadi apapun.

"Kamu memang tidak bersalah, May. Aku yang salah dalam hal ini karena telah mengkhianati pernikahan kita. Aku begitu mudah tergoda dengan wanita lain." Alvaro kembali menundukkan kepalanya, saling mengeratkan jari-jarinya dan menarik nafas panjang. "Tapi aku tetap pada keputusanku untuk memilih bercerai dengan kamu, May."

"Alvaro!!" Seru Diana sambil beranjak berdiri, dia tidak terima dengan keputusan sepihak Alvaro. "Jangan sampai kamu menyesali keputusan kamu nantinya dengan memilih wanita ja-lang seperti itu!!"

Alvaro ikut berdiri dan menatap mama mertuanya, "Dia bukan wanita seperti itu, dia adalah wanita baik-baik."

"Tidak ada wanita baik-baik yang datang untuk merusak rumah tangga orang, Alvaro. Wanita itu tak ubahnya seperti seorang pela-cur yang rela memberikan tubuhnya hanya demi ambisinya saja. Apalagi melihat kamu yang kaya dan mapan, sudah pasti itu menjadi alasan dia untuk datang menggoda kamu dan menghancurkan rumah tangga kamu dengan Maya," nafas Diana begitu menggebu-gebu, setelah memergoki kelakuan bejat suaminya, sekarang dia juga harus menyaksikan jika putrinya harus menerima perlakuan yang sama, tentu saja Diana merasa tidak terima.

"Ini bukan salahnya, disini aku yang bersalah, karena aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak tergoda dengan wanita lain." Alvaro menjeda ucapannya dan menatap Maya. "Aku tidak akan meminta kamu untuk memaafkan perbuatanku, May. Aku memang tidak pantas untuk dimaafkan. Aku berharap ini menjadi keputusan yang terbaik untuk kita berdua."

Alvaro bergegas pergi meninggalkan ruang tamu, dia menaiki kembali mobilnya dan melajukannya pergi meninggalkan rumah. Maya ingin mengejarnya namun ditahan oleh Diana. Untuk saat ini rasanya percuma saja bicara dengan Alvaro karena pria itu tetap kekeh pada pendiriannya untuk menceraikan Maya dan lebih memilih wanita selingkuhannya.

Daniel yang sejak tadi bungkam pun bergegas bangun dari duduknya, dia ingin mengejar menantunya dan ingin memberikan pelajaran padanya. Namun langkah Daniel terhenti tepat di teras rumah saat sebuah suara kembali memanggilnya.

"Mau kemana kamu, Daniel?" Panggil Mike sambil berjalan keluar rumah. Dia berdiri tepat disamping Daniel. "Jangan berani menentang perbuatan putraku, Daniel. Berkacalah pada dirimu sendiri dulu. Kamu jauh lebih bejat dari Alvaro. Lima belas tahun kamu menutupi hubungan gelap kamu dengan seorang wanita, jangan kamu pikir aku tidak tau tentang itu."

Daniel membulatkan matanya, tangganya yang sejak tadi mengepal erat mulai merenggang, suara petir seperti menggelegar di telinganya saat mendengar kebohongannya sudah diketahui oleh besannya sendiri.

Daniel menatap kesamping, menatap Mike yang sedang menatap lurus ke depan dengan wajah tenangnya.

"Dan satu hal penting yang harus kamu tau, Daniel." Mike membalikkan tubuhnya kesamping dan menatap wajah besannya. "Wanita yang sedang digilai oleh putraku, dia adalah putri dari selingkuhmu sendiri, Anita Maharani."

Deg....

Mike menepuk pundak Daniel sambil tersenyum kecut, kemudian dia melangkahkan kakinya kembali masuk ke dalam rumah. Daniel masih tidak bergeming dari tempatnya berdiri.

"Putri Anita?" Daniel menggeleng tidak percaya. "Tidak, ini tidak mungkin. Maya tidak boleh menerima karma atas perbuatanku. Putriku tidak bersalah, dia harus bahagia!"

Daniel bergegas pergi menaiki mobilnya, dia melaju pergi mobilnya tanpa memiliki arah tujuan. Hatinya begitu kalut meratapi nasib rumah tangga putrinya. Daniel tidak mau jika Maya sampai harus menerima karma atas perbuatannya dengan Anita. Bagaimanapun caranya Daniel harus menjauhkan putri Anita dari Alvaro, supaya Alvaro dan Maya tidak jadi bercerai. Biar dia sendiri saja yang menanggung karma atas perbuatannya sendiri.

...🔥🔥🔥🔥🔥...

Prang...

Prang...

Prang...

Ruangan kantor yang tadinya bersih dan rapi kini berubah menjadi seperti kapal pecah. Barang-barang berserakan dimana-mana memenuhi lantai ruangan. Kenzo terus membanting barang-barang disekitarnya seperti orang kesetanan.

"Bren-gsek kamu Alvaro!! Bren-gsek!!"

Dua jam lalu Kenzo datang ke kantor David untuk melihat keadaan Karin dan berharap wanita itu sudah sembuh dari sakitnya. Namun lagi-lagi Kenzo tidak mendapati kehadiran Karin di kantor. Dan David menceritakan semuanya pada Kenzo tentang apa yang dia lihat dan dia dengar, tentang hubungan gelap Karin dan Alvaro. Kenzo yang mendengarnya langsung tersulut emosi.

Bugghhh....

Bugghhh....

Dengan tangan terkepal erat, Kenzo meninjukan bogemnya ke atas meja kerjanya berkali-kali. Rasa sakit ditangannya tak sebanding dengan rasa sakit hatinya. Bagaimana tidak, wanita pujaan hatinya telah ditikung oleh sahabatnya sendiri. Padahal Alvaro sudah memiliki istri, tapi dia tetap mau menjalani hubungan terlarang dengan Karin.

"Aarrgghhhh....!!! Sekali lagi Kenzo melayangkan bogemnya ke atas meja, tubuhnya bahkan sampai bergetar akibat emosinya yang meledak-ledak didalam dirinya.

"Aku tidak terima! Akan aku buat pelajaran padamu, Alvaro!!"

Kenzo bergegas pergi meninggalkan ruangan kerjanya, dia membanting pintunya dengan sangat keras. Jika saja wanita yang menjalani hubungan terlarang dengan Alvaro bukanlah Karin, mungkin dia tidak akan semarah ini. Hari ini juga dia harus menemui Alvaro dan membuat perhitungan dengannya.

...🔥🔥🔥🔥🔥...