Kirani Adzkia murid murid kelas 12 di nikahkan dini dengan Abian Kemal Mahardika murid kelas 12 juga berdasarkan pertanggungjawaban nya pada malam dimana kesucian seorang Kiran di renggut paksa oleh Abi karena mabuk.
Mereka berdua yang hidup tanpa cinta pada awalnya namun,atas dasar tanggung jawab.
Hingga Abi meninggalkanya tanpa pamit dan ternyata Kiran sedang hamil.Rasa kecewa pada Abi membuatnya pergi menjauh dari kehidupan Kota dan ikut dengan seseorang yang selalu ada buatnya untuk memulai hidup barunya.
Namun,takdir yang membawa Kiran kembali bertemu kembali dengan Abi di waktu yang cukup lama.Namun,kekecewaan Kiran tetap tertanam dalam jiwa nya.
Bagaimana kisahnya jika sang buah hati menginginkan seorang ayah.
Ikuti kisahnya dalam Menikah Muda sampai selesai...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#Pertunangan dan Mutasi
Di belahan dunia lain seorang gadis yang berlari masuk ke dalam rumah dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Brakk...
Suara nyaring bunyi pintu di banting membuat Mak Leha hanya bisa menggelengkan kepalanya dan mengelus dada.
" Kalian terusin Mak lihat Bia sebentar." ucap Mak Leha pada dua karyawan yang membantunya di warung nasi miliknya.
tok tok tok .
" Bia,buka pintunya ..eyang mau bicara..!!" teriak Mak Leha di depan pintu kamar gadis yang di panggilnya dengan Bia.
Tak ada sahutan dari dalam kamar hanya terdengar isakan yang menembus pendengaran wanita paruh baya itu.
" Ada apa Mak..?" tanya Kiran yang baru sampai di rumah dari tempat dia bekerja.
" Ehhhh..kamu Raa,itu anak kamu tadi pulang-pulang marah-marah." ucap Mak Leha
"Kenapa emang Mak?" tanya Kiran dengan mengambil air minum dari dalam kulkas.
" Entahlah sepertinya dia diejek lagi Ra." ungkap Mak Leha.
" Biar Ira yang bicara sama Bia Mak." ucap Kiran yang terlihat sangat lelah namun,sebisa mungkin untuk menghadapi seorang Abia Kiradzki anak semata wayangnya yang berumur belum genap 15th.
"Bia,ini mama buka pintunya yaa,ayo sayang..?! " ucap Kiran dengan suara lembutnya.
Kiran tak mendengar jawaban apapun dari dalam kamar anaknya , terpaksa harus melakukan hal yang bisa Bia membuka pintu kamar itu.
" ABIA KIRADZKI..!!" bentak Kiran saat Kiran masuk ke dalam kamar anaknya dengan kunci cadangan.
Tampak seorang gadis yang tengkurap dan sesegukan karena menangis,sempat terperanjat melihat sang mama sudah masuk dalam kamar nya.
" Bia,bisa bicara sama mama.. sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Kiran dengan nada datar.
" Maaa, apa aku harus selalu di tuduh jadi anak haram?" tanya Bia dengan menatap mamanya dengan air matanya mengalir deras.
Kiran menghela napas berat dan menetralkan perasaannya yang sangat sakit,hal seperti demikian sudah bukan masalah baru untuk putrinya juga dirinya ,dia sedih dengan kenyataan yang di hadapi sang putri.namun..dia bisa apa, walaupun sudah di jelaskan tetaplah menjadi kontroversi.
" Nak,kamu punya papa kok.. walaupun mama belum tahu papa kamu dimana sekarang tapi, kamu lahir dalam sebuah pernikahan sah menurut agama.kamu adalah anugerah terindah buat mama,karena kamu satu-satunya harta yang tersisa dari suami mama , asal kamu tau kamu lahir bukan hasil zina nak...jangan nangis, tunjukkan pada mereka kamu bukan gadis lemah.Mama nggak mau kamu jadi korban bullying,kamu harus kuat.Papa kamu akan bangga jika kamu jadi pribadi yang kuat seperti biasa.Kenapa kamu jadi lembek jika kamu di singgung dengan perihal papa kamu?" ucap Kiran dengan wajah sendu menatap putrinya.
