Siapa sangka seorang dokter cantik nan muda bisa menarik perhatian bos gangster dalam pandangan pertama hingga membawanya ke dalam cinta segitiga antara sang dokter, bos gangster dan seorang polisi yang merupakan calon suami dari dokter cantik tersebut.
Di sisi lainnya, sebuah pembunuhan brutal terjadi di kalangan konglomerat hingga menggemparkan berita orang-orang kaya. Tidak diketahui motif sang pembunuh, namun hanya ada satu kemungkinan yaitu balas dendam.
Semua yang terjadi rupanya terhubung satu sama lain. Cinta, pembunuhan, kebohongan dan balas dendam.
(Cerita season 2 dari season 1 berjudul Only 200 Days Mr. Mafia) jika belum membacanya, silahkan baca dulu jika berkenan ^^
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DOAM — BAB 35
PEMBUNUHAN KEEMPAT–ROMEO ORLANDO
Di sebuah studio sepak bola. Romeo beserta beberapa orang terpandang lainnya tengah melakukan pertaruhan. Dari arah bawah tepatnya di salah satu tempat duduk penonton. Zoe menatapnya dengan sorot tajam, sedangkan pria itu masih asik bercanda di tempat VIP yang berada di atas.
Tidak ada ampun ataupun permohonan untuk orang-orang yang berbuat jahat.
Langit semakin gelap, pertunangan Sarah dan Tobias pun juga batal. Keduanya masih saling berdiam bahkan menelepon satu sama lain, hanya mengirim pesan singkat bahwa pertunangan di mundurkan, setidaknya itulah yang Tobias tulis terlebih dahulu sebelum Sarah.
Berada di bengkel yang sudah nampak hangus. Tobias yang berada di dalam mobilnya dengan bertelanjang dada dan napas memburu. Pria itu menikmati botol kotak ukuran sedang dengan santainya.
“Kau dan mereka pantas di neraka.” Ujar Tobias yang mulai melantur. Sorot matanya tajam mengarah ke arah bengkel yang masih terbakar habis beserta motor Joy di sana.
“Tobias membatalkan tunangannya. Aku rasa dia sedang sibuk.” Ucap Sarah sedikit gelisah.
Luca masih menunggu di dalam mobil bersama wanita itu, semuanya semakin genting sampai mobil serta sirine polisi terdengar di jalanan yang bertepatan dengan keberadaan Sarah dan Luca.
Melihat mobil polisi yang merupakan Robbie beserta polisi lainnya, Sarah jadi ingat dengan pembunuhan akhir-akhir ini, juga sang pelaku berjaket merah yang mengingatkannya akan seorang wanita cantik bernama Zoe.
“Ada apa?” tanya Luca yang menoleh ke Sarah.
“Sepertinya aku mulai mengingat wanita itu Luca.”
Tanpa bertanya lebih lanjut pun pria itu tahu siapa yang Sarah maksud, karena dia sendiri juga sering melihatnya hingga curiga dengan wanita jaket merah itu.
Ting! sebuah pesan singkat baru saja masuk ke tab canggih Luca. sebuah arahan dari anak buahnya yang menunjukkan lokasi orang yang mereka cari-cari.
“Mereka sudah menemukannya.”
Mendengar hal itu, Sarah tak percaya hingga dia memeluk Luca dengan erat dan penuh kesenangan mendengar berita tersebut.
“Terima kasih banyak!” ucapnya yang masih memberikan pelukan eratnya.
Ketika pelukan sudah terlepas hingga berganti dengan saling menatap, “Kita lanjutkan nanti, sekarang waktunya pergi.” Ujar pria itu menyadarkan perasaan mereka masing-masing sebelum kalut.
...***...
Romeo baru saja mendapatkan telepon dari Robbie. pria itu segera keluar area penonton dan masuk ke dalam studio sambil mendengarkan arahan Robbie.
Awalnya Romeo tak percaya dengan ucapan Robbie, namun saat dia merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang, barulah pria itu percaya.
Romeo mematikan ponselnya, lalu berbalik dan melihat seorang pria berjaket merah tanpa tudung. Sorot mata Grey begitu tajam bak silet yang berapi. Romeo sendiri hanya meyeringai sombong ketika dalam satu tepukan tangannya, beberapa anak buahnya langsung berdatangan dan berdiri di belakangnya.
“Kau pikir dengan keluar dari penjara, kau bisa membunuhku?” ucap sombong Romeo.
Grey masih diam dan menatapnya. “Habisi dia.” pinta Romeo seraya menyalakan sebatang rokok yang hendak dia hisap.
Namun tiba-tiba— Jleb! Dari ruang darurat, Zoe memukul sakelar lampu menggunakan APAR hingga lampu di lorong keberadaan Grey meredup.
