Satu Kali Kesempatan Kedua

Rayan pun tak banyak bicara saat Safira sudah kembali ke rumahnya, dengan jalan gontai ia berjalan mengikuti sinar matahari yang mulai meninggi..mungkin ini adalah hari perjuangan Rayan yang akan di mulai. Walaupun ia tahu akan sulit untuk kembali..

"Huh..." dengan wajah lesu Rayan sampai di dalam kontraknya..

Sedangkan Safira memikirkan ucapnya.. apakah ini adalah Ahir dari kisah kita..safira berharap Rayan mau memperjuangkan dirinya, hanya egonya saja yang membuat Safira apalagi hormon hamil.

"Apa kamu senang nak. bertemu dengan Abi kamu.." ucap Safira yang mengelus perutnya dengan perasaan yang entah kenapa..

Hari berganti Rayan juga setiap hari kerumah Safira hanya sekedar ingin tahu perkembangan anaknya walaupun Safira tidak memperbolehkan dia menyentuh perut buncitnya, hanya saja Rayan selalu siap untuk hal-hal yang belum ia lakukan, ia akan siaga menjaga Safira walaupun hanya dari malam untuk pagi hingga sore ia bekerja serabutan bahkan ia meninggalkan semua surat-surat penting di rumah besar, bahkan Rayan berjanji akan memenuhi setiap kebutuhan anaknya. Rayan tiba dengan motor matik bekas, karena uang tabungannya hanya mampu memberi yang bekas, ia juga me sisa tabungannya untuk biaya lahiran Safira nanti.

Rayan turun dari motor dan langsung mengetuk Safira..

Tok

Tok

tok

"Assalamualaikum dek.." Rayan menunggu Safira membukakan pintu..

"Walaikum salam sebentar.." ucapan Safira dari dalam.

Safira juga tak membiarkan Rayan masuk ke rumahnya.. walau ia sering mengusir dengan cara halus Rayan tidak mau, karena Rayan yang kebal dengan ucapan pedasnya..

Ceklek

"Bukanya sudah Safira katakan mas, jangan sering kesini. Gak enak dilihat tetangga.." Safira yang memonyongkan bibirnya..

"Mas gak boleh kesini lagi dek.." dengan wajah ceria tadi ahirnya sendu..

"Boleh mas tapi gak tiap hari tiap malam juga. " Safira yang entah kenapa ingin marah dengan Rayan..

"Baiklah jika kehadiran mas menganggu maaf ya dek, ini buat adek siapa tahu Adek mau, dan salam untuk twin Yang ada di perut kamu ya.." Rayan menyerahkan bungkusan yang ia bawa dan hanya bisa melihat perut Safira yang besar itu.

"Twin jaga umi ya. maafkan Abi yang udah ganggu kenyamanan umi kamu.." Rayan berjongkok Tampa menyentuh..

"Kalo gitu mas balik ya dek maaf ganggu assalamualaikum.." Rayan pun berlalu. Dari hadapan Safira..

Safira mematung ia sadar ucapnya sudah melukai hati Rayan.. Entahlah Safira juga bingung dengan ucapannya yang sangat pedas kepada Rayan..air mata Safira jatuh saat melihat Rayan pergi dengan motor matik.. Ia juga melihat penampilan Rayan yang tidak biasa seperti dulu, ada yang berbeda dengan Rayan bahkan wajahnya yang dulu putih berseri sekarang menjadi hitam.. Safira juga tak tahu akan kehidupan Rayan yang meninggalkan semua aset dan juga fasilitasnya..

Safira kembali ke dalam rumah dengan membawa rentengan bungkusan yang diberikan oleh Rayan Safira membukanya dan bungkusan tadi adalah martabak manis kesukaannya..

"ternyata kamu masih ingat dengan makanan kesukaan aku mas,, makasih ya ." guman Safira yang sudah tidak sabar makan makanan dari Rayan..

Sedangan di rumah besar mama Lita marah bagaimana tidak no ponsel Rayan sudah tidak bisa di hubungi, mama Lita menyemprotkan kekesalan kepada suaminya..

