Wulan Riyanti merebut suami adiknya lantaran dia diceraikan sang suami karena terlalu banyak menghamburkan uang perusahaan. Tia sebagai adik tidak tahu bahwa di balik sikap baik sang kakak ternyata ada niat buruk yaitu merebut suami Tia.
Tia tidak terima dan mengadukan semua pada kedua orangtuanya, akan tetapi alangkah terkejutnya Tia, karena dia bukan saudara seayah dengan Wulan. Orang tua Ita lebih membela Wulan dan mengijinkan Wulan menjadi istri kedua Ridho-suami Tia.
Rasa sakit dan kecewa Tia telan sendiri hingga akhirnya Tia memutuskan untuk bercerai dan hidup mandiri di luar kota. Suatu kebetulan dalam kesendiriannya Tia bertemu dengan sang mantan suami Wulan yang bernama Hans. Bagaimana kisah Cinta Tia dan Hans selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani Ningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"A ... apa benar, Mbak? Mama sakit karena diriku?" Tia terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Wulan.
Seringai terbit di sudut bibir Wulan. Kilat mata licik menghiasi matanya. Tidak terbayang olehnya kalau dia bisa bertemu dengan sang adik di rumah sakit ini. Nasib baik ternyata masih mengikutinya.
"Kau kira aku berbohong?! Silakan kau tanya pada papa, apa yang mama lakukan setelah kepergianmu, selain hanya bengong dan melamun saja. Setiap yang datang pasti akan ditanya 'Sudah bertemu dengan Tia'. Hampir setiap saat yang ditanya adalah dirimu. Kami yang ada di rumah tidak pernah mama pikirkan."
Wulan bersedekap, menatap Tia yang sudah terlihat cemas dan merasa bersalah.
"Bagus, Wulan. Ternyata kau juga bakat memainkan drama. Tiaa ... Tia, bodoh kok dipiara!" ucap Wulan mengolok sang adik di dalam hatinya.
Tia menggenggam tangan sang ibu, wanita yang tidak pernah ada untuknya. Wanita yang melahirkan Tia namun tidak mau menerimanya sebagai anak.
"Ma ... Mama kenapa? Maafkan Tia, Ma. Tia tidak bermaksud membuat mama bersedih. Tia hanya ingin bebas dari mas Ridho. Tia tidak sanggup selalu menjadi biang onar di rumah itu." Tia mencium kedua tangan ibunya.
Semua kata-kata Tia tidak didengar oleh sang ibu. Meri masih terpejam, tidak mendengar apapun. Tia menghentikan lalu beranjak dari tempatnya, setelah sebelumnya mengecup kening sang ibu untuk berpamitan.
"Maaf, Mbak Wulan. Aku permisi dahulu, masih ada yang harus aku selesaikan. Semua tagihan ibu berikutnya kirimkan saja ke nomorku," ucap Tia.
Hati Wulan sangat senang mendengar apa yang ditawarkan oleh Tia
"Baiklah aku akan membuat totalan semua biaya rumah sakit lalu mengirimkannya padamu," ucap Wulan dengan senyum smirk nya.
Cahyo --suami Meri hanya terdiam menyaksikan kedua putrinya sedang menghitung total pengeluaran biaya. Hati orang tua mana yang melihat anaknya seperti segan membantu orang tuanya yang sedang sakit. Cahyo merasa dirinya sebagai orang tua yang gagal.
"Mbak Tia!" pekik Aris saat melihat Tia. Dia sangat senang bisa bertemu dengan kakaknya itu. Saudara kandung tapi tidak senasab.
"Aris, kamu dari mana? Lama mbak ingin bertemu dengan mu," ucap Tia menyambut sang adik yang datang membawa makanan. Rupanya Aris tadi ke kantin untuk membawa makanan.
"Dari kantin, Mbak. Beli makanan untuk papa dan kak Wulan. Mbak Tia dari mana? Kenapa mbak Tia pergi dari rumah?" Aris membombardir Tia dengan berbagai pertanyaan.
Deg ...
Hati Tia berdebar, hatinya serasa tercubit. Tidak menyangka jika Aris akan bertanya seperti itu. Pertanyaan yang membuat hatinya kembali terluka. Tia benar-benar ingin keluar dari suasana canggung itu.
"Ah, itu. Mbak mau hidup mandiri saja. Mbak Tinggal di Rum Residen. Kamu bisa mampir jika lewat ke perumahan yang mbak tempati sekarang ini," ucap Tia mengusap kepala sang adik dengan penuh kasih sayang.
"Insyaallah, mbaK. Aris akan mampir ke rumah baru mbak Tia tinggal sekarang. Oh ya, mbak Tia tadi ke sini dengan siapa? dan dapat kabar mama sakit dari siapa, Mbak?" tanya Aris.
Tia tersenyum kecut, dia teringat Hans yang sedang menunggunya. Hari ini Hans sudah diijinkan untuk pulang.
"Mbak dapat kabar dari tetangga. Katanya mama sakit, ya udah mbak langsung ke sini," ucap Tia berbohong. Dia tidak mungkin jujur kalau dirinya sedang menunggui Hans.
"Syukurlah, Mbak. Aris menemukan mama sudah tergeletak pingsan di lantai," ucap Aris mengatakan awal mula dia melihat sang ibu pingsan.
"Aris!" Wulan mencegah Aris untuk melanjutkan kata-katanya lagi. Dia takut jika Aris membongkar kebohongannya.
Cahyo dan Tia boleh bersentuhan kerana merupakan Bapak Tiri Tia ,
Gunawan dan Sinta boleh bersetuhan , Seperti bersalaman ataupun sekadar cium kening , Kerana Sintia anak tiri Gunawan ,
Gunawan tidak boleh menjadi wali Sintia ketika menikah begitu jugak dengan Tia ,
Cahyo tidak boleh menjadi Wali Tia tetapi boleh menjadi Wulan kerana anak kandung Cahyo ,
Kalau tidak mahu bersalaman dengan Gunawan boleh tapi haruslah berlapik .
Berbeda sama Gunawan dan anaknya mereka tidak sedarah dengan Tia , Kerana Tia adalah yang lahir dari pemerkosaan atau pun lebih tepat anak tidak sah taraf ,
Tia bersentuh dengan Gunawan walaupun hanya sekadar bersalaman tanpa lapik itu tidak di benarkan dalam Islam kerana Gunawan bukanlah mahram dari Tia , Gunawan juga tidak pernah menikahi Ibu kandung Tia ,
Berbeda pula dengan Bapak Wulan kerana menjadi bapak tiri Tia kerana menikah Ibu Tia ,
Wulan , Tia dan adik lelakinya adalah saudara dari satu Ibu dan mereka tidak batal air sembahyang ketika bersentuhan .