Luna Olivia, seorang mahasiswi semester akhir yang memiliki sifat bar-bar harus menerima kala dirinya dijodohkan karena balas budi Ayahnya.
Bara Adi Wijaya, seorang Ceo Casanova yang tidak ingin mempunyai komitmen dengan wanita, tetapi malah dijodohkan dengan orang tua nya.
***
Bagaimana jadinya jika seorang Ceo Casanova di jodohkan dengan gadis tengil yang bar bar?
Apakah mereka bisa bersatu dan saling menerima ?
Atau malah sebalik nya, mereka tidak akan bisa bersatu karena perbedaan yang ada ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ekadewi01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25. Tergoda Dengan Yang Halal
Selama di perjalanan pulang tidak ada yang berbicara, karena merasa lelah Luna pun tertidur. Bara membiarkan saja istrinya itu tidur, mungkin sang istri lelah.
Setengah jam perjalanan, akhirnya mobil yang dikendarai Bara tiba di mansion mewah yang di dominasi warna putih.
Bara membuka sabuk pengamannya lalu mendekati istrinya yang sedang tertidur pulas. Dia bisa melihat wajah sang istri dari jarak yang begitu dekat.
Lama Bara memandangi wajah cantik itu, menimang-nimang apakah harus membangunkan istrinya atau menggendongnya saja.
Bara menatap lekat wajah cantik Luna, melihat bibir tipis yang sangat menggoda rasanya ingin melumatnya.
Baru membayangkan saja sudah membuat nya bernafsu, hanya dengan Luna lah dia seperti itu.
Hanya Luna yang bisa membuat pedangnya langsung bangun tanpa harus memancing nya terlebih dahulu.
"Akh, shit!" umpat Bara saat gairahnya sudah memuncak.
Padahal belakangan ini Bara sudah tidak bermain wanita semenjak dia selalu memikirkan Luna.
Bahu putih mulus dan bagian dada yang terekspos membuat Bara harus bisa menjinakkan pedangnya sendiri.
Daripada pikiran nya berkelana tidak jelas, dia memilih membangunkan Luna saja.
"Lun, Luna bangun udah sampe!" Bara menepuk pelan pipi Luna.
"Eugh." Luna mulai membuka matanya.
"Udah sampe, ya? maaf om gue ketiduran." Ujar Luna lalu bergegas untuk turun.
"Udah sana masuk! gue mau pergi dulu ada urusan."
Luna mengangguk lalu turun dari mobil dan langsung masuk kedalam tanpa memperdulikan suaminya.
Bara melajukan mobil nya menuju ke apartment tetapi, sebelumnya dia sudah menghubungi Dony meminta nya mengirim wanita malam ke apartemennya.
Bara sampai di apartment dan langsung menuju ke unit nya. Tidak menunggu lama wanita yang dia pesan datang. Bara mempersilahkan wanita itu masuk.
Wanita dengan pakaian sangat sexy itu duduk di sofa menyilangkan kakinya.
"Lakukan pemanasan sendiri!" titah Bara yang di anggukan oleh wanita sexy itu.
Bara melihat apa yang sedang di lakukan oleh wanita itu dengan lekat, namun sayang pedangnya tidak bereaksi sama sekali.
Tidak seperti biasanya jika baru melihat wanita polos saja sudah bangun. Tetapi kali ini berbeda, pedangnya seakan tidak bisa bekerja dengan baik seperti biasanya.
Berbeda saat bersama dengan Luna tadi yang hanya melihat bibir dan bahu istrinya saja sudah sangat menegang.
Bara juga seakan sudah tidak bernafsu lagi dan malah terlihat jijik. "Cukup, tidak usah dilanjutkan!" perintahnya.
"Ini bayaran kamu, sekarang pergi lah!" Bara memerintahkan wanita itu untuk pergi, karena percuma pedang nya tidak bangun.
Bara membuang nafasnya kasar lalu masuk ke kamar mandi, dia memilih berendam sebentar untuk merilekskan badannya.
Selesai bersih-bersih Bara membaringkan tubuh nya diatas tempat tidur, dia tidak pulang ke mansion karena malam juga semakin larut.
***
Malam berganti pagi, Luna keluar kamarnya untuk sarapan sebelum berangkat ke kantor.
"Masak apa, bi?" tanya Luna saat tiba di meja makan.
"Bibi buat spaghetti sama omelette, Non." Luna manggut-manggut lalu menuang air putih.
"Bara udah Jalan, bi?"
"Tuan Bara sepertinya nggak pulang non dari semalam." Jawab Bibi karena memang Bara tidak pulang.
Luna tidak ambil pusing mungkin saja Bara ada urusan dengan teman-temannya atau bisa jadi bermalam dengan perempuan-perempuan di club malam.
Setelah selesai sarapan Luna berangkat ke kantor. "Bi, aku berangkat dulu, ya!" pamit Luna.
"Iya Non, hati-hati." Jawab Bibi tersenyum.
