EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan di tempat lain artinya plagiat. Tolong laporkan🔥
Baru dua bulan menikah, Arumi Safitri harus rela mengikhlaskan kepergian suaminya yakni Letda Laut (P) Yuda Kusuma yang meninggal dalam tugas. Pahami jati diri sebagai prajurit angkatan laut bahwa air yang memiliki semboyan wira ananta rudira, yaitu tabah sampai akhir.
Hidup Arumi selepas kepergian suaminya, diterpa banyak ujian. Dianggap pembawa sial oleh keluarga suaminya. Ada benih yang ternyata telah bersemayam di rahimnya, keturunan dari mendiang suaminya. Beberapa bulan kemudian, Arumi terpaksa menikah dengan seorang komandan bernama Kapten Laut (E) Adib Pratama Hadijoyo hanya karena kejadian sepele yang menyebabkan para warga salah paham dengan mereka berdua.
Bagaimana kehidupan pernikahan Arumi yang kedua?
Apakah Kapten Adib menjadi dermaga cinta terakhir bagi seorang Arumi atau ia akan menyandang status janda kembali?
Simak kisahnya💋
Update : setiap hari🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - Sebuah Mimpi
Ketika Arumi tengah koma, ia begitu terkejut sedang berada di sebuah hamparan rumput hijau yang sangat luas. Cuaca kala itu terlihat mendung. Arumi memakai pakaian warna biru navy tengah berlarian di sana.
Ia tampak kebingungan melihat tempat apa yang didatanginya saat ini. Sepi dan terasa dingin hingga rasanya menusuk tulang. Setelah berlari ke sana kemari, ia melihat dari kejauhan ada sepasang suami istri tampak duduk di sebuah bangku taman dan tengah asyik bercengkerama.
Lalu mereka berdua bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke sebuah pintu warna hitam yang sedang tertutup rapat. Dan akhirnya ia bisa melihat jelas wajah sepasang suami istri tadi ternyata adalah mendiang orang tuanya sendiri.
"Ayah-ibu !" teriak Arumi memanggil kedua orang tuanya.
Seketika yang dipanggil pun langsung menoleh pada Arumi dan keduanya tersenyum. Arumi langsung berlari menuju kedua orang tuanya. Rasa rindu menyeruak semakin dalam di kalbunya.
Grepp...
Pelukan hangat langsung Arumi berikan pada kedua orangnya tuanya tersebut. Ia menangis haru karena bisa bertemu kembali dengan orang tuanya. Dahulu ia sempat merasa marah pada takdir Tuhan yang mengambil orang tuanya secara mendadak tanpa sepatah kata pun. Terlebih ia masih SMP. Tentu saja masih butuh figur orang tua dalam hidupnya.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, ia semakin dewasa dan bisa menerima takdir hidupnya tersebut yang menjadi yatim piatu. Tak berselang lama Arumi melepaskan pelukan itu. Ia melihat kedua orang tuanya tersenyum padanya.
"Ayah-ibu, kita sekarang ada di mana? Jangan pergi lagi. Jangan tinggalin Arumi. Aku kangen sama ayah dan ibu. Aku mau ikut kalian," rengek Arumi.
Bu Ana terus tersenyum mendengar keluhan dan pertanyaan Arumi yang mencecar mereka di alam mimpi. Ia pun mengelus dan merapikan poni serta anak-anak rambut Arumi yang berantakan akibat berlari barusan.
"Pulanglah, Nak. Belum waktunya kamu ikut bersama kami. Ada seseorang yang sangat mencintaimu dan selalu menunggumu dengan setia. Berbahagialah dengannya hingga kelak nanti kita berkumpul bersama kembali jika memang sudah waktunya tiba," ucap Bu Ana selaku ibu kandung Arumi.
"Arumi ikut ayah sama ibu saja. Titik !" Arumi bersikeras ingin ikut ayah dan ibunya.
"Maaf, Nak. Kamu belum bisa ikut bersama kami. Yang boleh masuk ke dalam sana hanya orang-orang yang berpakaian putih seperti ayah dan ibu sekarang ini," ucap Pak Setyo, ayah kandung Arumi.
