MUSUHKU MENJADI SUAMIKU

Keyra menelisik ke dalam netra Chika. Setelah beberapa detik, dia tersenyum menatap Chika. "Tumben kau peduli denganku? Bukankah pagi ini kau masih melihatku sebagai musuhmu?"

Mendengar pertanyaan penuh selidik dari Keyra, Chika seakan kehabisan kata-kata. Namun dia berusaha untuk tetap tenang. "Mungkin kau telah salah paham menilai sikapku pagi tadi. Sebenarnya aku sangat peduli pada teman-temanku, khususnya teman sekelas."

Keyra langsung menepuk pundak Chika, meski Chika jauh lebih tinggi darinya. "Simpan kata-katamu itu untuk orang-orang yang belum mengenalmu!" tukas Keyra. Lalu dia beranjak dari posisinya.

"Kei, tunggu dulu!" seru Arvan dengan raut wajah kesal.

Keyra mengabaikan teriakan Arvan. Dia terus berjalan menjauhi Arvan dan Chika. Namun saat Keyra akan berbelok, sebuah tangan tiba-tiba menariknya.

"Aaaa - "

Suara teriakan Keyra seketika terhenti kala dirinya melihat dengan jelas wajah pria yang telah menarik tangannya.

"Al - !"

Albian langsung membekap mulut Keyra yang akan berteriak memanggil namanya.

"Jangan teriak Kei! Aku tidak mau Arvan dan Chika tau keberadaanku di sini. Aku juga tidak mau mereka menjadi lebih waspada."

"Kenapa?" tanya Keyra dengan suara yang tidak jelas.

Albian pun gegas melepaskan tangannya dari mulut Keyra. "Eh, maaf!' katanya kala dirinya merasa terlalu lama menutup mulut Keyra. "Nanti saja aku ceritakan saat kita sudah di jalan menuju butik."

"Di jalan? Apa kau akan naik mobilku?"

"Kau yang akan naik mobilku!"

Keyra mengernyit bingung mendengar jawaban Albian. "Lalu bagaimana dengan mobilku?"

"Aku sudah meminta tolong pada supir keluargamu, jadi mobilmu sudah di bawa pulang."

"Apa kau mencuri kunci mobilku?"

Albian langsung menyentil pelan jidat Keyra. "Berapa sih usiamu?"

"Lima bulan yang lalu aku baru merayakan ulang tahunku yang ke 20", jawab Keyra dengan polosnya. "Bukankah di usiaku saat ini, aku masih terlalu muda untuk menikah?"

"Bukan itu maksud ucapanku! Aku cuma mau bilang, masih muda tapi kok sudah pikun. Kunci mobilmu kan aku yang pegang sejak diparkiran pagi tadi."

Keyra membalas dengan manggut-manggut. "Ya, sudah. Aku ikut dengan mobilmu", ucap Keyra. Dia sedang malas berdebat dengan Albian.

"Ayo, kita pergi! Aku memarkirkan mobilku di sana!"

Ekor mata Keyra mengikuti arah jari telunjuk Albian. "Oke", katanya saat melihat mobil sport milik Albian terparkir tak jauh dari posisi mereka.

*-*

"Kei! Aku harap kau menjauhi Arvan", ucap Albian membuka perbincangannya dengan Keyra.

Sontak Keyra melirik wajah serius Albian yang sedang fokus menyetir. "Kenapa?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari Albian.

Albian menghela nafas berat mendengar pertanyaan Keyra. Namun dia tidak ingin nantinya Keyra salah paham, kala mendengar yang tidak seharusnya dari Arvan.

"Sebenarnya keluargaku telah menjodohkanku dengan Chika. Tapi mama tidak setuju dengan perjodohan itu." Albian menjeda ucapannya dan melirik Keyra sekilas untuk melihat reaksinya.

"Lalu?" tanya Keyra penasaran.

"Keluargaku marah besar. Tapi mama tidak takut. Mama malah menentang keluarga dengan menyewa seorang pengacara. Lalu pengacara kami memberi saran untuk menikahkanku dengan wanita lain dan semua warisan keluarga kami masih tetap berada atas namaku."

"Itu sebabnya kau ingin menikahiku? Hanya demi warisanmu itu?"

"Bukan seperti itu Kei", sanggah Albian.

"Lalu, kenapa kau tidak menikah dengan Chika saja? Toh semua harta warisan keluargamu akan tetap berada ditanganmu."

"Karena aku tidak menyukainya!"

