Demi membatalkan perjodohan yang dilakukan oleh papanya, Alea terpaksa harus meminjam uang kepada sang Bos, demi melunasi hutang-hutang keluarganya kepada kakek Will.
Bahkan, Alea juga sampai rela memotong urat malunya, demi meminta sang bos, untuk menjadi kekasih bohongannya.
Akan tetapi, takdir berkata lain, apa yang Alea rencanakan semuanya gagal. Dan malah berujung pada pernikahan serius dengan sang bos-nya.
Padahal, bos-nya adalah orang yang paling dihindari Alea sejak SMA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delia Septiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehadiran Rey di Lokarya
"Hallo, Rey."
"Alea, keluarlah!"
“Keluara apa?”
“Keluar dari kamarmu, aku sudah ada di parkiran.” Suara Rey terdengar sangat bersemangat.
“Apa?!”
Alea pun langsung berlari menuju jendela kamar, lalu membukanya, dan ternyata benar, di area parkir sudah ada Rey dan Nando yang baru saja keluar dari dalam mobil.
Alea secepatnya turun untuk menemui Rey di depan. Ia berpapasan dengan Miley yang baru saja keluar mencari makanan.
“Rusuh banget,” ucap Miley, saat Alea melintas di sampingnya.
Alea tidak menanggapinya, ia pun langsung lari ke luar, menuju area parkir.
Rey melambaikan tangannya saat tahu istrinya itu datang menghampirinya.
“Alea!” pekik Rey masih melebarkan senyuman manisnya yang tidak menyurut.
“Ya ampun, Rey, kenapa enggak bilang dulu sih, kalau mau datang ke sini?!” gerutu Alea pelan.
“Ya memangnya kenapa? Ini ‘kan acara kantor, aku juga boleh ikut dong,” jawabnya masih senyum-senyum sendiri melihat wajah istirnya yang lagi cemberut, menggemaskan.
Alea mengusap wajahnya pelan, merasa bingung. “T-tapi, ‘kan karyawan yang lain tahunya kamu dateng besok, kenapa mendadak jadi sekarang,” keluh Alea.
“Ya memang, tapi aku kesini kan karena ingin bertemu denganmu,” goda Rey, berharap Alea akan dibuat baper olehnya.
Nando yang berdiri dua langkah di belakang Rey, lelaki itu berdehem cukup keras, mendengar ucapan bosnya.
“Rey....” Alea memelototkan kedua matanya, merasa tidak enak karena ada Nando di dekat mereka.
Rey yang paham pun, menoleh terlebih dahulu ke belakang. “Nando.”
“Iya, Pak Rey, ada apa?” tanya Nando begitu sigap.
“Kau masuk lah terlebih dahulu ke sana, aku ingin berbicara berdua dengan Alea,” ucap Rey, memerintah.
Nando yang paham pun langsung mengangguk cepat, dan bergegas pergi meninggalkan mereka.
“Lagi istirahat ‘kan?” tanya Rey.
Alea mengangguk mengiyakan.
“Udah makan?” Alea menggeleng.
“Ya sudah, kalau begitu, ayo kita makan keluar,” ajak Rey.
Alea sebenarnya ingin saja keluar bersama suaminya itu, tapi ini sangat tidak memungkinkan, apalagi kalau sampai ketahuan oleh teman-teman kerjanya, bisa-bisa mereka curiga kepada Alea.
“Tidak, aku akan kembali ke kamarku. Yaya sudah memebilakan makanan untukku,” jawabnya.
“Oh, ya sudah kalau begitu, ayo kita ke kamarmu,” jawab Rey dengan enteng.
“Pak Rey,” tiba-tiba ada dua orang karyawan yang menyapa Rey di area parkir.
Rey hanya mengangguk tersenyum kepada dua pegawainya itu.
“Ya ampun, udah ada Pak Rey di sini. Kita ‘kan belum nyiapin materi buat meeting.”
“Iya, bukannya si Miley bilang Pak Rey datangnya besok ya? Kok tiba-tiba ada di sini sih?”
“Aduh... gimana ini?”
“Ayo, kita protes aja sama si Miley.”
Percakapan dua pegawai wanita yang sempat bertemu dengan Rey di tempat parkir itu, membuat mereka langsung bergegegas menemui Miley.
“Apa! ... Pak Rey ada di sini?” pekik Miley begitu terkejut.
“Iya, dia ada di parkiran bersama si Minions,” jawab dua wanita itu.
“Waduh, gimana ini? Kok Pak Rey enggak bilang-bilang sih, mau ke sini!” Miley pun tampak begitu bimbang, karena ia pun sama seperti karyawan lainnya yang belum menyiapkan persentase untuk meeting besok. Karena yang ia tahu, jadwalnya besok siang.
“Ya sudah, makasih ya infonya.”
Miley pun bergegas untuk menemui Rey di area parkir. Namun, baru saja sampai di teras villa ia berpapasan dengan Nando sekretaris bosnya itu.
“Pak Nando,” panggil Miley buru-buru menghampiri Nando.
Nando yang tengah membawa segelas cup kopi di tangannya, langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sumber suara.
“Miley.”
