Revan Santiago adalah seorang pemuda biasa yang telah menjadi menantu mitralokal di keluarga Barnes. saat ini, dia sedang berjuang untuk mencari biaya untuk pengobatan ibunya dirumah sakit. ketika dia meminta bantuan kepada temannya, Revan bukan hanya tidak mendapatkan pinjaman namun, dia malah di pukuli hingga sekarat. dalam kondisi sekarat dia tiba-tiba mendapat warisan, "Selamat datang pewaris Dewa semesta!" tiba-tiba Revan mendengar suara seorang pria tua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudoelf Nggeok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Tidak Akan Menceraikanmu
Melihat pelayan itu tidak berusaha untuk mengambil hati Revan, seorang pria pun berjalan menghampiri mereka dan berkata kepada pelayan itu, "Pergi dari sini?"
Pria itu mengambil botol anggur itu dari tangan pelayan itu lalu menghampiri Revan sambil tersenyum menjilat, "Tuan, maaf tentang situasi di gerbang sebelumnya. Ini semua kelalaian kami karena tidak mendidik karyawan kami dengan baik. Mohon jangan tersinggung!"
Revan melambaikan tangannya dan berkata, "Tidak perlu repot-repot. Tinggalkan kami, jangan khawatir kami tidak terbiasa meminum minuman gratis. Kami akan membayar sebotol anggur ini. Meski kami tidak kaya, kami punya cukup uang untuk minum!"
Pria itu merasa malu, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Bahkan Tuan Amori tidak berani menyinggung pria ini, apalagi dirinya. Oleh karena itu, dia membungkuk dan mengucapkan selamat menikmati minumannya lalu berbalik dan pergi.
"Mari kita mencicipi Lafite 1928 ini. Semenjak kita lulus, kita tidak belum sempat minum dan mabuk sesuka kita. Malam ini, kita harus menikmatinya!"
"Oke ..." Ronny mengangguk
Setelah lulus, Ronny di paksa oleh keluarganya untuk menikahi wanita yang cerewet. Dan sejak saat itu, dia merasa telah jatuh kedalam lubang neraka. Dia sudah berkali-kali berencana untuk mengeluh kepada Revan. namun, saat memikirkan bahwa Revan pasti jauh lebih menyedihkan dari dirinya, dia akhirnya mengurungkan niatnya untuk mengeluh pada Revan.
Namun, pengalaman hari ini benar-benar telah mengubah pikirannya.
Sahabat dekatnya yang selama ini terpaksa tinggal bersama keluarga istrinya akibat keluarganya hancur, terlihat tampak berbeda.
Setelah berteman selama bertahun-tahun, ini pertama kalinya dia melihat Revan begitu aneh.
Mereka minum sambil melihat pria dan wanita yang sedang menari di lantai dansa dan menghabiskan beberapa botol Lafite 1928 tanpa sadar.
Saat hari menjelang pagi, Revan sudah minum terlalu banyak dan merasa pusing. Dia mendongakkan kepalanya dan dia merasa seperti melihat Laura sedang berjalan menghampirinya sambil tersenyum menggoda. Dia membungkuk lalu meniup wajahnya sambil berkata dengan ekspresi sedih, "Apakah kamu benar-benar ingin menceraikan aku?"
Revan kembali meneguk secangkir anggur lagi dan bergumam, "Laura, maafkan aku!"
Sesaat kemudian Wajah Laura berubah menjadi wajah ibunya yang menatapnya dengan tatapan tegas sambil berkata, "Jika kamu menceraikan Laura, aku akan melompat dari gedung yang tinggi!"
Di bawa pengaruh minuman, Revan membantah ibunya dan berkata, "Ibu, aku tidak ingin bercerai. Tapi, aku sudah tidak tahan lagi hidup dengan keluarga Barnes. Aku sangat menyukai Laura, tapi dia tidak memiliki perasaan terhadapku. hal ini tidak akan berjalan baik untuk kita berdua."
"Kamu ... Kamu benar-benar anak tidak berbakti. Laura adalah gadis yang baik. Bagaimana kamu bisa menceraikannya? Aku ... Aku akan bunuh diri sekarang juga!" kata ibunya yang terlihat pata hati dengan keputusan Revan. dia kemudian melihat ibunya berbalik dan berjalan menuju jendela.
Revan berkeringat dingin, dan dia mulai tersadar, kemudian menangis dan meraih tangan orang itu dan menarik kedalam pelukannya.
Dia menundukkan kepalanya dan menemukan bahwa wajah orang itu telah berubah menjadi wajah Laura lagi. Hatinya melunak. Saat dia melihat Laura yang tampak kesepian dan tidak berdaya, kesedihan mengalir dalam dirinya. dia pun berkata, "Laura, hal terakhir yang aku inginkan adalah berpisah denganmu!"
Mata indah Laura berkedip-kedip saat dia menatap mata Revan.
Merasakan hasratnya bergelora, Revan menundukkan kepalanya untuk menciumnya.
Namun, rasa sakit akibat di tampar membuat Revan tersadar. Saat menyadari orang yang di pelukannya adalah seorang wanita penari yang cantik, dia buru-buru mendorong wanita itu agar menjauh.
Namun, ketika dia mendongak, Laura sedang menatapnya dengan ekspresi sedih dan air matanya membanjiri pipinya.
"Laura, mengapa kamu ada disini?" tanya Revan kaget. malam tadi, Laura mabuk dan dia sudah mengantarnya kembali kerumah. kenapa dia ada disini?
"Kenapa dia ada disini? Jika dia tidak disini, bagaimana dia tahu kalau kamu sedang menggoda wanita sembarangan?" kata Nadine sambil menatap galak ke arah Revan.
