Kisah cinta mama dan papa cukup membuatku percaya bahwa luka terkadang membawa hal manis, bagaimana mama pergi agar papa baik-baik saja, tanpa mama tahu, papa jauh lebih terluka sepeninggalnya.
Begitu juga dengan Tante Tania dan Appa Joon, tidak ada perpisahan yang baik-baik saja, tidak ada perpisahan yang benar-benar ikhlas. Bedanya mereka berakhir bersama, tidak seperti mama dan papaku yang harus berpisah oleh maut.
kukira kisah mereka sudah cukup untuk aku jadikan pelajaran, tapi tetap saja, aku penerus mereka dan semua ketololannya.
Aku, Davina David.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertahan
Davina tidak mau melihat Ricky meski itu untuk yang terakhir kalinya, ia memilih diam dan meringkuk dibalik selimut di atas sebuah brankar. Ia juga di rawat kembali karena luka di pahanya yang terus di paksa bergerak itu ternyata cukup dalam. Berkali Kai membersihkannya tapi tetap saja darah segar yang keluar dari sana seolah luka itu enggan mengering sama seperti mata Davina yang sejak kemarin tidak mengering sama sekali begitu pun bengkak dan merahnya juga tidak berkurang.
Bryan David, Jung Joon Young dan Kai Joseph duduk berdampingan menyaksikan bagaimana seluruh staff rumah sakit Pandora Town mengembalikan pahlawan mereka kepada pelukan orang tuanya. Di iringi isak tangis dan air mata, bagaimana tidak ketika mereka kehilangan penolong mereka, dokter Ricky Nam, dokter tulang kesayangan pos Ortopedi.
"Ricky, gua ngga pernah benci sama lu. Gua cuma iri sama lu. Lu bisa dengan mudahnya disukai semua orang, apa yang elu punya sampai sebegitunya. Bahkan pacar yang susah payah gua dapetin itu masih betah nangis sampai hari ini.
Gua akan jaga dia, akan gua sayangi dia sehebat dan setangguh yang gua bisa Ricky. Jangan kuatirin apapun lagi, pergi ke tempat yang bagus, selamat jalan, Bro." Batin Kai tidak sadar matanya sudah berkaca-kaca.
Acara pun berakhir, kini ketiga pria itu menuju salah satu ruangan dimana ada gadis kesayangan mereka sedang berbaring disana. Seingat dan sepeninggal Kai posisi tidurnya masih sama dengan saat ini. Gadisnya bahkan tidak bergeser sedikit pun.
"Vinaya... ", seru Joon Young yang mendekat dan mengelus bahu Davina. "Ini appa. Kamu tidak mau lihat appa? Appa rindu kamu, appa datang hari ini."
"Gumawo appa, tapi Vina cuma mau tiduran hari ini."
"Wae? Kamu tidak pegal terus tidur seperti itu?".
"Aniyo, gwenchanayo." Jawabnya pendek tanpa bergerak sedikit pun.
"Boleh tinggal kami berdua sebentar?". Tanya Bryan, lalu kedua pria lain pun keluar bersama.
🍁🍁
"Kamu pacar anak saya kan?", tanya Joon Young frontal ketika Kai menutup pintu, dengan nada datar begitu juga ekspresinya lumayan dingin.
Glek...
Kai menelan ludahnya kasar seolah ia akan di adili pria Korea dihadapanya ini. Dokter Jung Joon Young panutannya, sangat berbeda jika dalam mode appanya Vina. Sementara Bryan lebih luwes kepadanya.
.
Mana tahu readers budiman dan pendosa ini lupa bagaimana visual papa dan appanya Vina :
.
Appa Joon
.
Papa Iyan
.
"I-iya om, saya Kai Joseph kalau om lupa." Jawabnya percaya diri meski sebenarnya ia jantungan didalam sana.
"Kamu serius sama anak saya?", frontal Joon Young lagi.
"Iya om."
"Ok." Jawab Joon Young sambil menepuk bahu Kai.
Deg
Spontan mata Kai membulat sempurna, ia cukup terkejut dengan respon mudah Joon Young padahal ia sudah membayangkan ke mana-mana.
"Begitu aja om? Om percaya begitu saja? ", tanya lagi masih tidak percaya.
"Hm, iya. Begitu saja."
Kai berusaha menarik senyum di bibirnya meski ia ragu. Berbeda dengan yang dipikiran Joon Young. Ia memang benar-benar percaya pria ini serius kepada Davina, karena tanpa seorang pun menyadarinya kala itu, hanya Joon Young yang sempat memperhatikan bahkan Bryan pun tidak. Sesaat setelah mereka baru saja tiba, Joon Young sudah melihat Kai kocar kacir seperti dikejar setan di lantai dua rumah sakit Pandora yang transparan itu.
Lalu setelah Kai tiba didepan mereka berdua, ia melihat jelas bahwa pria itu benar-benar panik. Bahkan jas dokternya terbalik, berikut juga sendal nyaman yang biasa dokter jaga gunakan tinggal sebelah. Pria berantakan itu membuat Joon Young berdebar, mengingat kembali bahwa ia juga pernah seperti itu kala muda dulu, sewaktu masih mengejar-ngejar tantenya Davina.
Hal itu membuatnya percaya untuk saat ini, bahwa gadis berharga yang sudah ia anggap putrinya itu berharga juga dimata dokter muda yang terkenal ini.
"Kai... ", seruan dari kejauhan. Joon Young dan Kai menoleh bersamaan.
