Bagaimana rasanya saat ditinggal oleh istri tercintanya? Istri yang dicintai harus meninggalkannya dan ketiga anaknya yang baru saja ia hadirkan didunia selama lamanya?
Ricko, seorang duda ini harus menjalani semuanya!
Namun adalah kala pelangi setelah hujan.
Siapakah yang akan menjadi pelangi itu dan menjadi ibu untuk ketiga anak Ricko?
Simak ceritanya😘😘😘
(Maaf ini cerita pertama jd banyak kesalahan)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fatmass, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 23
*disisi lain.
Nasywa yang telah selesai dengan urusannya bersama Wida akhirnya melangkahkan kakinya untuk menuju rumahnya. Di sepanjang perjalanan dirinya terus saja mengomel karena harus menuruti perintah konyol dari Wida.
'apa dia pikir aku ini barang'
'kok ada orang kayak gitu'
'untung dia atasan gue sekaligus tangan kanan bos di perusahaan, kalo enggak sudah gue remuk mulutnya'
'lagipula diakan orang kaya kenapa harus aku dia kan juga bisa membayar orang yang mau menjadi pacar bohongan nya'
'ih aku kesel deh!'
banyak sekali gerutuan dari a sampai z yang diucapkan oleh Nasywa. Sesekali ia berjalan sembari menendangi semua benda yang ada di depannya. Mulai dari kaleng, plastik, kerikil, bahkan rumput pun ia tendangi karena merasa kesal.
Sampai Nasywa mendengar teriakan meminta tolong. Nasywa pun celingukan ke kanan dan ke kiri mendekati suara minta tolong. Sampai ia melihat gang kecil dan terdapat wanita paruh baya mencoba mengambil tasnya yang ingin dirampok oleh beberapa anak muda nakal berpenampilan preman.
"HEY MAU APA KALIAN!" teriak Nasywa kepada dua preman tersebut.
Kedua preman dan wanita paruh baya itu pun menatap Nasywa. Wanita paruh baya yang melihatnya pun menatap Nasywa seakan tatapannya menandakan ia butuh pertolongan. Sedangkan kedua preman tersebut saling pandang dan akhirnya tersenyum satu sama lain.
"KALIAN LEPASIN IBU ITU!" teriak Nasywa lagi pada kedua preman tersebut.
"Okay okay kita akan lepasin tapi--" ujar salah satu preman menghampiri Nasywa dan mencolek dagu nasywa. Nasywa segera menjauhkan diri.
"kalian jangan macem macem ya atau kalian mau dihajar?" bentak Nasywa.
"Loh, katanya mau kita lepasin nih orang. Jangan galak galak dong nanti tambah cantik lo.Tapi kamu harus mau jadi" ujar preman tersebut mengarahkan tubuhnya ke depan dan berbisik dan menggoda di telinga Nasywa.
"jadi teman ranjang kita" bisik preman tersebut di dekat telinga Nasywa.
Nasywa pun geram segera melayangkan bogem mentahnya kepada preman tersebut. Tidak sampai disitu, ia juga melompat menendang pusaka milik preman tersebut.Preman itu hanya meringis, sedangkan Preman satunya akhirnya melepaskan dan menghampiri. Namun bukannya menang malah preman itu kalah telak dengan Nasywa.
Nasywa memang bisa dibilang jago bela diri, namun itu hanya sekadarnya saja. Dia hanya melakukan pembelaan jika perlu. Karena tadi di gang sangat sepi jadi harus Nasywa yang turun tangan. Ia tidak terlalu jago tapi juga tidak terlalu bodoh dalam bela diri. Ibunya yang menganjurkan agar dirinya bisa bela diri karena rentan sekali wanita sering dilecehkan. Untuk itu mengundang kecemasan bagi kedua orang tua Nasywa.
"kalian mau pergi apa mau nambah hem?" ujar Nasywa berkacak pinggang.
Kedua preman itu lebih memilih melarikan diri dengan tertatih karena ulah Nasywa. Nasywa yang melihatnya cekikikan melihat kedua preman itu berlari seakan menahan rasa sakit. Setelah kedua preman tersebut pergi, Nasywa pun menghampiri ibu yang hampir dirampok.
"nyonya enggak ada yang terluka kan?" tanya Nasywa kepada wanita paruh baya tersebut.
"Saya enggak apa apa, makasih ya! ini ada buat kamu" ujar wanita tersebut tersenyum dan memberikan lima lembar uang merah kepada Nasywa.
"Ih nyonya ini, saya ikhlas kok kalo nyonya memaksa saya saya bakal panggil premannya kesini lagi" ujar Nasywa yang membuat Ibu tersebut terkekeh.
"kamu baik banget. sekali lagi makasih. Siapa nama kamu?" tanya wanita paruh baya tersebut pada Nasywa.
"Nasywa Halimatuz Zahra. panggil aja Nasywa." ujar Nasywa tersenyum.
"oiya saya ada urusan. saya permisi ya. Nyonya jangan jalan sendirian di jalan sepi. Saya pamit dah" ujar Nasywa berlari sambil melambaikan tangannya.
"tunggu!" teriak wanita paruh baya itu namun sudah tidak terdengar oleh Nasywa karena berlari dan menjauh.
'huft. semoga kita bertemu lagi!' batinnya sambil tersenyum dan akhirnya berjalan meninggalkan tempat tersebut.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
😘😘😘