Fianasya sari juga ingin merasakan kasih sayang dari orang tuanya. Papa Fia sangat sibuk dengan pekerjaannya, sampai tidak ada waktu untuk anaknya. Sedangkan mamanya sama sekali tidak perduli dengan Fia, bagi Sarah Fia hanya beban dan tidak bisa apa-apa. Tidak ada yang bisa di bangakan dari Fia. Beda dengan abangnya, di usia muda sudah memiliki usaha.
Mampukah Fia bertahan dengan keluarga yang seperti itu ?
Apakah orang tua Fia akan menyayangi Fia suatu saat nanti ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fianaqila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35
Beni mengajak Sarah bertemu, Samuel meminta Beni untuk menemui Sarah karena bagi Beni itu bisa menambah bukti untuk Toni. Setelah melihat Sarah datang kamera tersembunyi yang ada di sana pun on dan siap untuk memvideokan semua interaksi antara Beni dan Sarah.
“Kamu sudah lama menunggu mas?” tanya Sarah duduk di hadapan Beni.
“Aku juga baru datang.” Ucap Beni.
“Gimana proses perceraian kamu dengan Toni?” Tanya Beni setelah mereka memesan minuman.
“Ya seperti itu lah mas, mas Toni tidak mau melepaskan aku kecuali aku mau melepaskan semua harta yang aku miliki.” Ucap Sarah sendu.
“Kenapa suami kamu itu jahat sekali?” tanya Beni.
“Entah lah mas, aku menyesal menikah dengan laki-laki seperti mas Toni, dia itu licik dan jahat, gajinya untuk dirinya sendiri sedangkan aku di suruh cari uang untuk kebutuhan rumah.” Ucap Sarah memulai aktingnya. Menyalahkan Toni dan seolah-olah Toni lah yang jahat.
Sarah terus saja bicara dan menyalahkan, memburukkan Toni di hadapan Beni. Beni juga ikut menyalahkan Toni seakan-akan membela Sarah.
“Kamu yang sabar ya, aku akan selalu ada buat kamu.” Ucap Beni mengenggam tangan Sarah.
“Makasih ya mas, udah selalu ada buat aku.” Ucap Sarah tersenyum.
“Apa aku minta tolong sama mas Beni saja ya untuk bayarin rumah sakitnya Raisya, aku yakin ujung-ujungnya aku juga yang di suruh buat bayar.” Ucap Sarah dalam hati.
“Mmmm mas aku mau minta tolong sama kamu untuk bayarin....” ucap Sarah terpotong kala telpon Beni berbunyi.
“Tunggu sebentar ya sayang.” Ucap Beni dan mengangkat telpon.
Beni tetap di sana mengangkat telponnya tanpa harus menjauh dari Sarah. Setelah mengangkat telpon Beni langsung berpamitan untuk pergi karena ada urusan penting yang harus dia urus.
“Sayang aku pergi dulu ya, ada hal penting yang harus aku urus.” Ucap Beni kepada Sarah.
“Iya mas, hati-hati.” Ucap Sarah.
“Ingat aku selalu ada di sisi kamu, kapanpun kamu butuh bantuan kamu telpon saja aku.” Ucap Beni sebelum benar-benar pergi.
Sarah hanya mengangguk dan kembali duduk di kursinya.
“Aku semakin yakin bahwa mas Beni adalah penganti yang pas untuk mas Toni, buktinya saja waktu dia angkat telpon dia tidak menjauh itu artinya tidak ada yang dia sembunyikan dariku.” Ucap Sarah tersenyum bahagia.
“Aku harus secepatnya mencari surat-surat penting yang kami miliki, sampai saat ini aku masih belum bisa menemukan surat-surat itu, entah dimana mas Toni menyembunyikannya, setelah aku mendapatkan itu aku tidak akan lagi menghambat perceraian ku dengan mas Toni.” Ucap Sarah lagi yang berbicara sendiri.
“Untung saja restoran itu atas nama aku dan aku yang pegang sertifikatnya jadi mas Toni tidak bisa merebutnya dari ku.” Ucap Sarah.
“pokoknya aku harus mendapatkan rumah, tanah kosong itu dan juga mobil, aku tidak akan membiarkan mas Toni mendapatkan sepeserpun dari harta yang kami miliki, semuanya harus jatuh ke tangan aku.” Ucap Sarah penuh tekat.
Tanpa Sarah sadari semuanya yang ia ucapkan tadi terekam jelas dan bisa Toni jadikan bukti di persidangan nanti.
“Bagus Beni.” Ucap Samuel.