Sesaat kemudian, dia berteriak dengan sangat keras, "Revan, kami selalu memperlakukanmu dengan baik. Ketika ibumu sakit parah, kakekmu membawamu masuk ke keluarga kami dan membiarkanmu menikahi Laura. Meskipun ada keberatan dari anggota keluarga lain, dia tetap memberimu uang tiga ratus ribu Dollar untuk biaya operasi ibumu. Kamu telah memanfaatkan kami. Tapi, apa yang telah kamu lakukan? Apa ini caramu membayar semua kebaikan kami? mengabaikan istrimu sendiri dan datang ke tempat seperti ini untuk menggoda wanita lain?"
"Laura, kali ini tidak ada hal yang membuatmu mempertahankan sampah seperti dia. kamu harus segera menceraikannya!" kata Nadine sambil menatap Laura dengan tatapan tajam.
"Cukup!" seru Laura. "Ini adalah keputusanku. ini bukan urusan ibu!"
Nadine tercengang. Dia pun mengubah tatapannya menjadi tatapan lembut dan berkata, "Sayang, kenapa kamu tidak menyukai Martin? Dia sangat serius denganmu!"
"Ibu, berhentilah!" teriak Laura sambil menahan amarahnya.
"Laura, percaya padaku! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan ..." kata Revan berusaha untuk menjelaskan.
Saat ini, jantung Revan berdegup kencang, dia melangkah maju untuk menenangkan Laura.
Namun, Laura mundur selangkah sambil berseru, "Jangan mendekat!"
"Bukankah kamu ingin bercerai? Aku katakan padamu, aku tidak akan setuju. Aku tidak akan menceraikanmu dan akan tetap menjadi suamiku seumur hidupmu!"
Setelah mengatakan itu, Laura berbalik dan pergi.
Dia tidak mengerti apa yang sedang dia pikirkan saat ini. Dia menginginkan perceraian setiap hari sebelumnya. Tapi sekarang dia berubah pikiran.
Saat dia di Restoran, meski dia mabuk dan tidak sadarkan diri, dia mengetahui satu hal bahwa, Revan yang telah menggendongnya pulang kerumah.
Namun, saat dia terbangun, dia dipaksa ibunya untuk datang ke Bar King dan melihat Revan hendak mencium seorang penari. Ini yang mengejutkannya.
Dia sudah tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Saat Laura semakin menjauh, Revan berseru, "Laura ..." dia ingin mengejarnya, tapi kakinya terasa berat dan dia tidak bisa mengambil satu langkah pun.
"Kamu minum Lafite 1928? Apa kamu mampu membayarnya?" kata Nadine saat melihat deretan botol Lafite 1928 yang kosong di atas meja Revan. Dia membeku sebentar kemudian mencibir lalu berbalik pergi.
Setelah menjauh dari Bar King, Laura berlari kesebuah gang yang kosong lalu berjongkok dan menangis. Dia merasa sangat sedih.
Sesaat kemudian, dia kembali tersadar dan mendapati dirinya masih menggenggam lukisan Revan yang di belinya dari pasar Barang Antik. Hatinya semakin sakit.
Kemarin, dia telah mendatangi seorang ahli dan memeriksa lukisan itu. Dan ternyata memang lukisan palsu. Merasa dikecewakan, dia pun pergi restoran dan minum sangat banyak untuk menghilangkan kekecewaannya pada Revan.
"Percaya sama kamu, bagaimana aku bisa mempercayaimu? Kamu tidak pernah melakukan apapun yang membuatku mempercayaimu. Bahkan hadiah ulang tahun yang kamu belikan untuk nenekku itu palsu. bagaimana aku mempercayaimu?"
"Ini semua akibat lukisan terkutuk ini!" teriak Laura marah.
Dia sangat yakin bahwa, lukisan inilah yang telah mengubah hidupnya yang selalu stabil, berubah drastis.
Laura hendak merobek lukisan itu.
"Nona, berhenti!" tiba-tiba suara teriakan terdengar dari samping.
Laura sedikit terkejut lalu berbalik melihat ke sumber suara, dia melihat seorang pria tua sedang berlari kearahnya dengan sedikit cemas.
Laura merasa ketakutan dan bertanya, "Apa yang ingin kamu Lakukan?"
"Kamu tidak boleh merobek lukisan itu!"
"Kenapa tidak?" Laura bingung. ini hanyalah lukisan palsu jadi tidak ada ruginya.
"Itu adalah Lukisan Tang Bohu asli. Lukisan terakhir yang di buatnya dan merupakan harta yang tak ternilai harganya." kata pria tua itu sambil menatap gulungan lukisan di tangan Laura.
Pikiran Laura menjadi kosong. Tangannya gemetar dan dia hampir menjatuhkan gulungan itu.
"Lukisan ini asli? artinya, Revan tidak berbohong padaku?" pikirnya dengan perasaan campur aduk.
"Mengapa kamu mengatakan lukisan ini asli, aku sudah mendatangi beberapa ahli untuk memeriksanya dan semua mengatakan jika ini lukisan palsu." kata Laura sambil menatap pria tua itu dengan penasaran.
"Karena aku hampir membelinya. Kami salah mengira itu palsu. Ketika kami mendengar bahwa lukisan itu telah di beli oleh seorang pemuda, kami sangat menyesalinya. Kami telah mencari keberadaan pemuda itu selama beberapa hari ini, tapi sia-sia. Untungnya, aku lewat di sini dan secara kebetulan melihat gulungan di tanganmu mirip dengan gulungan lukisan Tang Bohu, jadi aku sangat senang." kata pria tua itu dengan gembira.
...****************...