“Pak Nando, kok sudah ada di sini? Kapan sampai?” tanya Miley berbasa-basi terlebih dahulu.
“Emh, barusan. Kenapa?” tanyanya, sekilas melemparkan senyum tipisnya pada Miley.
“Maaf, t-tapi, bukannya jadwal meeting bersamanya besok ya?” tanya Miley sedikit gugup.
Nando mengangguk mengiyakan.
“Lalu, kenapa datangnya sekarang?” tanya Miley sambil menyengir tidak enak hati.
“Oh, soal itu. Pak Rey ada urusan pribadi di sini, jadi datang lebih awal. Tapi, kau dan pegawai yang lainnya tenang saja, meetingnya akan berjalan sesuai jadwal kok,” jawab Nando memberi penjelasan.
“Oh, begitu. Syukurlah,” ucap Miley bisa bernafas lega.
“Eh, Pak Rey.” Miley mengalihkan pandangannya kepada dua orang yang baru saja menghampirinya, yaitu Alea dan Rey.
Rey tersenyum tipis pada ketua acara lokaraya ini.
“Kok, bisa sih si minions ini deket-deket sama Pak Rey?” batin Miley merasa iri.
“Pak, Rey apa Pak Rey akan bermalam di sini?” tanya Miley, karena jujur saja, yang Miley tahu sebelumnya Rey akan datang ke lokarya untuk sekedar meeting saja, tidak untuk menginap.
“Emh, kalau ada kamar kosong, boleh juga. Tapi, kalau tidak ada, saya akan mencari hotel dekat sini,” jawab Rey.
“A-ada kok, Pak. Ada, di lantai tiga, sisa kosong satu lagi,” ucap Miley. “Hanya saja jika begitu, kamar untuk Pak Nando tidak ada,” lanjutnya.
“Ya sudah, kalau begitu biar Nando saja yang mengisi kamar di sini, saya akan bermalam di hotel saja.”
“Loh, Pak Rey, tapi—” Nando hendak menolak, akan tetapi, Rey terlebih dahulu mendecakkan bibirnya, seolah memeberi kode kepada sekretarisnya itu.
“Te-terima kasih kalau begitu, Pak.” Nando tersenyum paham.
Kini, mereka berempat pun masuk ke dalam villa, Miley akan menunjukkan kamar kosong untuk Nando, dan Rey pun ingin ikut dan beralasan ingin berisirahat sejenak di kamar tersebut.
Kini mereka menaiki anak tangga, Alea sejak tadi berusaha menjaga jarak dengan Rey, agar Miley tidak curiga padanya.
“Oh ya, Alea. Kau bisa masuk ke kamarmu, biar aku saja yang mengantar Pak Rey ke kamarnya,” ucap Miley, saat Mereka sampai di lantai dua.
Alea pun mengangguk mengiyakan. “Hm, baiklah.” Lalu Alea pun segera masuk ke kamarnya.
Rey menoleh sebentar ke belakang untuk memastikan kamar istirnya itu berada di mana.
“Oke, kamarnya ternyata di situ,” gumamnya tersenyum penuh maksud.
Setelah melewati pintu-pintu kamar di lorong, dan menaiki tangga, kini mereka pun sampai di lantai tiga, tepat di depan pintu kamar yang disediakan untuk Nando.
“Ini, Pak, kamarnya. Jika ada keperluan sesuatu, bisa lewat sambungan telepon saja,” ucap Miley.
“Hm. Terima kasih,” jawab Rey dan Nando bersamaan. Miley pun pamit untuk kembali ke kamarnya yang ada di lantai satu.
“Kau beristirahatlah di dalam, aku akan menemui Alea dulu,” ucap Rey begitu semangat, menepuk pundak sekretarisnya itu. Lalu dengan cepat Rey pun kembali turun ke lantai dua, ingin menemui Alea.
“Okey, jadi ini kamarnya,” ucap Rey bersiap mengetuk pintu kamar Alea.
Namun, baru saja ia hendak mengetuk pintu kamar istrinya itu, dirinya dikejutkan oleh suara seorang wanita yang ada di belakangnya.
“Pak Rey!” panggil Yaya yang baru saja datang dari bawah.
“Aduh, gagal deh!” gumam Rey dalam hati, sambil memejamkan matannya.
Rey berbalik menghadap pada pegawai yang kurang ia ketahui siapa namanya.
“Oh, hai!” Rey pun melemparkan senyumanya.
“Ya ampun, beneran Pak Rey!” pekik Yaya begitu terkejut, kalau lelaki itu ternyata benar adalah bosnya.
“Tenang saja, kamu bisa beristirahat di kamarmu lagi. Meeting tidak akan dilakukan hari ini kok, akan berjalan besok, sesuai jadwal,” ucap Rey, mendahului, karena ia tahu, pegawai yang berdiri di depannya itu pasti panik, takut meetingnya diajukan jamnya.
“Ah... i-iya, Pak. Mari, Pak,” ucap Yaya seidkit lega, langsung masuk ke dalam kamarnya.
“Huft, syukurlah, untung dia tidak menanyakan keberadaanku berdiam di depan kamar Alea,” gumam Rey dalam hati.
.
.
.
Bersambung...
ha ha ha
ha ha ha