Mengajak Gus Ilham Menikah

Ali dan Nining baru sampai di pesantren setelah sholat Ashar sesuai perintah Ilham. Berhubung Ali ada kerjaan juga di area sekitar pesantren makanya sekalian mengantarkan Nining.

"Aku masuk dulu ya Kang."

Ali mengangguk saja dengan Nining berjalan masuk. Langkahnya berhenti sesaat ia melihat Amanda tengah berjalan mondar mandir di sekitaran pekarangan rumah Ilham. Namun wanita itu tidak berani masuk dan terlihat hanya mengintip saja dari pohon yang berukuran setingginya.

'Kenapa sih banyak yang suka ngintip begini? Apa lagi ngetrend ya?'

Nining berjalan pelan-pelan mendekati Amanda, ia pun mengikuti tingkah Amanda yang melihat sesuatu di rumah Ilham. Terlihat memang ramai sekali.

"Astaghfirullah... Nining... Kamu ngagetin saya aja." Amanda memegang dadanya yang berdebar sangat kencang.

Nining melemparkan senyuman. "Ustazah ngapain di sini, pakek acara ngintip-itip segala? Entar bintitan loh Ustazah."

"Huuush kalau ngomong pelan-pelan Ning." Amanda meminta Nining berkata pelan sembari melihat lingkungan sekitar. "Kamu ngapain juga ke sini?" Amanda tidak menjawab pertanyaan Nining. Nining saja baru pertama kali melihat tingkah laku Amanda yang berbeda.

"Iya tadinya aku mau ke rumah Abi. Eh... Lihat Ustazah ngintip kayak begini ya aku penasaran. Jangan bilang Ustazah malu ya mau ke rumah Pak Kiai."

Amanda terlihat begitu gelisah di mata Nining. "Saya hanya memastikan saja bahwa Gus Ilham benar-benar mendapatkan yang terbaik Ning."

Nining tidak begitu mengerti yang di maksud Amanda.

"Maaf kalau saya berkata demikian. Tolong rahasiakan ini. Saya mau kembali ke asrama dulu."

"Tunggu Ustazah!" Nining menghadang pergerakan Amanda. "Apa yang di maksud Ustadzah tadi?"

Amanda tersenyum manis, senyuman khasnya itu membuat Nining meleleh. "Maaf Ning kalau saya menyakiti hati kamu."

"Ah enggak kok Ustadzah biasa aja."

"Syukurlah kalau begitu. Saya hanya berpikiran bahwa Gus memang layak mendapatkan perempuan yang terbaik sesuai dengan dirinya. Namun maaf bukan bermaksud kamu enggak baik Ning."

"Iya Ustadzah aku mengerti kok. Iya sudah aku kerumah Pak Kiai dulu nanti Uma menunggu lagi."

"Eh Ning... Jangan marah dan kasih tau kalau saya ngomong kayak begini. Saya enggak mau nanti Gus marah pada saya. Saya hanya ingin melihatnya lebih bahagia aja."

"Ustazah memang yang terbaik. Aku masuk dulu ya Ustadzah assalamualaikum."

"I-iya Ning waalaikumsalam."

Nining memang menyadari apa yang di katakan Amanda padanya. Seharusnya Ilham memang mendapatkan perempuan yang tepat. 'Andai Abi mau poligami dan mencari perempuan yang Abi cintai pasti dia enggak marah-marah setiap hari sama aku.'

Nining berhenti melangkah sesaat melihat ramainya rumah Ilham. 'Ada acara apa ini ya?' Nining ingin lewat pintu belakang, tapi terlihat juga ramai dan susah untuk di lewati. Ia pun memutuskan untuk masuk lewat pintu depan.

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Yasmin binti Basro dengan mas kawin seperangkat alat shalat yang tersebut, tunai." ucap Ilham tegas sembari bersalaman dengan Basro.

"Sah..." teriak Nining begitu kuat dengan semua orang terkejut melihat kearahnya. "Sah Bi, sah..." Nining sangat senang melihat Ilham ternyata diam-diam poligami.

"Astaghfirullah Ummi." Ilham langsung berdiri mendekati Nining. "Ummi ini bukan seperti yang Ummi bayangkan. Ab—"

"Abi kenapa berdiri sih duduk lagi sana, ayo." Nining mendorong Ilham untuk berbalik arah, namun Ilham kembali memegang tangan Nining.

"Ummi ini—"

"Abi lanjutkan aja. Aku mau pulang ke rumah mempersiapkan kamar kalian. Aku enggak marah atau pun dendam kok Bi. Abi jangan kepikiran yang bukan-bukan tentang aku. Assalamualaikum Bi." Nining begitu saja meninggalkan Ilham dengan Ilham mengucap zikir sembari memegang kepalanya.

'Wajar aja kalau Ustazah Amanda ngomong kayak tadi. Ternyata Ustazah mau menyampaikan kalau sebenarnya Abi menikah lagi. Dia kayaknya takut kalau aku sakit hati gitu. Ah... Abi ngasih kejutan enggak tanggung-tanggung rupanya.'

Nining mempercepat gerakannya dengan wajahnya yang tersenyum bahagia. 'Ternyata Abi benar, doa itu harus di waktu yang tepat agar terkabulkan. Terimakasih ya Allah semoga Abi bisa hidup bahagia bersama teteh Yasmin.' sangking bahagianya Nining menegur semua santri dan santriwati di sana. 'Aku punya teman di rumah.' Nining sudah membayangkan banyak hal bersama Yasmin.