Terlahir dari keluarga kaya raya dan terpandang, anak bontot yang seharusnya selalu mendapat kasih sayang, namun itu tidak berlaku bagi Rangga Guitama.
Rangga Anak bungsu dari tiga bersaudara, namun tidak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya, karena Rangga tidak jenius seperti kakak kakaknya, dia tak mampu menyamai akademis sang kakak, dia anggap bodoh oleh keluarganya, menurut keluarga nya Rangga hanya anak pembawa sial.
Mau tau ceritanya yukkk ikuti...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Bug...
Bug...
"Rania..." pekik Rangga saat melihat sang istri membabi buta, menghajar preman yang ingin menyerang Albi.
Walau Rangga tau, sang istri juga pintar bela diri, namun tetap khawatir, apa lagi preman yang dia lawan badannya dua kali lipat dari sang istri.
Rania tidak menghiraukan panggilan sang suami, dia terus saja menghajar dua preman secara membabi buta, seolah olah Rania mendapatkan pelampiasan emosinya yang menggebu gebu.
"Astaga, kenapa itu bocah bisa seberingas ini" pikir Alb. Dia pun tau klau Rania memang lah jago beladiri penyandang sabuk hitam yang hampir sempurna, namun Rania tidak pernah menunjukan itu di luar latihan ataupun pertandingan, tidak seperti sekarang, membuat Albi ikut merinding.
Bug....
Bug....
"Jangan bengong kau bodoh!" bentak Rania sambil menendang seorang preman yang hampir saja mencelakai Albi, karena dia sedang tidak fokus melihat ke beringasan Rania.
"Ahhh... Iya...." ujar Albi, dan kembali menyerang musuh yang berjumlah enam orang itu.
Bug....
Bug...
Krakkk....
"Aaaggghhh.... Ampun" pinta ketua preman itu.
"Ncek.... Lemah, badan doang gede, udah gitu main keroyokan lagi, ncek.... ncek...." cibir Rania, sambil menepuk nepuk pakaiannya, dan juga membetulkan hijab yang sudah berantakan.
Rangga tadi memang sempat kaget, namun tidak berniat membantu, dia hanya diam di atas motor, sambil melihat keadaan, apakah sang istri dan temannya itu bisa melawan, klau tidak, baru lah dia ikut turun tangan.
"Rangga memang lah tau, istrinya itu sedang aji mumpung untuk melampiaskan amarah yang sedang naik ke ubun ubun.
"Pergi kalian, atau mau aku hajar lagi!!" pekik Rania.
Para preman itu lansung lari terbirit birit, walau muka mereka sudah babak belur, dan ketua preman itu tangan kirinya di patahkan oleh Rania.
"Kenapa loe, bisa berurusan sama mereka?" tanya Rangga, sambil memberi minum kepada sang istri.
"Suruhan bang Jek. Dia ngak nginzinin gue pindah ke tempat loe, ya udah dia kirim orang buat keroyok gue" jujur Albi, dia ngak mau menutup nutupin masalahnya sama Rangga dan Rania, itu juga bersangkutan dengan kepindahan dia ke bengkel Albi, Bang Jek sangat tau Albi dan Rangga berteman, dan dia ingin informasi tentang keberhasilan Rangga, dan memaksa Albi untuk mencari informasi Rangga, tentu saja Albi menolak, Rangga bukan hanya teman bagi Albi, dia sudah menganggap Rangga sebagai saudara.
"Kurang ajar, kita harus waspada ini kak, aku rasa pasti akan ada penyusup atau karyawan kita yang berhianat" ujar Rania.
"Hmmm... Benar juga kata kamu Nia" ucap Albi membenarkan ucapan Rania itu. .
"Ya udah kita bahas nanti, setelah makan" ucap Rangga, dia memang sudah mencium ada hal tidak beres juga di bengkelnya, namun dia belum mau memberi tau sang istri, dia memang sedang menyelidiki itu diam diam.
"Aahhh... Iya, aku sudah lapar" keluh Rania.
"Gue ikut lah, perut gue juga lapar, habis menguras tenaga ujar Albi.
Rangga mengangguk dan melajukan motornya ke tempat makan yang sudah di beritahu sang istri.
"Gimana...?" tanya Jek, kepada anak buahnya.
"Maaf. Bang kami gagal" ucap kepala preman itu.
"Kurang ajar, menghabisi anak ingusan satu aja kalian ngak bisa, bodoh!!" teriak Jek penuh amarah.
"Bukan Ngak bisa bang. Tapi, dia di bantu oleh temannya yang punya bengkel itu bang, kami di hajar sampai babak belur gini" ujar Ketua preman itu, memperluhatkan tanganmu yang sudah di urut itu.
"Gue ngak perdulu. memang dasar kalian saja yang bodoh, ngak punya tenaga" hina Jek dengan murka, ingin sekali para preman itu menghajar si jek, tapi apa lah daya, mereka butuh makan dari si Jek, malas sih, mereka sebenarnya sama laki laki angkuh, yang kaya belum seberapa itu, namun sombongnya minta ampun.
"Minta informasi sama anak buah Rangga yang sudah kita bayar itu, apa dia sudah menemukan informasi, siapa orang yang ingin bekerja sama dengan Rangga itu!" ujar Jek dengan angkuhnya.
"Baik bang" ujar kepala preman dengan sopan, walau dalam hati sangat dongkol dan ingin menendang si Jek, namun hanya berani dalam hati doang.
"Siapa banget tuh si Jek, mentang mentang kita kerja sama dia, kita ingin ngak pernah di anggap manusia sama dia"
"Iya, benar banget. Gue klau ada kerjaan lain, mending juga keluar dari sini, sudah ngak kuat gue, tapi sayang belum ada kerjaan. mana anak gue butuh susu" keluh preman tersebut.
"Benar banget. Gue lihat anak Buah Rangga itu hidupnya maksur banget dah, salah satunya kan, tetangga gue, dulu dia lebih susah dari gue, ehh... sejak kerja di si Rangga sudah bisa kebeli motor dia, walau motor bekas juga"
"Benar, loe kenal si didin ngak, yang dulu jualan bakso keliling, tapi baksonya jarang yang beli. sekarang kerja sama Rangga juga makmur hidupnya sekarang tau, bininya di rumah sampe bisa bikin warung" preman satu lagi, mereka malah sibuk menggibahin Rangga, dan melupakan tugas yang di beri Jek kepada mereka.
"Andai gue bisa kerja di sana, alangkah bahagia hati gue, anak gue minta sepeda lansung gue beliin dah" celetuk preman satu lagi.
"Emang masih mau, si Rangga nerima kita, walau ada lowongan, secara kita sudah berani beraninya, nyakitin temannya, dan juga tadi ngelawan bininya." keluh preman lain.
"Iya juga ya. Ahhh... sudah lah, berdoa'a sajalah, semoga Rangga sama Rania mau terima kita, klau ada lowongan, gue lansung tobat dan bakal jadi orang yang menjaga mereka sebagai penebus kesalahan kita tadi." ujar kepala preman itu.
Bersambung....