My Hot Step Mother

Pesta pertunangan di adakan di hotel Royal, saat ini ballroom sudah di hadiri oleh beberapa orang- orang berkelas.

Kelap kelip dari gaun para wanita menambah semarak suasana, wangi parfum yang bercampur dengan aroma makanan memenuhi ruangan itu.

Airin yang bisa di sebut salah satu tuan rumah, walau dia hanya sebagai ibu tiri, dia harus tampil cantik juga.

Dari sore dia sudah pergi ke salon untuk berdandan, walaupun umur dari jiwanya sudah tua, tapi dia tetap tidak pandai berdandan.

Selama di kehidupannya yang lalu, dia jarang berdandan ataupun menghadiri pesta seperti ini.

Karena sebagai Mafia, dia jarang bergaul dan mempertontonkan wajahnya kebanyak orang.

Saat ini dia sedang berdiri di sebelah Randi, untuk menyambut tamu yang datang. Dengan mata tajamnya dan ingatan otaknya, dia mulai menghapal siapa saja yang dekat dengan keluarga ini.

Semua orang tahu bahwa ini adalah kerja sama atau jalinan politik antara keluarga Widarta dan Verlope. Jadi yang datang bisa jadi teman mereka ataupun musuh mereka.

Di dunia bawah, akan sulit kita menemukan yang di sebut teman, walaupun ada sekutu, biasanya hanya untuk demi keuntungan saja. Dan tidak ada yang mau menanggung rugi.

Di saat seperti inilah Airin bisa melihat keluarga besar dari Widarta. Dia melihat di salah satu keluarga suaminya itu seseorang yang lama sudah dia kenal, hanya saja tidak pernah bertemu lagi sudah puluhan tahun.

Apa hubungan dia dengan Widarta? Pikirnya.

"Randi, apa kau mengenal pria itu?" Airin coba bertanya dengan suaminya yang berdiri di sebelahnya.

"Dia.." Randi melihat orang itu dan kemudian beralih melihat Airin. "Apa kamu pernah bertemu dengan orang itu..?" Dia sedikit curiga dengan Airin, mengapa orang desa ini ingin mengenal pamannya?

"Tidak, hanya saja wajahnya seperti pernah terlihat olehku." Ucapnya pelan yang menyadari bahwa Randi sedikit curiga kepadanya.

"Hmm, dia pamanku Jason Widarta, dia tidak tinggal di sini. Dia tinggal di Eropa bersama pasangan gay-nya." Dia menjelaskan dengan mengiringi sebuah peringatan, walau pamannya tampan, dia ada kelainan. Jadi jangan dekati. Itu maksud dari kata- kata yang tersirat.

"Oug, pasangannya juga datang..?" Tanyanya penasaran. Karena lelaki ini adalah teman dekat Almarhum suaminya dulu ketika dia masih hidup sebagain Airin Sundor.

"Kurang tahu, dia datang untuk mewakili papa." Mereka berdua masih menatap lelaki itu yang sedang tertawa bersama dengan tamu undangan yang lain.

"Jika kamu lapar pergi ambil makan di sana, biar saya yang menerima tamu di sini." Randi merasa bahwa istrinya itu dari tadi belum makan apapun.

Ok, baiklah.. Aku sudah merasa lapar," dia memang sudah mulai merasa lapar dari tadi, tapi karena tamu undangan yang cukup ramai dia enggan meninggalkan suaminya sendirian yang menerima tamu.

Ketika dia sedang memilih mau memakan apa, tiba - tiba sekelompok wanita datang menghampiri.

"Apakah mulai sekarang aku memanggilmu ibu mertua..?" Tiba- tiba dari belakang Airin terdengar suara wanita yang sedikit merdu. Dan terdengar sedikit manja juga.

Airin menoleh dengan makanan masih berada di tangannya, dia memandang mereka tanpa ekspresi. Dia memasukkan makanan kedalam mulutnya dan dengan santai mengunyahnya, seolah- olah tidak ada orang di depannya.

"Apa kau tuli..?!" Teriak wanita itu lagi. Sementara teman- temanya tersenyum mengejek.

'Ah... Anak- anak manja ini, apa mereka fikir tidak ada yang ingin membunuhnya..? Ah.. Aku salah satu punya niat itu.' Gumamnya yang masih memandang kepara tamu- tamu.

Kemudian dia melirik ke arah calon tunangan anak tirinya, "Aku tidak perduli kau mau memanggilku apa." Dia tidak melepaskan tatapannya kearah gadis manja itu.

Catrine bergetar dan mundur selangkah. Dia merasa aura Airin sangat mendominasi. Dengan memutar bola matanya dia beranjak dari sana untuk mengambil munuman tanpa alkohol.

Dia ingin selalu waspada di acara pertunangan anak tirinya ini.