Pelabuhan Cinta Triple R

“Haah … Haah … Mimpi itu lagi,” gumam Renand dengan napas terengah-engah seperti orang yang habis melakukan lari marathon seratus putaran, “Kenapa ingatan kejadian itu muncul lagi dalam mimpiku. Apakah karena kami kembali membahasnya?” lanjutnya bertanya-tanya.

“Aish, sial! Kenapa disaat hidupku sudah nyaman malah harus berurusan dengan keluarga Xavier lagi. Semua ini gara-gara obsesi gila Arshan, padahal banyak wanita cantik diluar sana tapi kenapa dia hanya menginginkan Olivia,” umpat Renand yang kesal karena kehidupan tenangnya harus terusik karena kembali dihadapkan dengan keluarga Xavier lagi.

“Haruskah aku melarikan diri saja dari negara ini?” pikirnya sesaat hingga dia teringat dengan ancaman Arshan, “Sial, jika aku pergi Arshan bajingan itu akan mengalihkan semua kesalahannya padaku. Padahal saat itu jelas-jelas dia dan Karl yang bersemangat menyayat tubuh adiknya Rayden,” sambungnya yang bisa mengumpat untuk melampiaskan kekesalannya.

“Atau haruskah aku menyerahkan diri pada keluarga Xavier dan menjelaskan apa yang terjadi pada saat itu?” Renand tengah menimbang keputusan mana yang lebih baik dia ambil.

“Aish, sial! Bukankah sekarang sudah terlambat untuk mengakui semuanya, seharusnya saat itu aku temui saja mereka dan mengatakan sejujurnya apa yang terjadi pada Rayna. Haah, beruntungnya Jaydon dan Felix yang kini hidup nyaman dan bahagia setelah mendapat ampunan dari keluarga itu.” sambungnya seraya menghela napas panjang saat mengingat kehidupan Felix dan Jaydon yang kini jauh bahagia karena mendapat pengampunan bahkan kepercayaan dari keluarga Xavier.

...****************...

Di malam yang sama, sesuai tujuan mereka kembali ke rumah sakit. Luca dan Rayden langsung menemui Triple R yang tengah berjaga di depan ruang rawat Olivia. Sementara Jaydon dan Felix kembali fokus menyelesaikan untuk menangkap buruan mereka, Will dan Levi tentu saja tengah mengantar Leonard dan anak buahnya ke bandara sesuai yang Rayden perintahkan.

Sebelum menemui Triple R, Rayden dan Luca menyempatkan diri untuk memeriksa daftar orang-orang yang berkaitan dengan rumah sakit tersebut. Mereka pun dengan mudahnya menemukan ketiga nama pelaku yang tengah mereka buru. Meski sudah pasti bahwa ketiganya sudah tidak akan lagi menampakan diri dengan santainya di depan umum seperti biasanya. Dalam sekejap ketiganya sudah pasti menghilang seakan ditelan bumi.

Melihat kedatangan Papah dan Kakak sulungnya, Triple R pun segera menghampirinya. Lalu Ryuga yang mewakili kedua saudara kembarnya untuk bertanya, “Kenapa Papah dan Kak Luca kemari? Apakah sesuatu telah terjadi?”

“Tidak ada yang terjadi! Kami hanya ingin memberitahu kalian bahwa, kita sudah mengetahui siapa pelaku yang membantu Dimitri menerobos keamanan kita di rumah sakit malam itu,” jawab Luca, sedangkan Rayden tampak tengah mengamati sekitarnya.

“Siapa para bajingan ini, Kak?” tanya Ryuga yang siap kapan saja untuk membunuh para bajingan itu.

“Ternyata selama ini baik Dr. Olivia maupun Lucia sangat mengenal pelakunya, bahkan Dr. Oliver pun sangat mengenal ketiganya. Karena dua diantara ketiganya selama ini bekerja sebagai seorang dokter di rumah sakit ini,” ujar Luca memberitahukan kebenarannya yang cukup mengejutkan bagi mereka semua.

“Kedua dokter itu bernama Arshan Shailendra dan Renand Alfonso, lalu satu lagi pelakunya bernama Karl Graciano Osborn, anak angkat dari Direktur utama rumah sakit ini.” lanjutnya memberitahukan ketiga nama pelaku yang sedang dalam pencarian mereka.

