menceritakan seorang anak bernama Alfin dirinya selalu di benci bahkan menjadi bahan olok-olokan keluarganya karena dirinya tidak terlalu pintar akhirnya dirinya berjuang mengungkapkan potensinya hingga dirinya menjadi seorang pengusaha kaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ATAKOTA_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
serigala berbulu domba
"Maka dari itu Abang mau bantuin kalian," ucap Abang Rian dengan senyuman diwajahnya.
"Haah bantuin maksudnya gimana sih bang?"tanya Alfin dan Doni.
"Maksudnya Kalian boleh tinggal di rumah kontrakan ini, ya rumah ini tidak terlalu mewah, tapi bisalah membantu kalian di saat kalian sekarang lagi kesusahan gini," ucap bang Rian berdiri di depan rumahnya itu terlihat ia menengadah memandangi tampak luar rumah tersebut sembari meletakkan kedua tangan di samping pinggulnya membelakangi mereka berdua dari depan rumah itu .
"Wah Alhamdulillah Fin kakak senang banget karena ada Abang Rian yang selalu mau membantu kita di sini," ucap bang Doni yang terlihat begitu kegirangan setelah mendengarkan jawaban seperti itu dari bang Rian.
Alfin yang pada saat itu menyaksikan kebaikan dari bang Rian dirinya merasa begitu takjub di buat tidak percaya, bahwa sebegitu pedulinya orang asing yang Baru pertama kali ia temui tehadap mereka. karena Alfin sebelumnya tidak pernah mempercayai siapapun selain kakaknya Doni akan tetapi karena saat ini situasi genting Alfin terpaksa meyakini perasaan kakaknya itu yang sangat mempercayai bang Rian.
"Hehehe iya kak Alhamdulillah," Balas Alfin tertawa kecil memandangi rumah itu.
"Pokoknya Fin, mau bagaimana pun kakak akan terus jagain kamu Fin," ucap kak Doni kepada saudaranya Alfin terlihat kak Doni memegang erat kedua tangan Alfin berusaha meyakinkan saudaranya itu bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Alfin yang menyaksikan wajah kakaknya yang sangat antusias melindungi dirinya seketika mengurangi kecurigaan di dalam hatinya terhadap firasat aneh yang baru saja ia rasakan.
"Se lagi ada kak Doni disini semuanya akan selalu baik-baik saja," ucap Alfin dengan senyuman diwajahnya meskipun merasa sedikit menggigil kedinginan ia tampak mengepalkan tangannya sebagai tanda menaruh kepercayaan penuh terhadap kakaknya Doni.
Doni yang merasa begitu percaya dengan semua ini, dirinya terlihat senyum bahagia sembari sedikit demi sedikit meneteskan air matanya, karena sangat terharu dengan perjuangan mereka berdua yang berusaha keluar dari penderitaan dari kedua orang tuanya terhadap Alfin.
"Lok kak Doni kenapa nangis?" Tanya Alfin sembari memeluk kakaknya Doni yang menangis bahagia terhadap situasi itu.
"Kakak kawatir banget Fin, kakak sangat menghawatirkan kondisi kamu. kakak tidak mau lagi kamu menderita terus di rumah kita, semua yang kakak lakukan ini entah itu benar atau salah kakak tidak begitu tahu dengan pilihan kakak ini. Sebelumnya kakak kira kita akan lontang-lanting tidur di pinggir jalan, takut kakak Fin," tangis tersedu-sedu Doni memeluk saudaranya Alfin.
Bang Rian yang menyaksikan kuatnya ikatan persaudaraan mereka berdua terdiam sejenak dengan semua yang baru saja ia saksikan.
"Cuap-cuap, sudah Don malu dong nangis terus sama adek kamu," ucap bang Rian menjahili Doni yang terlihat sangat tersentuh dengan situasi itu.
"Agh!.. Abang Rian ini," ucap Doni yang merasa kesal dengan cemoohan dari bang Rian.
"Sudah ngak papa kok Don, tenang saja semuanya akan selalu baik-baik percaya deh sama Abang." ucap bang Rian membuka kunci pintu rumah tersebut sembari menoleh kebelakang memandangi wajah mereka berdua
Terlihat Alfin dan Doni mengangkat semua barang-barang bawaan mereka ke dalam rumah itu yang di dalamnya tampak begitu sederhana dengan beberapa Coretan di dinding kamar yang menghiasi setiap sudut tempat rumah itu seolah-olah seperti pernah di tinggali oleh banyak orang.
Alfin yang pada saat itu melangkah menuju ke dalam rumah itu, tiba-tiba dirinya semakin sempoyongan di karenakan suhu tubuhnya semakin panas. terlihat dirinya menyandarkan satu tangan kanannya pada dinding yang kebetulan ia, tidak sengaja menyentuh sebuah coretan di dinding rumah tersebut seketika membuatnya langsung pingsan saat hendak menuju ke ruangan yang mereka tuju.
Prak!...
Bunyi dentuman keras kepala Alfin seketika menyebabkannya terkapar pingsan di hadapan kak Doni, kak Doni yang tiba-tiba menyaksikan saudaranya Alfin pingsan di hadapannya seketika membuatnya sangat panik dan begitu histeris.
"Astaga Alfin! Kamu tidak papa kan Fin!?" panggil kak Doni yang berusaha membangunkan saudaranya Alfin terlihat pingsan di sertai mimisan yang keluar dari hidungnya
Bang Rian yang sebelumnya sibuk menjelaskan setiap detail rumah tersebut seketika sangat di kagetan dengan pingsannya Alfin di hadapan mereka dengan sigap dirinya langsung melakukan pertolongan pertama dengan mengompres kan kain basah diatas kepala remaja itu sembari mengelap mimisan yang keluar dari hidungnya.