" Mama,maafin Bia...terima kasih sudah mau berjuang selama ini untuk Bia, dari mama mengandung Bia sampai saat ini,Bia sayang mama..." ucap Bia dengan memeluk sang mama.
" Sudah jangan pernah menampilkan kelemahan kamu sama orang lain, jangan biarkan orang-orang menghina kita." ucap Kiran.
" Iya mah,Bia paham .." jawab Bia dengan senyuman manisnya.
"Nah gitu dong,ini batuan anak mama." ucap Kiran dengan mencium pucuk kepala sang putri.
Sejak kejadian terakhir kalinya saat itulah Bia berusaha menjadi pribadi yang lebih kuat dan tidak pernah mudah di bully.
.
.
Beberapa hari kemudian di sebuah Rumah Sakit Swasta di Malang tempat dimana Kiran bekerja menjadi salah satu perawat di salah satu cabang Mahardika Hospital.
" Ira,kamu di panggil suster kepala." ucap salah satu suster senior di sebuah Rumah Sakit di Malang.
Saat ini Kiran menjadi seorang suster yang sudah kurang lebih tujuh tahun mengabdi di Rumah Sakit itu.Kiran lulusan S1 Kebidanan dari Universitas Brawijaya Malang.Kiran yang notabene nya bergelar S.keb.Bd
dia adalah suster yang banyak di gandrungi para pasien dan dokter muda.
Tok tok Tok
" Masuk.." terdengar suara dari dalam ruangan.
" Permisi suster kepala,apa benar anda memanggil saya?" tanya Kiran dengan wajah bingung.
" Iya Raa..duduklah."ucap sang suster kepala.
Kiran pun akhirnya duduk di depan sang suster kepala." Ada apa ya suster Mirna,apa saya punya kesalahan?" tanya Kiran dengan wajah serius.
" Nggak ada kesalahan yang kamu lakukan,hanya saja saya baru di utus oleh Dokter Jaka untuk menyampaikan surat pindah tugas kamu ke Rumah Sakit pusat di Jakarta." ucap Suster Mirna dengan menyodorkan sebuah amplop.
Deg
Jakarta,adalah kota yang tak ingin dia ijak lagi,apalagi banyak kenangan yang menyayat hatinya sampai saat ini.
"Kenapa suster,apa ada masalah?" tanya suster Mirna melihat perubahan wajah Kiran
" Ti_tidak ada sus,apa saya harus menerima mutasi ini..apa tidak bisa di ganti dengan yang lain?" tanya Kiran ragu.
" Sayang sekali itu keputusan dari pusat,dan kita tak punya wenang untuk tidak menyetujui nya." ucap suster Mirna.
Kiran hanya bisa menghela nafas panjang dia sedang memikirkan bagaimana Mak Leha dan Bia jika dia pergi.
.
.
Jam lima sore Kiran sampai rumah dan langsung duduk di teras rumah nya
" Mama kenapa ?" tanya Bia yang melihat sang mama terlihat murung .
"Nggak papa sayang,mama mandi dulu yaa..?" ucap Kiran dan langsung masuk dalam rumah dan segera bergegas ke kamar nya
" Mama Aneh,tumben banget kayak gitu..apa ada masalah di tempat dia kerja ." batin Bia yang cemas dengan keadaan sang mama
" Bia kamu kenapa?"tanya Mak Leha melihat sang cucu melamun.
" Itu eyang aku liat mama kayak lagi sedih kenapa yaa?" ucap Bia menanyakan kepada sang nenek
" Eyang juga nggak tahu,kan eyang dari tadi di warung ,sudahlah kamu buruan mandi jangan ngayap Mulu. " ucap Mak Leha pada Bia
Bia yang merespon hanya dengan mencebikkan bibirnya.Namun, sejurus kemudian dia beranjak dari tempatnya dan langsung masuk kamar nya.