Luna melajukan mobil nya menuju ke kantor Wijaya Corporation.
***
Bara sampai di kantor dan langsung masuk keruangan nya. "Selamat pagi, Pak," sapa Feli dibuat seramah mungkin.
"Pesankan saya makanan!" perintah Bara sebelum masuk kedalam.
Feli melakukan apa yang di perintahkan oleh boss nya. Sembari menunggu makanan itu datang, dia berdandan merapikan pakaian dan memoles wajahnya agar Bara meliriknya nanti.
Tidak menunggu lama, makanan untuk Bara pun datang dan langsung saja dia mengetuk pintu ruangan Bara. Setelah di persilahkan masuk, barulah dia masuk kedalam.
"Ini pak sarapan nya." Feli meletakan makanan di meja kerja Bara dengan badan sedikit merendah sehingga terlihatlah bukit kembarnya yang besar.
"Silahkan di pakan, Pak!" ujarnya lembut.
"Besok-besok pake baju yang lebih tertutup! Gerah ya memang nya di kantor sampe kancing baju dibuka seperti itu? nggak sekalian aja nggak usah pake baju!" Oceh Bara menyindir sekertaris nya.
Niat hati ingin menggoda Bara malah mendapat ocehan dari pria itu.
"Udah sana keluar! setelah saya selesai sarapan baru bacakan jadwal saya hari ini."
Feli menangguk lalu keluar dari ruangan boss nya, entah mengapa Bara sekarang jijik melihat tingkah laku sekertaris nya itu dan dia sudah tidak bernafsu lagi melihatnya seperti sebelumnya.
***
Jam kantor sudah di mulai, di ruangan nya Luna sedang mengerjakan pekerjaannya.
Luna di percaya untuk membuat laporan keuangan pembangunan resort yang ada di Bali.
"Lun, mba bisa minta tolong kamu keruangan Pak Bara minta tanda tangan beliau," titah mba Dini.
"Oh, boleh, Mba. Mana sini berkas yang harus di tanda tangani!"
Dini menyerahkan berkas itu ke tangan Luna dan Luna pun bangkit dari duduk nya lalu naik ke lantai sepuluh.
Keluar lift Luna langsung berjalan menuju keruang Bara namun ditahan oleh Feli.
"Mau ngapain, lo?" tanyanya begitu sinis.
"Ke ruangan laki gue minta tanda tangan," jawabnya santai membuat Feli menatapnya dengan tatapan mengejek.
"Cih, laki? belom tentu Bara nganggep lo itu istrinya."
"Lah, terus apa urusan nya sama lo? udah awas minggir!" Luna mendorong Feli lalu menerobos masuk kedalam.
Bara kaget dengan Luna yang masuk dengan tiba-tiba tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Sorry om nyelonong aja, gue cuma mau minta tanda tangan doan, tapi sekertaris lo mempersulit gue buat masuk." adu Luna.
"Ya udah, sini! mana yang harus gue tanda tangani." Luna menyerahkan berkas itu ke hadapan Bara.
"Om, gue ntar pulang malem ya paling jam 12 sampe di mansion." beritahu Luna.
"Mau kemana emang nya?" jawab Bara yang memang tidak tahu.
"Gue mau balapan mobil entar malem, lumayan kan hadiahnya kalo menang 200juta."
Bara terdiam sejenak setelah menandatangi berkas yang dibawa Luna.
"Okay, lo boleh pulang malem asal gue ikut," ucap Bara membuat Luna heran.
"Lah, lo mau ngapain ikut, Om? mau balapan juga, gue tuh bilang sama lo ya karena lo udah tau aja makanya gue bilang."
"Iya, pokoknya gue ikut." Bara tidak menerima penolakan.
"Ya, terserah lo deh, Om. Jam 9 acaranya mulai entar alamat nya gue kasih tau. Ini udah kan, ya? kalo gitu gue balik kerja dulu." Pamit Luna lalu keluar dari ruangan Bara.
Setah Luna keluar Bara tersenyum, untuk pertama kalinya sang istri memberitahunya kegiatan yang akan dia lakukan.
Kenan masuk kedalam ruangan boss nya dan heran melihat Bara senyum senyum sendiri.
"Kenapa lo, Bar? kek orang nggak waras lo senyum-senyum sendiri." Sindir Kenan yang langsung mendapat lemparan pulpen dari Bara.
"Gue mau ngasih tau ada meeting sama klien dari Bandung. Mereka udah sampe di Lobby di sambut langsung sama Feli dibawah. Udah, ayok buruan keruang meeting!" Titah Kenan.
Bara bangkit lalu keluar dari ruangannya di ikuti oleh Kenan di belakangnya.
Sedangkan Luna kembali ke ruangannya lalu menyerahkan berkas yang sudah di tanda tangani kepada Dini.
"Ini, Mba." Luna menyerahkan berkas itu.
"Makasih ya, Lun." Luna mengangguk lalu kembali bekerja.
