Lea Miranda tak pernah menyangka, di usia pernikahannya yang Ke 12 tahun, ia mendapatkan ujian yang begitu berat. Yaitu, dikhianati oleh suami dan sahabatnya sendiri, Arya Dan Chelsea.
Awalnya, Lea memutuskan untuk bercerai dan merasa tak sudi melihat suami dan sahabatnya itu ketika mengetahui perselingkuhan mereka. Namun, ia berubah pikiran ketika teringat bagaimana ia dan Arya membangun rumah tangga, dan bagaimana mereka berjuang dari nol hingga mereka berada di titik yang sekarang.
Akhirnya, kini Lea memilih merebut suaminya kembali. Ia bertekad akan kembali membuat Arya bertekuk lutut di hadapannya dan menghempaskan Chelsea dari hidup mereka.
Bisakah Lea melakukan itu?
Bagaimana caranya ia merebut kembali suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tekad Setelah Pilihan Yang Meyakinkan
"Lea?" Lea yang saat ini baru sampai di sebuah restoran langsung menoleh saat ada yang memanggilnya.
"Hai, Rub," sapa Lea dengan senyum ramah.
Ruby sedang makan di sana bersama teman-teman kantornya, dan Lea terlihat senang melihat mereka. "Mau gabung?" Ruby menawarkan.
"Aku ada janji sama teman," jawab Lea.
Ruby hanya mengangguk, tapi raut wajah wanita itu terlihat berbeda dan Lea menyadari itu.
"Ada masalah, Rub? Mungkin aku bisa bantu," kata Lea yang seketika membuat wajah Ruby tampak mending.
Ia pun menarik tangan Lea dan pergi menjauh dari teman-temannya, Lea sedikit terkejut tapi dia menurut saja.
"Ada apa sih? Kayaknya rahasia banget masalah kamu," kekeh Lea.
"Bukan masalahku, tapi ... tapi masalah kamu," lirih Ruby yang seketika membuat Lea mengernyit bingung.
"Maksudnya?" Lea menatap Ruby dengan intens.
Ruby menarik napas, ia meyakinkan dirinya sendiri untuk memberi tahu Lea tentang perselingkuhan Chelsea dan Arya. Awalnya dia memang mengurungkan niatnya itu, tapi Ruby justru terus memikirkan Lea dan ia merasa bersalah jika menyembunyikan kejahatan suami dan sahabat Lea.
"Aku nggak bermaksud membuat keluarga kamu hancur, Lea, tapi aku ingin kamu tahu apa yang terjadi," cicit Ruby. Lea langsung memicingkan mata pada Rubby.
"Chelsea dan pak Arya ...." Ruby segera memberikan ponselnya pada Lea. "Mereka selingkuh, aku punya buktinya." Ruby berbisik, ia sangat takut menunggu reaksi Lea. Namun, wanita itu justru terlihat biasa saja, membuat Rubby bingung.
"Kamu sudah tahu?" tanya Ruby.
Lea tersenyum tipis dan mengangguk.
"Hoo, Leaa...." Rubby langsung memeluk Lea dan wajah wanita itu terlihat sangat sedih. "Kok mereka jahat sih sama kamu."
Lea terenyuh saat Rubby memeluknya seperti itu, apalagi Lea bisa merasakan kesedihan Rubby atas apa yang ia alami sama sekali bukanlah sandiwara.
"Aku juga nggak tahu kenapa mereka jahat," lirih Lea. Sorot wanita itu terlihat sayu, tapi di detik selanjutnya justru terlihat sangat tajam.
Lea menonton video rekaman di ponsel Rubby, ia terkejut saat menyadari tanggal dan waktu video itu diambil. Itu sehari setelah Lea melabrak Chelsea. Lea tersenyum miring, ia tak menyangka Chelsea dan Arya benar-benar tidak punya hati.
Saat ia menangisi rumah tangganya, merasa hancur atas pengkhianatan suami sahabatnya, tapi mereka yang menghancurkan justru bermesraan tanpa merasa berdosa.
"Sabar ya, Lea," ucap Rubby kemudian.
"Terima kasih atas informasinya, Rub, kamu membuat aku semakin yakin dengan keputusanku," tukas Lea.
"Kamu sudah yakin mau bercerai?" tanya Rubby dengan pupil mata yang membesar.
Bukannya menjawab, Lea hanya mengulum senyum. Bersamaan dengan itu, ia melihat Carol yang baru masuk ke restaurant.
"Aku pergi dulu, sekali terimakasih atas semuanya." Lea memeluk Rubby, ia merasa senang karena wanita itu peduli padanya padahal mereka hanya teman kantor dulu.
...🦋...
"Aku sudah menyiapkan semuanya, Lea!"