"Sudah tenang dulu don, jangan nangis lagi saudara kamu ini bakalan baik-baik saja. Abang memiliki beberapa obat yang nantinya, pasti membantu menurunkan suhu panas saudara kamu ini," ucap bang Rian yang berusaha menenangkan Doni yang terlihat menangis tersedu-sedu sangat menghawatirkan kondisi saudaranya.
"Tapi bang? melihat kondisinya yang seperti ini kita antar kan saja adek saya ini di rumah sakit saja bang, mohon Doni bang supaya Abang mau membantu mengantarkan kami berdua ke rumah sakit di kota Medan ini," ucap Doni memohon pertolongan kepada Abang Rian.
"Tidak Doni! mengingat kalian sekarang belum ada KTP dan tidak membawa suatu pun identitas mengenai diri kalian, nantinya akan sangat bermasalah pada proses pendataan diri di rumah sakit. Balas bang Rian kepada Doni.
"Tapi bang kalau di biarkan seperti ini terus bagaimana bang?" Tanya Doni kepada bang Rian.
"Besok Abang janji akan membawa kalian pada kenalan Abang yang merupakan seorang bidan nanti dia akan membantu mengobati saudara kamu ini Doni," ucap bang Rian dengan senyuman diwajahnya.
...****************...
"Kalau seperti ini Gan, kita akan sangat kesusahan mencari si target apalagi kita belum ada jejak pasti mengenai keberadaan target kita ini," ucap anggota preman suruhan ayahnya yang berusaha mencari keberadaan Alfin dan kakaknya.
"Menurut kesaksian dari ayahnya tahun lalu anak sulungnya itu pernah mengatakan bahwa dia akan berlibur kembali di kota Medan tempat mereka berlibur tahun lalu tidak salah lagi kita akan bersama anggota berpencar mencari informasi terkait keberadaan mereka di sana," ucap Ketu kelompok tersebut sambil melihat kedua gambar target mereka.
"Tapi Gan? mengapa kedua orang saudara itu bisa-bisanya kabur dari rumah, emangnya hal apa yang terjadi sampai-sampai membuat mereka memilih keputusan seperti itu?" tanya anggota kelompoknya sembari menyetir mobil Jeep hitam.
"Entahlah aku tak tau pasti alasan mereka memilih keputusan itu yang jelas pokoknya kita lacak saja dulu keberadaan mereka di kota itu,"
...****************...
"Belum tidur lagi ya Doni?" tanya bang Rian kepada Doni yang berbaring di samping saudaranya sembari mengelus-elus rambut Alfin.
"Hmmm emang tidak bisa tidur bang, soalnya entah kenapa hati ku ini semakin gundah dengan segala keputusan yang ku ambil ini bang. Karena adik ku ini sangat menderita di siksa oleh kedua orang tua ku di rumah bang makanya kami sampai memilih kabur dari rumah bang ucap Doni sembari menatap kearah wajah saudaranya Alfin.
Bang Rian yang melihat kepedulian Doni terhadap saudaranya membuat hatinya semakin sakit karena setiap melihat mereka berdua berusaha melindungi satu sama lain mengingatkan dirinya kembali kepada kakaknya yang telah meninggal dunia karena di telantarkan setelah perceraian ibu dan ayahnya.
"Abang paham kok, dengan keputusan mu itu pasti sakit, marah,kecewa, bingung dengan semua keadaan yang ada dunia ini emang seperti inilah duni sangatlah tidak adil kepada orang kecil seperti kita," ucap bang Rian menyandarkan punggungnya di dinding kamar sembari menghisap sebatang rokok di tangannya.
"Apakah kebahagiaan itu akan benar adanya suatu hari nanti bang," tanya Doni kepada bang Rian yang membuatnya terdiam sejenak tertunduk pilu dengan pertanyaan itu.
Doni yang tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya sengaja menutupi kedua matanya dengan satu tangan sembari mendengarkan bunyi deraiaan hujan yang berderai memecah keheningan malam itu.
Alfin yang sebelumnya pingsan sekarang terlihat lebih mendingan dari suhu panas di tubuhnya yang mulai menurun seketika dirinya di bawa kembali pada mimpi waktu yang membawanya pada satu tempat antah berantah yang gelap di semua sisi hingga menampakkan titik cahaya putih yang lama-kelamaan membiasakan cahaya terang yang menyinari matanya.
"Kamu sebenarnya siapa dan apa tujuan mu berdiri sendiri di situ?" tanya Alfin kepada Sosok perempuan tersebut yang terlihat berdiri membelakanginya di penghujung cahaya.
"Nak kamu jaga baik-baik saudara ku itu meskipun dia bukan saudara kandung ku rasa sayangnya terhadap dirimu bagaikan kalian berada dalam satu rahim," ucap perempuan misterius itu.
"Maksud mu apa di kakak kandung ku?" Tanya Alfin.
"Lindungi kakak mu itu," seketika cahaya itu membiasakan warna putih yang sangat terang hingga membangunkan Alfin dari tidurnya.
"Haah apa maksudnya?" Tanya Alfin seketika membuatnya terbangun di tengah malam bersama bunyi deraiaan hujan yang masih terdengar dari atap rumah itu.
Alhamdulillah di tempat tinggal ku org2x nya ndak spt ini.