.
.
.
Di Belanda sana di rumah keluarga Mahardika sedang berkumpul dan mengadakan acara pertunangan antara Abian dengan Aura yang Abi tolak mentah-mentah namun,sang Oma yang membujuknya dengan syarat Abi tak mau buru-buru menikah.Dan dengan terpaksa Oma Hanum menyetujui permintaan sang cucu ,karena Oma Hanum kehidupan Abian semua dia atur oleh nya.
Saat ini pemasangan cincin di jadi manis keduanya.
namun, Abian dengan cepat menolak cincin yang akan di pasarkan di jarinya dia meminta di jari kirinya , walaupun kesal Aura tetap saja menuruti kemauan Abian.
" Heii..bro,akhirnya nyerah juga Lo?" ledek Dewa saat sahabatnya mendekati para sahabat lama Abian.
" Enak aja ,nggak bakal gue nyerah." elaknya Abian.
" Lalu ini,kenapa Lo setuju sama rancangan Oma Lo?" tanya Diana yang saat ini sedang hamil lima bulan.
" Hanya sampe tahap tunangan. Okey?" ucap Abian bicara dengan santai.
" Lalu,kalau Kiran tahu bahwa kamu sudah tunangan sama orang lain apa yang akan kamu katakan padanya?" tanya Gema
Para sahabatnya pun menatap wajah Abi begitu penasaran dengan jawaban Abi.
" Gue akan putus pertunangan ini, walau pun Kiran tidak tahu akan soal ini karena gue tahu ini sebuah konspirasi antara nenek tua itu dengan Jonson dan tidak akan ada yang bisa mengantikan Kiran di samping gue." ucap Abian dengan menggebu.
" Kalaulah sekarang Kiran sudah menikah dengan orang lain gimana?" pertanyaan Vian membuat Abian mengeraskan rahangnya.
" Nggak mungkin Kiran dengan mudah dia menikah lagi." ucap Abian.
" Yaahhh..semoga apa yang kita khawatir kan nggak akan terjadi." ucap Diana cemas dengan nasib percintaan sang mantan kekasih.
Acara pertunangan itu telah usai dan tiba-tiba saja dua orang kepercayaan keluarga Mahardika datang yaitu Darmi dan Sapto.
" Mang Sapto,Bi Darmi..kalian disini,kenapa nggak kasih kabar Abi ?" tanya Abian yang terkejut melihat pengasuhnya datang tiba-tiba.
" Apa benar Aden akan menikah?" tanya Bi Darmi dengan mata berkaca-kaca.
" Bibi..bibi kenapa , tidak mungkin kalau saya nikah tanpa bibi.." ucap Abian duduk di samping sang pengasuh nya.
" Bibi takut Aden beneran nikah." ucap Bi Darmi dengan mata yang sudah mengembun akan turun tangisnya
" Darmi,apa maksudnya kamu ngomong begitu.kami ingin Abian cepat menikah ,tapi kamu yang hanya pengasuh berani-beraninya kamu ngomong kayak gitu..!!" bentak Oma Hanum ibu dari Beni Mahardika
" Oma please,jangan sampai aku hilang hormat sama kalian semua,kalian semua hanya bisa memaksa dan mencari peluang,tanpa peduli apa yang aku rasakan.Apa kalian tahu selama hampir 16th aku dihantui rasa bersalah dan penyesalan,nggak kan..kalian nggak akan ngerti,karena kalian hanya memikirkan bagaimana terlihat sempurna ,padahal aku seorang Mahardika yang notabene cuma pecundang..!!" ucap Abian dengan wajah sudah memerah.
Rasa sakit di hati Abian kembali menyeruak .Rasa bersalah pada sang istri belumlah hilang.Semua yang mendengar Abian berbicara keras tentu saja terkejut karena selama ini Abian bersikap hanya dingin dan kaku tapi kini terlihat sangat menyeramkan.
Bersembung
Duarrrr.....terkejut semua