***
Jam makan siang tiba, Luna turun ke Lobby karena Devan dan Ajeng makan siang bersama teman-teman divisinya, jadi Luna makan siang di cafe nya saja.
Baru akan keluar dari lobby namanya sudah di panggil. Bara lah yang memanggil Luna.
"Kenapa, Om?" Tanya Luna membuat Kenan tertawa karena panggilan yang diberikan untuk Bara.
"Mau kemana, lo?" tanyanya.
"Mau ke cafe makan siang."
"Ke cafe, lo?" tanyanya memastikan.
"Iya, soalnya si Ajeng sama Devan makan siang bareng sama temen divisi nya, jadi gue mau ke cafe aja."
"Ayok, bareng gue aja! gue juga mau makan siang kalo gitu makan di cafe lo aja."
"Maksud nya gimana Bar, Luna punya cafe?" Kenan kebingungan.
"Iya, cafe Olivia itu cafe nya Luna." Jawab Bara membuat Kenan shock.
"Serius?" Luna menganggukkan kepalanya.
"Wah, keren banget lo, Lun," puji Kenan.
"Ayok!" Bara menarik tangan Luna menuju mobil Kenan, karena Kenan lah yang menyetir.
Kenan sudah duduk di kursi kemudi sementara Bara memilih duduk di belakang bersama dengan istrinya.
"Lah, udah kek supir gue," celetuk Kenan.
"Udah jalan jangan bawel!" titah sang boss.
"Lagi juga biasanya lo duduk di depan, Bar."
"Udah buruan!" Kenan melajukan mobilnya menuju cafe Olivia yang tenyata milik istri dari sepupunya.
Luna keluar lebih dulu diikuti Kenan dan juga Bara. "Kalian mau duduk dimana?"
"Privat room aja." Bara lah yang menjawab.
"Okay, ayok!" ajak Luna berjalan lebih dulu menuju privat room.
Mereka semua masuk ke ruang privat room di lantai dua di ikuti satu karyawan yang di minta Luna untuk ikut naik.
"Kalian mau pesen apa? tenang gratis untuk kalian," ujar Luna tersenyum.
"Wih, dapet traktiran dari bu boss nih," guyon Kenan membuat Luna tertawa.
"Yang paling best seller aja disini? pesen kopi juga yang paling best seller." Bara lah yang menjawab.
"Okay, Tina kamu dengarkan apa yang di pesan?"
"Baik, Bu. Mohon menunggu sebentar ya, Pak Bara." Ujar Tina lalu keluar meninggalkan privat room menuju ke dapur.
"Lah, kok dia kenal nama lo, Bar?"
"Iya, kan gue suaminya boss dia," jawabnya dengan enteng.
"Udah di akuin istri ya sekarang mah," goda Kenan membuat Bara mendecih.
"Gimana ceritanya lo bisa punya cafe ini, sementara lo juga masih kuliah?" tanya Kenan penasaran.
Luna menceritakan semuanya seperti apa yang dia ceritakan kepada Bara waktu itu.
"Salut sih gue sama lo, bener-bener mandiri. Padahal background keluarga lo itu yang kalo lo minta apapun pasti langsung di turutin sama bokap lo. Tapi ini lo berdiri di kaki lo sendiri tanpa ada bantuan orang lain." Kenan benar-benar bangga dengan Luna wanita yang sempat dia kagumi itu.
"Keren emang, di tambah cewek hobi balapan. Langka tau nggak cewek kek lo ini, secara biasanya cewek hobi nya belanja sama jalan-jalan ngabisin duit, tapi ini lo beda. Mau ini gue kalo ada yang modelan kek lo gini gue jadiin bini." Seru Kenan membuat Bara melotot kan matanya.
Bara tidak suka Kenan memuji istrinya, entah mengapa hatinya mendadak panas.
"Biasa aja, lo yang berlebihan, Bangke," sahut Luna merasa dirinya belum ada apa-apanya.
Tina datang dibantu satu karyawan lainnya membawa pesanan boss mereka.
"Silahkan di nikmati!"
"Makasih Tin, ayok cobain menu best seller disini!"
Bara dan Kenan mulai memakan makanan best seller yang ada di cafe Luna dan memang rasanya benar-benar enak cocok di lidah mereka.
"Gimana rasanya?" Luna meminta pendapat para pria di hadapannya.
"Enak, sesuai yang katanya best seller, emang enak pas di lidah gue." Kenan menjawab dengan jujur.
"Kalo lo, Om?"
"Enak sih menurut gue. Semua menu disini resep dari lo semua?" Bara bertanya.
"Iya lah, gue yang mikirin menu apa aja yang bakalan ada di cafe gue dan gue juga yang buat resepnya."
"Keren kan Bar bini, lo." Ucap Kenan dengan mulut yang masih mengunyah.
Bara mengangguk menyetujui ucapan Kenan, dia sangat bangga dengan pencapaian yang di dapatkan oleh istrinya itu.
mau ngapain?