MELAWAN IBLIS menceritakan tentang seorang gadis keturunan pendekar sakti yang hijrah dari Tiongkok ke Nusantara untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Namun dibalik ketenangan yang hanya sebentar di rasakan, ada sebuah hal yang terjadi akibat kutukan leluhurnya di masa lalu.
ingin tahu bagaimana serial yang menggabungkan antara beladiri dan misteri ini?
mampukah wanita cantik itu lepas dari kutukan iblis?
simak selengkapnya dalam Serial Melawan Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Pemuda Gila
Seorang pria berambut putih yang memiliki wajah sangat mengerikan seperti luka bakar di hampir seluruh mukanya terlihat sedang duduk di balik dipan dimana terdapat tubuh tiga gadis belasan tahun yang terikat kaki tangan nya di atas dipan tersebut.
Suara pelafalan mantra mantra aneh dan asing keluar dari mulutnya sambil sesekali menyemburkan ludah kental berbau busuk dari mulut kempot nya.
Tak lama kemudian, seorang bawahan nya yang berjalan menyeret kaki kirinya memasuki kamar tersebut,
"Permisi ki, ada orang di luar ingin bertemu". Ucap nya dengan suara kasar dan serak.
"Suruh mereka tunggu di ruang tengah". Jawab ki kempot pada Babu si pelayan setianya.
"Baik ki". Tanpa permisi pria pincang itu menutup pintu dan meninggalkan lelaki tua yang melanjutkan ritual nya.
"Selamat malam ki, maaf mengganggu istirahatnya. Aku membawa tuan Wira yang ingin berjumpa dengan anda ki". Seru pria bernama Badrul sambil berdiri menyambut lelaki tua yang baru tiba di ruangan tersebut.
"Duduk. Kau Wira? Ada apa?" Tanya Ki kempot sambil duduk di kursi busa nya.
"Begini ki. Aku dan istri ku sudah lama memiliki musuh di dunia usaha. Bisakah ki membinasakannya?" Seru pak Wira seorang pria tampan dengan kumis rapi dan janggut tipis.
"Malam ini aku ada kerjaan. Besok kau datang lah kemari bawa istrimu dan foto musuh mu itu. Babu, berikan jatah Badrul". Seru Ki Kempot yang langsung berdiri kembali ke kamar belakang.
Setibanya di kamar tersebut, ki kempot kembali melanjutkan praktek ritual nya. Dia bangun mengambil sebilah belati di dalam bejana tanah yang berlumur darah anjing dan membuka baju ketiga gadis itu satu persatu.
Tak lama berselang, enam buah pentil gunung gadis gadis itu sudah berada di tangannya. Darah mengucur deras dari dada ketiga gadis itu sampai ki kempot menebarkan bubuk seperti abu halus ke arah dada mereka dan seketika darah terhenti.
Tiga pasang potongan puting itu segera di letakkan nya ke dalam cawan kecil berisi cairan bening lalu kembali dia melafalkan kata kata aneh dari mulutnya.
Tiga orang gadis remaja itu hanya bisa menangis tanpa suara dengan mata terbelalak ketakutan melihat kesadisan si kakek mengerikan itu.
Sedang asik asiknya ritual di jalankan, di luar dia mendengar suara teriakan banyak orang bernada penuh amarah.
"Kurang ajar. Orang orang bodoh itu selalu saja mengganggu". Gerutunya seraya mengambil sebuah cawan berisi campuran bubuk halus dua warna dan melangkah keluar.
Sesampainya ki kempot di situ, dia melihat puluhan warga kampung sudah berdiri di depan rumah nya berhadapan dengan Babu.
"Ada apa ini?" Teriak nya kencang.
"Jangan pura pura. Serahkan anak anak itu. Kami tau kau yang menculik mereka. Serahkan cepat sebelum kami bertindak dan lapor polisi". Teriak kepala dusun yang merupakan salah satu orang tua gadis yang berada di kamar ritual ki kempot.
Mulut ki Kempot mulai komat kamit dengan suara halus beberapa saat. Tiba tiba dia berteriak menantang,
"Siapa saja yang menuduhku, silakan periksa ke dalam. Jika kalian tak menemukan apapun, lihat saja".
Sebelas orang maju sambil menyerahkan obor dan senjata tajam kepada yang lain.
Setelah sebelas orang itu masuk melewati pintu rumah ki kempot dan pintu itu di tutup, serbuk di tangan Ki Kempot di sebarkan ke atas kepala sebelas orang itu dari belakang.
Kesebelas orang tersebut seketika terdiam seperti patung. Lima belas menit kemudian, sebelas orang yang tiba tiba sadar itu buru buru keluar dan berkata tidak ada siapa siapa di dalam.
Dalam perasaan kesebelas orang itu, mereka seperti sudah mengelilingi rumah ki kempot meski nyatanya mereka hanya berdiri bengong di depan pintu utama rumah ki kempot.