"Semua gara-gara papa. Kalo papa bisa tidak membandingkan mereka Rayan tidak akan pergi pa, apa selama ini pengabdian Rayan kurang terhadap papa.." mama Lita yang tidak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya itu,

Mama Lita tahu akan semua yang di tinggalkan anak bungsunya itu. Bahakan semua kartu yang selama ini bersama Rayan juga tergeletak diatas nakas bersama dengan kunci mobil semuanya Rayan tinggalkan, hanya ponsel saja yang ia bawa..

"Maaf ma. Aku gak tahu jika ucapakan papa melukai hati Rayan.." papa Rayan tertunduk bersalah..

"Sekarang papa hanya minta maaf tapi selalu papa ulangi. apa papa gak capek membandingkan mereka.." ucap mama Lita.

"Maaf ma. Aku kira hanya bercanda, tapi Rayan menanggapinya serius.."

"Itu bukan. Bercanda tapi keterlaluan.. Jika mas tidak ingin seperti ini bijaklah menjadi ayah. Udah tua tingkahnya seperti anak kecil."

Mama Lita berlalu pergi ia akan menelfon Zain untuk menanyakan apakah adiknya baik-baik saja atau tidak karena mereka kan bergi bersama. Mama lita mengambil ponsel dan menghubungi anaknya..

Tut

Tut

Tut

Lama menunggu ahirnya di jawab juga oleh sang empu..

"Hallo assalamualaikum ma.." jawab Zain. dari

seberang.

"Walaikum salam nak. mama boleh tanya gak, " mama Lita yang berharap cemas..

"Mau tanya apa ma.." jawab Zain.

"Apa kamu bersama adikmu nak. Kok no ponselnya tidak aktif ."

"Gak aktif bagiamana ma, aku belum bertemu dengan Rayan setelah kita berpencar di bandara ma. Memang kenapa.." Zain balik bertanya..

"Jadi kamu tidak bertemu dengan adikmu sama sekali.. yaallah.." mama Lita yang beristigfar..

"Ma.. Mama kenapa jangan bikin Zain panik ada apa dengan Rayan ma.." zain juga panik..

"Zain... Adikmu meninggalkan semua kartunya dan juga fasilitasnya saat ikut kamu ke luar pulau, mama kawatir Zain dengan Rayan.. Mama juga sedih bagaimana rayan di luar sana Tampa membawa uang ." mama Lita tersedu-sedu..

"Mama tenang saja nanti Zain yang akan. Cari Rayan, untuk semua yang ia tinggalkan zain akan bertanya dengan Rayan langsung.." Zain juga tak tahu akan keberadaan adiknya dimana, ia sadar ia terlalu acuh kemaren dan banyaknya pekerjaan membuat dirinya lupa untuk. Menyewakan hotel atau apa untuk adiknya.. apalagi ini kota baru yang ia tinggali ia belum terbiasa..

"Baiklah nak, cari adikmu ya, dan bawa dia pulang.." mama Lita yang ingin sekali bersama anaknya..

"Baiklah mama Zain tutup dulu assalamualaikum.."

"Walaikum salam..

sambungan langsung terputus, mama Lita menangis di kamar anaknya. Walaupun ia marah tapi ia sadar Rayan Masih butuh dirinya sebagai penguat..

Rayan berjalan gontai menuju kontrakannya.. Ia langsung masuk dan merebahkan tubuhnya ia juga sadar, mungkin ia terlalu menganggu Safira sehingga Safira semakin muak dengan dirinya..

"Maafkan aku dek, mas sadar mas juga tahu sekarang di benci oleh. orang yang kita sayang sesakit ini. mungkin itu dulu saat kamu mas perlakukan seperti itu. Maafkan mas dek.." Rayan melihat langit kamarnya badanya terasa capek dan juga terasa remuk karena ia Baru satu Minggu bekerja di proyek. Dan ia sadar gajinya tidak seberapa tapi ia akan mencari pekerjaan lain dengan narik sebagai driver ojol..

"Walaupun pekerjaan mas tidak seperti dulu mas janji jatah kamu tidak akan kekurangan dek, " janji Rayan walaupun bisa saja ia menikmati harta orang tuanya tapi ia sadar ia akan berdiri sendiri dengan kakinya..