Carol memberikan surat cerai yang sudah ia siapkan untuk Lea. "Sekarang kita hanya perlu mengirimkan ini ke pengadilan, dan aku akan usahakan supaya prosesnya cepat."
Lea membaca isi surat itu, ia terlihat sedih tapi tidak lagi menangis. Selain itu, Carol bisa melihat sepertinya Lea masih bimbang dengan keputusannya.
"Jika kamu masih ragu—"
"Aku nggak jadi menuntut cerai sekarang," lirih Lea yang membuat Carol terbelalak.
"Kamu serius, Lea?" pekik Carol.
"Aku sudah memikirkan ini matang-matang, Carol, aku akan pulang ke rumah suamiku."
"Tapi kenapa? Arya sudah minta maaf? Apa dia bersedia meningg Chelsea?"
"Dia sudah berkali-kali minta maaf, tapi dia belum bersedia meninggalkan Chelsea. Makanya aku mau pulang, aku akan membuat dia melempar wanita itu dari hidupnya."
"Maksud kamu?"
...🦋...
Hari sudah petang, Arya langsung pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya di kantor. Meskipun tadi Chelsea mengajaknya makan bersama, tapi ia menolak karena moodnya sedang sangat rusak sekarang.
"Sekarang aku pulang tepat waktu, padahal nggak ada yang nunggu aku di rumah," gumam Arya, teringat kembali saat dulu ia selalu pulang terlambat dan anak-anak sudah tidur. Kemudian keesokan harinya mereka akan mengadu kalau menunggunya untuk makan malam.
Rasa bersalah kembali menyentil hati Arya, ia juga sangat merindukan kedua anaknya, sudah beberapa hari ia tidak bertemu dengan mereka.
Saat masuk ke rumah, Arya terkejut karena banyak mainan berserakan di lantai. Di meja juga ada buku gambar Darrel, tas dan kotak susu.
"Bi?" teriak Arya, kini ia ke meja makan dan sudah ada beberapa menu makanan di sana.
"Iya, Pak," sahut Bibi sembari berlari menghampirinya.
"Kenapa banyak makanan? Terus kenapa mainan Jihan ada di lantai? Buku Darrel juga siapa yang mengeluarkan."
"Makanan ini Ibu Lea yang masak, Pak," jawab Bibi. "Kalau mainan itu ya anak-anak yang pakai, tapi sekarang mereka semua lagi mandi."
"A-anak-anak?" cicit Lea, berpikir ia salah dengar atau mungkin Bibi salah bicara.
Namun, tiba-tiba terdengar suara girang Jihan yang memanggilnya.
"Papa?"
Arya menoleh, seketika dia tercengang melihat putri kecilnya itu kini berlari padanya. "Papa pulang cepat hari ini!" Jihan mengulurkan kedua tangannya, meminta gendong pada Arya.
"I-iya, Sayang," jawab Arya gelagapan, ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Bereskan dulu mainannya, Jihan!"
Darrel juga muncul, tapi ia enggan menatap Arya, apalagi memanggil dan memeluknya seperti Jihan.
"Boleh main lagi?" tanya Jihan pada sang Kakak.
"Nggak boleh, kan sudah mandi," jawab Darrel.
"Ayo, Papa bantuin membereskan mainan kalian." Arya langsung menggendong Jihan dan membawanya ke ruang depan, di mana mainan mereka sangat berserakan.
Arya membantu Jihan memungut mainannya satu persatu, kemudian menyusun mainan itu di box khusus mainan Jihan. Tiba-tiba mata Arya berkaca-kaca, ia sangat terharu dan merasa bahagia bisa bersama anak-anak seperti ini.
Tak berselang lama, Lea muncul dan itu membuat Arya langsung mematung. Ia tidak tahu harus berkata apa pada istrinya itu setelah semua yang terjadi.
"Kami pulang," kata Lea kemudian, dengan raut wajah yang datar tapi tatapannya penuh arti.
"Ka-kalian pulang?" cicit Arya.
Lea mengangguk pelan.
"Akan tinggal bersamaku lagi di sini?" Arya bertanya lagi, ia ingin memastikan arti keberadaan Lea dan anak-anak di rumahnya.
"Hem," jawab Lea.
Arya langsung berdiri dan berhambur ke pelukan sang istri, membuat Lea terkejut bahkan tubuhnya sampai terhuyung karena dorongan tubuh Arya.
"Terima kasih, Sayang, terima kasih banyak sudah memberiku kesempatan lagi." Arya memeluk Lea dengan sangat erat.
"Kita bicarakan ini besok!"
Lea mendorong Arya, seolah ia enggan disentuh oleh pria itu.
"Besok, kita putuskan bersama apa yang harus kita lakukan."