NovelToon NovelToon
Istri Buangan Tuan Arkana

Istri Buangan Tuan Arkana

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Balas Dendam / Cerai / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:86.2k
Nilai: 5
Nama Author: ayu andita

Kesalahan masa lalu membuat seorang Kaynara Flora terus di sakiti oleh suaminya sendiri. Wanita itu sama sekali tak di anggap oleh sang suami. Kehadiran anak tak mampu meluluhkan hati prianya.

Akankah Kaynara akan tetap bertahan dalam pernikahannya atau justru menyerah dan memilih mengakhiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayu andita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 Hanya Penyesalan

Sesampainya di rumah, Arkan langsung masuk ke kamarnya dan menutup pintu dengan keras. Kamar itu biasanya menjadi tempat perlindungannya, namun kini ia merasakan ketidaknyamanan yang luar biasa. Pesan yang baru saja diterimanya dari Jonathan terus berputar di kepalanya, seperti rekaman yang diputar ulang tanpa henti.

Arkan mulai berjalan mondar-mandir di dalam kamar, mencoba mencari cara untuk menenangkan dirinya. Namun, kemarahannya tak tertahankan. Ia merasa dikhianati oleh dua orang yang paling dipercayainya. Tangannya mengepal, dan ia bisa merasakan darahnya mendidih. Dengan sekali gerakan cepat, ia meraih vas bunga yang ada di atas meja nakas dan melemparkannya ke dinding. Pecahan keramik berterbangan dan suara dentingannya memenuhi ruangan.

Masih belum puas, Arkan meraih bingkai foto yang tergantung di dinding, foto yang memperlihatkan dirinya dan Flora, masih bersama. Dengan sekuat tenaga, ia melemparkannya ke lantai, membuat kaca bingkai itu pecah berantakan.

"Aku percaya padamu, Jonathan! Kau adalah klienku!" teriak Arkan, suaranya parau oleh kemarahan dan kesedihan. Ia menendang kursi di sudut kamar, membuatnya terbalik dan terjatuh dengan suara keras.

Arkan meraih lampu meja, menarik kabelnya dengan kasar hingga lampu itu jatuh ke lantai dan pecah. Kemarahannya begitu hebat hingga ia tidak lagi peduli dengan kerusakan yang ditimbulkannya. Setiap benda di kamarnya seolah menjadi sasaran pelampiasan emosinya yang tak terbendung.

Nafas Arkan tersengal-sengal, matanya memerah dan penuh dengan air mata yang ia tahan. Seluruh tubuhnya bergetar oleh amarah yang masih belum mereda. Ia jatuh terduduk di lantai, di antara serpihan kaca dan barang-barang yang hancur. Tangannya menutupi wajahnya yang penuh dengan ekspresi putus asa.

Dalam keheningan yang hanya dipecahkan oleh suara napasnya yang berat, Arkan merasakan kehampaan yang mendalam. Ia tahu bahwa hubungan antara Flora dan Jonathan adalah sesuatu yang tidak bisa diubah. Namun, rasa dikhianati dan kehilangan itu terlalu berat untuk ditanggung. Di tengah kekacauan di kamarnya, Arkan menyadari bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

"Aku tidak mau kehilangan Flora, baru sadar jika aku pria yang bodoh karena menyia-nyiakan wanita sebaik Flora." gumam Arkana lirih dengan penuh penyesalan.

Dalam keheningan kamar yang kini porak-poranda, Arkan duduk di lantai dengan punggung bersandar pada dinding. Napasnya masih tersengal-sengal, dan keringat dingin membasahi dahinya. Seiring dengan meredanya kemarahan yang membara, sebuah perasaan lain mulai merayapi dirinya: penyesalan. Arkan memejamkan matanya, mencoba menenangkan pikirannya yang kalut. Namun, pikirannya kembali ke masa lalu, saat ia masih bersama Flora.

Flora, wanita yang telah menikahinya dengan penuh harapan dan cinta, kini muncul dalam bayangan ingatannya. Ia teringat senyum Flora yang hangat, tatapan matanya yang penuh kasih sayang, dan bagaimana Flora selalu berusaha membuat rumah tangga mereka bahagia. Namun, semua itu ia abaikan. Arkan tidak pernah benar-benar melihat Flora sebagai istrinya, sebagai pasangannya dalam hidup.

Selama pernikahan mereka, Arkan lebih sering menghabiskan waktu dengan Devina, seorang wanita yang telah memikat hatinya dengan cara yang tidak bisa dijelaskan. Devina adalah teman kerja yang kemudian menjadi lebih dari sekadar teman. Hubungan mereka bukan sekadar perselingkuhan fisik, tetapi juga emosional. Arkan dan Devina sering bertemu di luar jam kerja, menikmati makan malam bersama, berbagi cerita dan tawa yang seharusnya ia bagikan dengan Flora.