"Saya permisi sebentar om. Mungkin ada yang mau di omongin." Serunya, tapi yang berseru malah mendekat ke arah mereka.
"Dokter Jung?".
"Ah... Iya prof."
"Kalian keluarga Ricky juga? Maaf tadi saya tidak memperhatikan."
"Boleh dibilang begitu, saya dan dokter Bryan sahabat karib tantenya Ricky, dokter Yona maksud saya."
"Ah... Begitu ya. Jadi kenapa kalian berdua berkumpul di ruangan ini?", tanya pria itu lagi.
"Putri saya juga korban bersama Ricky, dia dirawat disini."
"Saya turut prihatin dok. Kai, ayo papa mau bicara sebentar." Kai mengangguk dan mengikuti ayahnya pergi.
🍁🍁
"Nak... Bisa bangun sebentar? ", tanya Bryan meletakkan tangannya di bahu Davina.
Tanpa dijelaskan pun feelingnya sebagai seorang ayah mengatakan bahwa putrinya benar-benar tidak baik-baik saja, meninggalnya Ricky benar-benar berdampak pada putri semata wayangnya ini.
"Sayang... Ayo bangun sebentar, liat papa."
Perlahan Davina bergerak dan bangun, duduk dan menundukkan kepalanya di hadapan Bryan. Hati sang ayah mencelos melihat banyak luka di tubuh putrinya itu.
"Pah... Vina dulu masih muda banget ditinggalin mama, Vina ingat sedih hanya karena ngga bisa liat mama lagi, hanya sebatas itu, besoknya Vina biasa aja karena masih ada tante Tania, masih ada papa, appa, dan yang lainnya buat Vina, se sederhana itu.
Tapi...
Kenapa sekarang rasanya beda banget papa? Hiks... Kenapa ngga bisa kayak dulu aja perasaannya? Kenapa ngga cukup di sedih sebentar terus besoknya lupa. Kok ngga gitu? Papa dulu gini juga ngga ditinggal mama? Rasanya ngga enak banget, rasanya runtuh banget.. Hiks... "
Davina menangis keras di pelukan papanya. Bryan juga luruh air matanya, pertanyaan anaknya itu kembali mengingatkannya pada Tiara, cinta sejatinya yang pergi 20 tahun lalu. Ia menepuk pelan punggung Davina.
"Papa juga ngerasain hal yang sama. Bahkan lebih parah. Papa ditinggal tiga kali kalau kamu lupa. Ditinggal menghilang sama mama kamu, lalu ketika mama kamu kembali dia malah dalam keadaan mati otak dan ninggalin papa selamanya, dan kalau kamu lupa waktu itu pacarnya papa itu tante kamu, dan detik itu juga hubungan papa dan tante kamu selesai. Kurang lengkap apa?".
(Baca story otor sebelumnya ya yeorobun " IT'S ALWAYS BEEN YOU semua keruwetan cinta pak dok senior kita Bryan dan Joon Young ada disana ya 😁😟)
Ikan cucut... Lanjut...
Davina hanya menatap nanar wajah ayahnya yang masih tampan paripurna itu meski sudah lebih setengah abad usianya. Diam-diam ia juga mengakui bahwa yang di alami papanya lebih menyakitkan darinya.
"Terus papa ngelakuin apa? ".
"Papa pasrah aja, papa ngga berusaha untuk lupa atau apapun, papa punya kamu, papa udah ada kamu waktu itu, apa perlu papa cari alesan lagi? Mama kamu pergi ninggalin hadiah besar yang harus papa jaga seumur hidup, apa papa masih harus terluka berlama-lama?". Tanya Bryan.
Davina semakin tertegun, ia merasakan napasnya berjalan lebih lancar dibanding sebelumnya. Kalimat papanya benar-benar ampuh melapangkan hatinya sedikit demi sedikit.
"Ricky juga ngga akan suka kalau kamu begini. Papa tahu dia suka kamu kan? Dia juga jagain kamu disini. Anak itu terlalu baik nak, makanya Tuhan suka. Jadi, anak manjanya papa, kamu dokter, hidup kamu harus berdasarkan logika, hidup kamu harus terus berjalan. Papa tahu kamu ngga akan mau pulang sekarang. Papa paham. Jangan terpuruk terlalu lama nak, ingat kamu punya Kids Camp yang harus kamu jaga, kamu punya banyak anak, banyak bayi disini. Kalau kamu ngga baik-baik aja gimana dengan kids camp yang susah payah kamu dirikan itu?
Itu alasan terbesar papa bertahan ditinggal semua orang kala itu, kalau papa ngga baik-baik aja? Anak papa ini bagaimana? Kemana lagi dia bergantung kalau papa ngga baik-baik aja? Sedangkan papa satu-satunya tempatnya bertahan."
Semua ucapan Bryan benar-benar menyentuh hati Davina, membangkitkan semangatnya kembali setelah layu. Ricky tidak akan suka kalau ia terpuruk seperti ini. Kids Camp nya harus terus berjalan, kids Camp nya harus hidup dengan baik.
"I love you pap, so much."
"So much apaan, itu cowo jelek di luar udah kamu sayang-sayangin kan? Ngaku...! ", ledek Bryan dengan nada keras.
"Paapaa... Apaan sih... ", rengek Davina terkekeh meski matanya masih bengkak dan air matanya masih mengalir.
.
Cowo jelek yang dimaksud bapaknya Vina 🤣
.
.
.
TBC... 🍁