Ternyata Samuel ada di sana dan yang menelpon tadi juga merupakan suruhan Samuel, Samuel tahu apa yang akan Sarah katakan makanya Samuel menyuruh anak buahnya untuk menelepon Beni agar Beni bisa menghindar dan pergi dari sana.
“Tamak sekali Sarah, ingin mendapatkan semuanya.” Ucap Beni.
“Saya juga tidak menyangka Sarah seperti itu, padahal papanya sangat baik, sepertinya Sarah tidak mengikuti sifat papanya melainkan Sarah mengikuti sifat mamanya.” Ucap Samuel.
“Pada saat persidangan selanjutnya kamu harus datang.” Ucap Samuel.
“Pasti bos.” Ucap Beni.
Samuel dan Beni melihat Sarah dari jauh dan masih memantau Sarah.
. . .
“Dimana Fia sekarang?” Tanya Lalita antusias.
Raisya mendapatkan kiriman foto dari teman yang juga pergi liburan ke tempat yang sama yang di kunjungi oleh Fia, Dilon dan kawan-kawan.
Raisya memberitahukan dimana keberadaan Fia saat ini kepada Oma dan mamanya. Raisya juga memberitahukan bahwa Fia juga tidak sendiri melainkan bersama teman-temannya, Dilon dan teman-temannya Dilon.
“Dari foto yang aku lihat mereka sepertinya sedang liburan ma.” Ucap Raisya.
“Ya kamu benar nak.” Ucap Lalita.
“Enak banget Fia, orang tuanya mau bercerai dia malah liburan, dan lebih parahnya lagi dia senang-senang di saat aku terbaring di rumah sakit.” Ucap Raisya.
“Oma pikir dia ikut Dilon untuk mengawasi usaha Dilon ternyata dia liburan.” Ucap Anjani.
“Aku tidak rela Fia pergi liburan sementara aku terbaring seperti ini di rumah sakit.” Ucap Raisya.
“Ya mau gimana lagi, kamu kan kecelakaan.” Ucap Lalita.
“Pokoknya setelah aku keluar rumah sakit aku juga mau pergi liburan, aku mau pergi liburan ke tempat yang paling bagus, lebih bagus dari tempat yang Fia kunjungi.” Ucap Raisya yang iri kepada Fia.
“Kamu tidak usah minta buat liburan sekarang ini kamu juga harus ikut pikirin gimana caranya buat bayar biaya rumah sakit kamu ini.” Ucap Anjani yang membuat Raisya memanyunkan bibirnya.
“Tante Sarah memang benar-benar tidak mau bantuin kita ma?” tanya Raisya.
“Tidak, uang tante kamu itu sudah habis ratusan juta buat bebasin Atika belum lagi buat bayar pengacara.” Bukan Lalita yang menjawab tapi Anjani.
“Aku yakin tane Sarah masih memiliki banyak uang, restorannya kan pengunjungnya banyak terus pasti pendapatannya besar, Oma bujukin lah tante Sarah untuk bayar biaya rumah sakit aku.” Ucap Raisya kepada Omanya.
“Oma akan usahakan tapi Oma tidak akan bisa menjamin.” Ucap Anjani.
“Pokoknya Oma harus bisa bujuk tante Sarah untuk membayar biaya rumah sakit aku.” Ucap Raisya kepada Omanya membuat Anjani geleng-geleng kepala melihat tingkah laku cucunya itu.
“Sudah makanya kamu itu cepat sembuh supaya bisa cepat keluar dari rumah sakit supaya biayanya tidak semakin besar.” Ucap Anjani.
“Begini saja kamu coba telpon Fia lagi dan langsung saja bilang sama Fia kamu butuh uang untuk bayar biaya rumah sakit Raisya.” Ucap Anjani lagi.
Anjani merasa Sarah tidak akan mau membayar biaya rumah sakit Raisya karena Sarah juga sudah banyak kehabisan uang. Meskipun restorannya itu maju namun tetap saja keuangan Sarah saat ini pasti menipis karena banyak pengeluaran kemarin.
“Tapi ma aku takutnya nanti yang akan itu Dilon.” Ucap Lalita.
“Gampang, Raisya kamu minta teman kamu itu awasi Fia nah di saat Fia sendiri barulah kamu telpon Fia Ta.” Ucap Anjani memberikan ide.
“Ya ide yang bagus ma.” Ucap Lalita.
Raisya langsung menghubungi temannya dan minta untuk mengawasi Fia sesuai dengan yang di ucapkan oleh Omanya tadi.