Keyra membisu mendengar ucapan Albian. Otak kecilnya seakan sulit untuk mencerna perkataan Albian barusan.

"Kei! Kenapa kau diam saja?"

"Em, fokuslah menyetir!"

"Apa kau tidak akan bertanya siapa yang aku sukai?"

"Sudah aku katakan fokuslah menyetir!" kesal Keyra tanpa menoleh. Pandangannya dia buang jauh ke luar jendela.

Sementara Albian bingung melihat sikap Keyra. Dia pun terpaksa diam dan tetap fokus menyetir, hingga mobil yang dikendarai Albian menepi di sebuah toko butik langganan sang ibu.

"Ayo, Kei", ajak Albian kala melihat Keyra bergeming diposisinya.

"Hm", jawab Keyra seraya turun dari mobil. "Aww", ringisnya kemudian.

"Kenapa Kei?" tanya Albian panik.

"Kakiku."

Albian gegas memperhatikan kondisi kaki Keyra. "Apa kau tidak bisa jalan?"

Keyra membalas dengan menggelengkan kepalanya. "Ini sakit sekali."

Tanpa aba-aba Albian telah menggendong Keyra ala bridal style.

"Kenapa kau menggendongku seperti ini? Aku malu di lihat orang banyak", ucap Keyra setengah berbisik dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Albian.

Namun Albian tidak menjawab pertanyaan Keyra. Dia terus melangkah masuk ke dalam toko.

"Bian, kenapa kau menggendong Kei?" tanya Diana yang telah datang lebih awal.

"Sepertinya kaki Kei keseleo ma."

Diana tersentak kaget mendengar jawaban Albian. "Kok bisa? Apa kau memaksa Kei datang kemari?"

"Tidak ma!"

"Kei melamun saat turun dari mobil tadi, tante", sela Keyra.

Diana langsung mendekati Keyra dan mengusap lembut rambut lurus Keyra. "Apa kau benar-benar tidak setuju dengan pernikahan ini, sayang?" tanya Diana yang menduga Keyra terus memikirkan pernikahan mereka.

Mendengar pertanyaan sang calon mertua, Keyra pun hanya bisa membisu. Dalam benaknya terus berkecamuk saat hendak memilih, apakah dia akan mengatakan yang sebenarnya atau tidak.

"Kei", panggil Diana dengan lembut.

Keyra pun menatap Diana dengan ragu.

Diana membalas tatapan Keyra dengan lembut. "Tante tahu Kei masih muda dan punya banyak impian yang ingin di kejar. Jadi setelah tante pikir lagi, tante akan memberi kamu kesempatan untuk memikirkannya sampai besok. Tapi sebelum kamu memutuskannya ada hal yang ingin tante ceritakan."

"Aaaa... " pekik Keyra tiba-tiba kala Albian berhasil membuat kaki Keyra normal kembali.

"Bian!" tegur Diana dengan emosi.

"Maaf ma. Tapi Bian harus melakukannya dengan cara seperti itu. Karena kalau Bian memberitahu Kei sebelumnya, mungkin dia akan ketakutan dan tidak bersedia untuk Bian sembuhkan. Jadi lebih baik Bian melakukannya saat perhatian Kei teralihkan."

"Oke, . Mama paham maksud kamu, tapi mama nggak mau kamu menyakiti Kei lagi!"

"Lagi?" gumam Albian seraya berfikir berapa kali dia telah menyakiti Keyra.

"Jangan marah sama Bian, tante", ucap Keyra kala dirinya telah merasa tenang. "Walaupun apa yang dilakukan Bian sangat sakit, tapi sekarang Kei sudah merasa.lebih baikan, bahkan kaki Kei sudah bisa digerakkan dengan normal", lanjutnya.

"Syukurlah kalau begitu. Tante pun jadi tenang."

"Terimakasih ya Bian", ucap Keyra yang membuat Diana tersenyum bahagia.

"Itu sudah menjadi kewajibanku sebagai calon suamimu", jawab Albian tanpa ragu.

"Benar kata Albian, nak. Kedepannya dia yang akan melindungimu. Jadi kalian harus seling mendukung satu sama lain."

Keyra terharu mendengar ucapan Diana. Dia seolah merasa dirinya dan Albian adalah pasangan kekasih yang akan segera menikah dan hidup bahagia. "Tapi, tante - "

"Jangan terburu-buru Kei! Coba kamu dengarkan satu cerita dari tante. Setelah mendengarnya, kamu boleh mengambil keputusan untuk menolak pernikahan ini atau meneruskannya."

"Baik tante", jawab Keyra.