Arkan ingat malam-malam saat ia pulang terlambat dan menemukan Flora tertidur di sofa, menunggunya dengan sabar. Ia selalu memberikan alasan pekerjaan atau pertemuan dengan klien, padahal sebenarnya ia bersama Devina. Arkan bisa melihat kekecewaan di mata Flora, namun ia memilih untuk mengabaikannya. Flora selalu berusaha memahami dan menerima Arkan apa adanya, namun Arkan tidak pernah memberikan hal yang sama.

Malam-malam penuh kehangatan dan kasih sayang yang Flora tawarkan selalu diabaikan Arkan. Saat Flora ingin berbicara tentang masa depan mereka, tentang anak-anak yang mereka impikan, Arkan selalu menghindar. Ia lebih memilih membicarakan hal-hal ringan dengan Devina, tertawa dan bercanda seolah-olah dunia milik mereka berdua.

Kini, duduk di tengah kekacauan yang dibuatnya sendiri, Arkan merasa hatinya hancur berkeping-keping oleh penyesalan yang mendalam. Ia menyadari betapa besar kesalahan yang telah ia buat. Flora, yang selalu mencintainya tanpa syarat, telah ia sia-siakan. Arkan menundukkan kepalanya, menatap pecahan kaca di lantai yang berkilauan seperti potongan-potongan hatinya yang remuk.

"Maafkan aku, Flora," bisiknya pelan, suara yang hampir tidak terdengar. Air mata yang selama ini ditahannya mulai mengalir deras di pipinya. Ia merasa dirinya tidak layak untuk memohon maaf, namun hati kecilnya berharap Flora bisa mendengarnya entah di mana pun dia berada sekarang.

Bayangan Flora dan Jonathan kembali muncul di benaknya. Mereka berdua berhak mendapatkan kebahagiaan yang ia tidak bisa berikan kepada Flora. Meski rasa sakit melihat Flora bersama pria lain begitu menyiksa, Arkan tahu bahwa ini adalah karma yang harus ia terima. Kesalahan dan kelalaiannya selama ini telah membawa dampak yang tak terelakkan.

Arkan meraih foto yang terjatuh dan pecah di lantai, memungut serpihan kaca dengan hati-hati. Foto itu adalah saksi bisu dari masa lalu yang tidak bisa ia kembalikan. Dalam potongan-potongan kaca itu, Arkan melihat pantulan wajahnya yang penuh dengan penyesalan dan kesedihan. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan berusaha menjadi orang yang lebih baik, meski mungkin sudah terlambat untuk memperbaiki segalanya dengan Flora.

Namun, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Arkan merasa bahwa ia harus menghadapi kenyataan dan kesalahannya. Ia harus belajar untuk merelakan Flora dan berusaha mencari kedamaian dalam hatinya sendiri. Dan di tengah ruangan yang penuh dengan kehancuran, Arkan mulai mengambil langkah kecil menuju penebusan, meski jalannya masih panjang dan penuh dengan rintangan.

Arkan duduk di lantai kamarnya yang porak-poranda, dikelilingi oleh serpihan kaca dan barang-barang yang hancur. Penyesalan yang membebani hatinya mulai mereda, digantikan oleh kelelahan yang mendalam. Perlahan, ia bangkit berdiri, menyadari betapa kusutnya penampilannya. Dengan langkah berat, ia berjalan menuju kamar mandi, berharap air bisa membasuh sebagian dari beban emosional yang menghimpitnya.

Begitu masuk ke kamar mandi, Arkan menyalakan shower dan membiarkan air hangat mengalir deras. Ia menanggalkan pakaiannya satu per satu, membiarkan setiap lapisan jatuh ke lantai seperti lapisan kesedihannya. Saat air mulai membasahi tubuhnya, Arkan merasakan sensasi menenangkan yang meresap ke dalam kulitnya. Air hangat membasuh keringat dan air mata yang tadi mengalir deras di wajahnya.

Di bawah pancuran, Arkan memejamkan mata, membiarkan pikirannya melayang kembali ke momen-momen penuh kesalahan yang ia lakukan. Ia mengingat senyum Flora yang jarang ia hargai, tatapan penuh cinta yang sering ia abaikan, dan janji-janji yang tidak pernah ia tepati. Namun, air hangat itu juga membawa harapan kecil bahwa ia masih bisa memperbaiki dirinya, meskipun tidak bisa memperbaiki masa lalu.