Mendengar ketiga nama yang disebutkan oleh Luca, seketika Ryuga teringat dengan seorang Dokter yang mengenakan nametag bertuliskan Dr. Arshan S yang pernah memergokinya sebelum pelaku kembali mendatangi Olivia. Ya, kini Ryuga sangat mengingat wajah dokter itu sekaligus mengingat kebodohannya yang tidak waspada dengan adanya keberadaan yang seharusnya tidak berada di sekitar ruang rawat Olivia.

“Sial, ternyata dokter bajingan itu pelaku. Kenapa aku tetap meninggalkan Olivia saat itu, padahal aku sudah menaruh curiga kepadanya. Sialan, kenapa kau harus bodoh sekali ‘sih, Ryuga!” Dalam hatinya, Ryuga terus mengumpat dan menyalahkan dirinya sendiri yang tidak waspada dan malah meninggalkan Olivia begitu saja.

“Kalian tenang saja. Kakak sudah memerintahkan sebagian besar anak buah kita agar memburu ketiganya. Jadi, untuk sementara waktu sepertinya mereka berani muncul di depan umum. Selain itu, Kakak juga sudah memperluas penyelidikan untuk mencari tahu siapa saja di rumah sakit ini yang ikut terlibat membantu ketiganya,” ujar Luca yang sudah berjaga-jaga agar kali ini tidak akan kecolongan lagi.

“Bagus, Kak! Penjahat kelamin seperti mereka memang harus segera kita basmi dari muka bumi ini,” celetuk Regis yang sudah gatal untuk mengebiri ketiganya.

“Lalu bagaimana dengan besok, bukankah kita semua akan mengunjungi makam Grandpa dan Grandma. Lalu siapa yang akan bertugas menjaga Dr. Olivia untuk menggantikan kami sementara waktu?” tanya Rayga yang tidak mungkin mereka melepaskan penjagaan begitu saja.

“Jack, Max dan Matt yang akan mengambil alih sementara. Setelah dari pemakaman, kalian bertiga bisa melanjutkan tugas seperti biasanya,” jawab Luca yang tentu sudah memikirkan semuanya dengan baik.

“Ryuga, apa yang tengah kau pikirkan hingga melamun seperti itu?” tanya Rayden yang menyadari putranya tengah memikirkan sesuatu, karena terlihat jelas dari raut wajah yang ditunjukan.

“Itu, Pah … Sepertinya Ryuga pernah bertemu secara langsung salah satu dari mereka,” ungkap Ryuga, “Tidak sepertinya lagi, tapi aku memang pernah bertemu dengan orang yang bernama Arshan.” Ulang Ryuga yang kini merasa yakin bahwa dia pernah bertemu dengan pelakunya.

“Apakah kalian bertemu di sini tepat sebelum dia mendatangi Dr. Olivia lagi di ruang rawatnya?” tebak Rayden yang sangat tepat.

“Benar, Pah! Saat itu aku pikir—”

“Sudahlah, jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Sekarang kita harus memikirkan cara untuk bisa menangkap ketiganya secepat mungkin,” potong Rayden yang tahu persis apa yang Ryuga pikirkan dan rasakan saat ini, “Mulai sekarang jagalah Dr. Olivia dengan hati-hati, jagan sampai mereka bisa mendekatinya lagi,” pesan Rayden pada ketiga putranya.

“Baik, Pah! Ryuga tidak akan melakukan kesalahan lagi,” ujar Ryuga yang berjanji tidak hanya pada papahnya, tapi juga pada dirinya sendiri.

“Bagus, Papah dan Luca akan ke ruang rawat Shea lebih dulu. Kalian istirahatlah secara bergantian,” ujar Rayden sebelum pergi meninggalkan ketiganya.

...****************...

Setelah mengatakan itu, Rayden dan Luca pun pergi menuju ruang rawat dimana Shea masih dirawat. Rayga dan regis yang sudah mulai mengantuk, akhirnya memutuskan untuk istirahat lebih dulu dan meminta Ryuga yang mengawasi keadaan sekitar. Tentu saja Ryuga tidak menolaknya, apalagi dia sendiri bahkan tidak merasa mengantuk sedikitpun karena pikirannya terus tertuju pada Olivia.

“Benar, apa yang Papah katakan! Semakin cepat kami menangkap ketiga bajingan kelamin itu, maka Olivia akan semakin aman dari ancaman mereka. Aku harus segera memikirkan cara agar bisa menangkap ketiganya sekaligus,” gumam Ryuga yang berusaha memikirkan rencananya.

Bersambung, ....