"Kalian pulang lah sebelum aku berubah pikiran. Lain kali jangan sembarangan menuduh". Teriak lantang Ki kempot yang lalu masuk ke rumahnya bersama Babu si pelayan.
Para penduduk itu pun kembali dengan kecewa. Ada yang masih penasaran bertanya kepada teman nya yang masuk tadi bagaimana keadaan di dalam.
"Rumah nya sangat sepi, tidak ada apapun di dalam nya. Sampai ke belakang, kamar mandi sudah semua kami periksa, memang tak ada apa apa". Sahut nya sambil jalan pulang.
"Aku masih belum yakin kalian sudah memeriksa semua tempat, besok malam biar aku yang menyelidiki rumah itu". Seru pemuda bernama Arya putra kepala desa yang masih sepupuan dengan salah seorang gadis korban ki kempot.
***~###~***
Pagi itu cerah sekali ketika dua orang bersama seekor orang utan yang duduk di dalam gerobak melewati hutan itu.
"Kanda, kok kita belum menjumpai seorang pun selain Loki dan keluarganya dari kemarin?" gadis itu bertanya cemberut.
"Sabarlah dinda, mungkin hari ini atau besok kita sudah tiba di permukiman. Tuh, Loki memberi pisang untuk mu". Sahut Saloka sambil tersenyum menghibur kekasihnya.
Baru saja puluhan meter mereka berjalan, tiba tiba Silya berseru ceria,
"Kanda, ada rumah di depan. Cepat kanda". Gadis itu berlari cepat ke arah rumah yang terlihat di balik rawa kecil itu.
"Pelan pelan dinda. Hati hati". Seru Saloka sambil mendorong gerobak penuh barang melewati jalan yang sedikit terjal itu.
"Permisi, ada orang di rumah?" Teriak Silya setibanya di depan pagar rumah tersebut.
Tak lama kemudian, Saloka bersama gerobak barang nya dan Loki si monyet kecil telah tiba di depan pagar.
"Bagaimana kanda? Apa kita tunggu saja disini sampai orang nya keluar? Seperti nya tak ada orang".
"Kita jalan saja dinda, di depan mungkin ada rumah lain yang bisa kita tumpangi malam ini".
"Bagaimana kalau tak ada?" Sanggah Silya
"Hahaha, kau ini lucu sekali dinda. Mana ada orang gila yang membuat rumah di hutan seorang diri. Di sini tentulah sebuah perkampungan. Pasti ada banyak rumah lain". Jawab Saloka.
"Ya sudah. Terserah kau saja kanda". Gadis itu lalu melompat ke atas gerobak yang langsung di tarik Saloka melewati jalan tanah yang lumayan rata itu.
Setelah berjalan belasan menit, Saloka melihat ada seorang pemuda berpakaian compang camping di pinggir jalan sedang duduk dengan wajah dan tubuh kumal dekil dan lusuh.
"Itu ada orang, biar ku tanya". Silya langsung melompat ke depan pemuda itu yang kaget tiba tiba.
Saloka yang ingin mencegah agar gadis itu tak terlalu dekat mengurungkan niat nya kala melihat pemuda gila itu seperti orang ketakutan dihampiri Silya.
"Kau orang sini ya? Apakah ada rumah lain selain rumah itu di daerah sini?" Silya bertanya seperti kepada kawan lama nya saja.
"Pergi, jangan ganggu aku, pergi kalian, pergiiii". Teriak si gila itu bertepatan dengan seorang lelaki pincang yang terlihat keluar dari pagar rumah tadi menuju ke arah mereka.
"Permisi Tuan, bolehkah kami bertanya, dimana kami bisa menginap malam ini?" Tanya Saloka kepada lelaki pincang aneh itu.
"Kalian ikuti saja jalan ini. Disana banyak rumah warga. Jangan mendekati rumah ini. Penghuni nya galak". Jawab Babu si pincang dengan ketus sambil berlalu dari situ.
"Kanda, ayolah kita kesana saja". Ajak Silya yang berjalan ke arah timur di ikuti Saloka di belakang nya.
Setelah bertanya tanya, akhirnya mereka tiba disebuah rumah yang paling bagus di kampung tersebut, rumah milik kepala desa.
Setelah memberitahukan keadaan mereka, Saloka dan Silya di terima di rumah tersebut dan mereka pun di persilakan masuk.
Setelah mereka berdua duduk, keduanya kaget melihat pemuda gila tadi sudah ada di situ muncul lewat pintu belakang.
"Maaf nona dan tuan, aku sedang menyamar. Ada masalah di kampung kami ini. Ku lihat kalian orang baik baik. Sebaiknya jangan lama lama disini. Atau kalian akan terkena musibah juga seperti.." pemuda gila yang tak lain adalah Arya itu berhenti tak melanjutkan kata katanya.
"Ceritakan saja, kami tak berniat buruk dan mungkin saja kami bisa membantu mencari solusi". Sahut Saloka.
BERSAMBUNG. . .