Arkan mengambil sabun dan mulai membersihkan tubuhnya, setiap gesekan terasa seperti usaha untuk menghapus kenangan pahit yang menempel di kulitnya. Ia mencuci rambutnya, berharap bisa membasuh pikiran-pikiran yang penuh penyesalan. Proses mandi yang biasanya sederhana kini menjadi ritual pembersihan diri, baik fisik maupun mental.

Setelah beberapa waktu, Arkan mematikan shower dan meraih handuk. Ia mengeringkan tubuhnya dengan gerakan lambat, merasakan setiap serat handuk yang menyerap sisa air dan keringat. Ketika ia menatap cermin, bayangan dirinya yang terpampang di sana terlihat lebih tenang, meskipun masih ada jejak kelelahan dan kesedihan.

Arkan mengenakan pakaian yang bersih, seakan mencoba memulai kembali dengan diri yang baru. Ia kembali ke kamar yang masih penuh dengan kekacauan. Melihat serpihan kaca dan barang-barang yang hancur, Arkan tahu bahwa ia harus membereskan semua ini, bukan hanya sebagai tindakan fisik, tetapi juga sebagai simbol dari upaya untuk merapikan kehidupannya yang berantakan.

Ia mengambil ponselnya dan mencari nomor layanan kebersihan yang sudah biasa ia hubungi. Setelah menemukannya, ia menekan tombol panggil dan menunggu sambungan tersambung. Tidak butuh waktu lama sebelum seorang operator menjawab.

"Halo, Tuan. Ada yang anda butuhkan?" suara ramah seorang pelayan.

"Ke kamarku, bereskan segera!" kata Arkan dengan suara yang masih terdengar lelah.

"Tentu, Pak Arkan.Saya akan ke sana!"

"Ya, ada banyak pecahan kaca dan barang-barang yang hancur. Tolong bawa peralatan yang diperlukan untuk menangani itu," jawab Arkan.

Setelah menutup telepon, Arkan duduk di tepi tempat tidurnya, menunggu kedatangan tim kebersihan. Sambil menunggu, ia merenung tentang langkah-langkah berikutnya dalam hidupnya. Ia tahu bahwa ini baru permulaan. Merapikan kamar hanyalah langkah pertama dalam upayanya untuk merapikan kehidupannya yang berantakan.

Tak lama kemudian, bel pintu berbunyi. Arkan bangkit dan menuju ke pintu depan untuk menyambut tim kebersihan. Dua orang petugas datang dengan membawa peralatan lengkap. Mereka menyapa Arkan dengan sopan sebelum masuk ke kamarnya dan mulai bekerja.

Arkan duduk di ruang tamu, mendengar suara-suara dari kamar yang perlahan-lahan kembali rapi. Setiap suara sapu, pel, dan pengambilan pecahan kaca terasa seperti simbol dari upaya pembersihan yang lebih besar dalam hidupnya. Ia merasa sedikit lebih ringan, meskipun tahu bahwa perjalanan untuk memperbaiki diri masih panjang.

Saat pelayan selesai dan mengucapkan salam perpisahan, Arkan berdiri di ambang pintu kamarnya. Kamar itu kini bersih dan tertata kembali. Meski ada beberapa barang yang tidak bisa diperbaiki, setidaknya ruangan itu tidak lagi mencerminkan kekacauan batinnya.

1
Nora♡~
Yaa... benar tuu.. Arkana hidup perlu di teruskan... sebab... Mentari masih bersinar untuk esok dan jangan di sia2 kan... harta dan kekayaan tu memang penting tepi di sertai kebahagian yang hakiki itu yang utama gitu... lanjut...
Miss Apple 🍎
lanjut
Sunaryati
Lanjut
Miss Apple 🍎
lanjut
Miss Apple 🍎
Devina meninggal kenapa Thor?
Bivendra
nah lho ud 13 tahun aja
devina meninggal knp tu terkejut bacanya
Miss Apple 🍎: kita tunggu ya, aku juga kepo
total 1 replies
Miss Apple 🍎
seruuu
Miss Apple 🍎
lanjut
Ceu Markonah
typonya banyak bangat
Nora♡~
Benar tu tuan Arkana apa yang terjadi semua nya dah berlalu...jadikan sebagai pengajaran untuk men jadikan diri kita menjadi lebih baik gitu.... lanjut..
she
season 2
semangat thoor..
Miss Apple 🍎
lanjuttt
Miss Apple 🍎
seru
Miss Apple 🍎
lanjut kak
Miss Apple 🍎
j lanjut
Miss Apple 🍎
uhuy
Miss Apple 🍎
seru
Miss Apple 🍎
lanjut
Mom's Yuzfan
itu kan pilihan lho sendiri dr awal Arkana,jadi nikmatilah ap itu sebuah KARMA 😏😌
Warung Sembako
adakah seorg ceo yg makin hari makin bego
ck...ck..ck...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!