"Ya sudah, ayo kita beli baju putih untukku. Biar aku bisa ikut masuk ke sana sama ayah dan ibu. Beres kan," kekeh Arumi.
Ia merasa berada di titik lelahnya sehingga ketika berada di alam bawah sadarnya, seakan dirinya malas terbangun. Rasanya ia ingin pergi dari dunia ini untuk ikut bersama kedua orang tuanya yang bertemu dengannya saat ini.
"Di sini tak ada toko baju, Nak. Baju putih seperti ini harus dijahit manual dahulu. Ibu janji akan menjahitkan baju putih untukmu, untuk suamimu serta cucu-cucu kami juga. Baju untuk kalian semua nantinya sangat halus selembut sutra dan jauh lebih baik daripada yang kami pakai saat ini. Jadi butuh proses yang sangat panjang dan akan memakan waktu lama hingga jadi. Karena memang masih banyak yang harus kamu lakukan bersama keluargamu di sana. Untuk sekarang, tempatmu bukan di sini. Kembalilah, Nak. Kasihan suami dan bayimu," tutur Bu Ana.
"Tapi_" ucapan Arumi pun terpotong.
"Kami pergi dulu, Nak. Maafkan kami dan jaga dirimu baik-baik," ucap Pak Setyo seraya mengelus pucuk rambut Arumi.
Setelah itu kedua orang tuanya pun menghilang dari pandangan Arumi. Seketika Arumi berlutut di tanah yang penuh rerumputan tersebut. Kepalanya menunduk dan menangis tersedu-sedu.
"Hiks...hiks...hiks..."
"Ayah-ibu, semoga kalian di sana berbahagia selalu. Doaku selalu bersama kalian," cicit Arumi lirih seraya terisak pilu hingga punggungnya bergetar hebat.
Tak berselang lama, Arumi pun mendongakkan kepalanya. Sebab ia melihat sepasang sepatu yang familiar, berada tepat di depannya saat ini.
Deg...
"Mas Yu_da," ucap Arumi terbata-bata.
Ia begitu terkejut melihat sosok mendiang suaminya yakni Yuda Kusuma yang telah meninggal dunia, kini tengah berdiri di hadapannya.
Ia pun beranjak untuk berdiri dan menghapus air matanya. Yuda tak tersenyum sama sekali padanya. Justru wajah Yuda seakan menyiratkan kesedihan mendalam yang tengah dirasakan oleh mendiang suaminya tersebut.
"Mas, a_pa bo_leh aku tanya sesuatu hal padamu?" tanya Arumi dengan nada terbata-bata.
"Tanyakan saja, Rum."
Arumi terus memandang wajah Yuda tanpa memutus kontak mata.
"Apa benar Mas Yuda menikahiku karena wasiat mendiang Bapak, bukan karena murni mencintaiku? Apa semua hanya karena utang balas budi orang tua kita di masa lalu?" tanya Arumi.
"Benar, Rum. Maafkan aku dan keluargaku yang telah banyak menorehkan luka untukmu. Maaf jika selama hidup, aku belum bisa menjadi suami yang baik dan menyenangkan untukmu. Aku mohon tetap sayangi anak kita. Aku titip dia padamu, Rum."
Deg...
Air mata Arumi pun tak dapat dibendungnya lagi. Jatuh menetes dan membasahi pipinya. Seiring dengan menghilangnya Yuda dari pandangannya. Dan tak lama dari kejauhan, ia mendengar seseorang memanggilnya dengan sebutan yang familiar di telinganya. Mbak Judes.
Saat ia menoleh, hanya ada sosok bayangan laki-laki berbadan tinggi tegap memakai masker, berkacamata hitam dan bertopi yang berdiri cukup jauh dari tempatnya berada. Lantas, ia pun berlari menuju laki-laki iseng tersebut. Namun tak ayal sosok yang dirindukannya tersebut justru menghilang juga dari pandangannya. Setelah itu, Arumi terbangun dari komanya.
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Bantu Like dan Komen banyak-banyak ya💋
Nuhun...
Ngomong2 lokasi setting novel kota J itu dimana ya thor? mohon di jawab, hatur nuhun.