Tanpa pikir panjang Grey bergerak cepat, anak buah Romeo pun juga mengeluarkan pistol hingga menembaki kesembarang arah yang bisa mereka lihat keberadaan Grey.
Pria bermata silver itu memukuli dengan lihainya, tanpa ampun dia menghabisi keseluruhan anak buah Romeo tanpa ampun. Mengetahui kebrutalan Grey saat bertarung, Romeo berlari ke atap gedung, berharap bisa menjauh dan bersembunyi di sana.
[“Tolong aku. Ce-cepat datanglah. Di-dia, pria itu ada di studio.”] Pinta Romeo mulai gemetar tak karuan ketika dia berlari menuju atap dengan menggunakan anak tangga.
Grey yang berhasil menghabisi mereka, dengan cepat dia berlari mengejar Romeo saat itu juga. Bersamaan dengan mobil polisi, mobil Luca juga datang ke studio tersebut.
“Bagaimana Luca, apa sudah terlihat?” tanya Sarah yang tak sabar.
Kini kedua orang itu berada di parkiran, sambil menunggu loading di tab Luca. Sarah benar-benar tak sabar ingin melihat foto saudaranya. Sementara Luca masih memegangi tab tersebut, tinggal 13% lagi maka dua foto terlihat di tab tersebut. Tak salah jika Sarah meminta bantuan ke gangster, pekerjaan mereka lebih cepat walaupun dengan cara kotor.
Sementara di atap studio.
“Ja-jangan mendekat! Sebentar lagi polisi akan datang, kau akan ditangkap!” sentak Romeo dengan berani.
Grey tak banyak bicara, dia langsung menyerang Romeo namun pria itu cukup pintar bela diri, tak seperti ketiga temannya yang sudah tewas, dia lebih muda dari mereka.
Pertengkaran sengit terjadi, Grey membenturkan keras kepala Romeo ke pipi besar yang berdiri tegak di sana hingga keningnya berdarah. “Akhhh— ” itulah suara kepuasan yang ingin Grey dan Zoe dengar dari para penjahat itu.
Tubuh Romeo yang sudah lemas dan kalah kuat, dengan cepat Grey memukulinya berkali-kali tanpa jeda tepat di perut Romeo serta uku hati. “Akkhhh— ” teriak Romeo tak berhenti.
Suara sirine masih berbunyi, para polisi juga sudah siap siaga.
Brugh! Brugh! Brugh! Pukulan demi pukulan masih Grey berikan hingga darah keluar dari mulut Romeo. Grey mengentikan pukulannya dan mencengkram erat kedua lengan Romeo dengan tatapan marahnya. “Please!!! Hah— hah— hah— aku... Aku akan mengakui kesalahan ku. tolong— ”
Jleb! Romeo terkejut ketika dia mendapat suntikan dari belakang hingga tubuhnya melemah dengan kepala pusing. Romeo tak bisa melihat siapa seseorang yang telah menyuntikan sesuatu ke lehernya tadi.
Tanpa membuang waktu, Grey kembali menghantam wajah Romeo hingga pria itu sampai ke ujung atap dan hampir jatuh, namun dengan sigap Grey memegangi bajunya. “To-tolong ja-jangan dilepaskan. Aku mohon— ” Napas Romeo memburu, ketakutan terlihat di wajahnya yang pucat hingga berkeringat. “Aku... aku pu-punya keluarga hah- hah-”
“Me too.” Jawab dingin Grey bersuara serak dan beratnya.
Tiba-tiba permohonan Romeo berhenti saat seorang wanita memperlihatkan dirinya dari balik tubuh Grey.
Kedua mata Romeo terbelalak hingga terkejut tak percaya saat melihat keberadaan Zoe yang masih hidup. Tak bisa berkata-kata karena terlalu terkejut, Romeo terbungkam dengan mata melotot.
Sementara Zoe menatapnya penuh dendam dan amarah yang tertahan. “Please....” lirih Romeo pelan kepada Zoe dengan derai air mata.
Tepat di bawah, ada Sarah dan Luca di sana. wanita itu kembali mendekati Luca. “Sudah selesai?!”
Luca menunjukkan tabnya ke arah Sarah. Mereka sama-sama melihat dua foto yang awalnya buram perlahan mulai terlihat jelas hingga Sarah terkejut mengetahui dua foto tersebut. “Mereka— ”
PYARRRR!!!!
Zoe menendang Romeo hingga pria itu jatuh dari atap tepat ke atas mobil yang terparkir di depan mobil Luca. Dengan sigap Luca langsung merangkul Sarah dan berpaling menghindari serpihan kaca mobil yang berserakan.
Melihat jasad Romeo yang terjatuh dari atas, tentu saja Luca dan Sarah refleks mendongak dan melihat dua orang menatap mereka dari atas atap. Dua orang yang sama seperti di foto tadi.
Ya! Mereka lah keluarga Sarah.