NovelToon NovelToon
Cinta di Badai Musim Semi

Cinta di Badai Musim Semi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dwi-chan

Amira Nimra, seorang gadis yang mengidap DID atau biasa disebut dengan penyakit kepribadian ganda. Begitu banyak liku-liku yang ia jalani, di jauhi oleh orang-orang karena di anggap aneh, lalu musuh kakak-nya yang terus mengincar dirinya.

Namun, seseorang datang kepadanya. Memberikan uluran tangan untuknya, memberikan semangat, dan mengisi rasa kesepiannya setiap saat.

"Jangan bodoh, mati tidak akan menyelesaikan semuanya!" ~

***

"Amira, kau bisa mengandalkan aku kapan pun kau mau."


Don't Copy My Story
Warning Typo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ini Kencan?

Amira sontak menatap Setia dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Tatapan Setia membuatnya merasakan perasaan asing yang sama sekali belum ia kenali. Apa itu? Kenapa rasanya begitu aneh?

Amira memegangi dadanya yang berdetak kencang, sontak gadis itu langsung memalingkan wajahnya.

"Se-sepertinya sudah masuk. A-ayo kembali," gugup Amira dan langsung meninggalkan Setia yang kini menatapnya dengan bingung.

"Apa aku mengatakan hal yang salah?"

,

...****************...

"Sekarang adalah lari marathon! Kalian tidak diperbolehkan berhenti sebelum menuju garis terakhir. Kalian paham!?"

"Paham!" sahut para siswa yang kini tengah berbaris. Amira menatap ke sampingnya dan tidak sengaja menatap Elena yang tengah menatapnya dengan tajam.

"MULAIII!" Teriak guru tegas. Para siswa-siswi itu pun berlari mengelilingi lapangan.

Amira memilih berlari santai, tidak perduli jika ia tertinggal di belakang. Tubuhnya tidak sekuat itu untuk berlari sekuat tenaga. Lapangan yang mereka pijaki sangatlah luas, sehingga memutari satu kali saja sudah bisa membuat lelah.

Satu kali putaran sudah terlewati oleh gadis itu. Tersisa dua putaran lagi, keringat sudah mengalir di seluruh tubuhnya. Amira mengusap peluhnya berulang kali, bahkan dapat ia lihat murid lainnya yang mulai memperlambat langkah mereka.

Amira tertegun seketika, gadis itu menyadari seseorang berada di belakangnya. Tidak sempat ia menoleh, kakinya tersandung oleh sesuatu membuatnya tersungkur ke tanah. Amira meringis kesakitan, gadis itu mendongak dan mendapati Elena yang jauh berlari di depannya, gadis itu bahkan menoleh ke arahnya dengan seringai mengejeknya.

"Ssshh.. " ringis Amira, gadis itu menatap lututnya yang terluka.

"Amira! Kau baik-baik saja?" Setia mendekat ke arahnya dengan tatapan khawatir.

Salah satu guru yang melihat kejadian itu pun mendekat, "Segera ke Uks, ibu akan memberikan hukuman kepada Elena."

Amira mengangguk patuh, gadis itu hendak beranjak. Dengan menahan rasa sakit yang mendera, Amira berjalan tertatih-tatih. Setia berjongkok memunggungi gadis itu.

"Naiklah, aku akan mengantarmu ke Uks," ujar Setia kepada gadis itu. Amira menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, kau bisa lanjutkan tugasmu."

"Tidak apa-apa Amira.. Ibu yakin Setia pemuda yang kuat, dia tidak akan keberatan," tambah sang Guru. Setia mengangguk mencoba menghilangkan keraguan gadis itu.

Amira menatap Setia sejenak, "Emm.. Baiklah."

Amira mengalungkan tangannya di leher pemuda itu. Setelah siap, Setia pun beranjak dan ia berjalan menuju ke Uks. Perlakuannya sontak membuat para murid yang melihatnya melongo tidak menyangka, Setia yang di kenal sebagai Ketua Osis itu nampaknya benar-benar mengejutkan karena memiliki sisi yang hangat.

Amira mengeratkan pegangannya dan menunduk, "Maaf.. Karenaku, kau menjadi pusat perhatian."

Setia tersenyum tipis, "Aku tidak pernah mempermasalahkannya, lagi pula aku selalu menjadi pusat perhatian semua orang, kan?"

Amira mendengus, "Sombong."

Setia tertawa, "Aku hanya bercanda. Kau tahu? Meskipun aku menjadi pusat perhatian semua orang, tapi aku tidak bisa menarik perhatian seseorang."

Amira nampak berpikir, "Apakah itu seseorang yang kau sukai?"

Setia menghendikkan bahunya bingung,  "Entahlah, aku tidak tahu. Ngomong-ngomong berapa berat badanmu? Aku merasa seperti membawa kapas."

Amira memukul bahu pemuda itu pelan karena kesal, "Kau benar-benar.. "

"Kita sudah sampai," sela Setia.

Setia membuka pintu Uks dan mendapati seorang perawat yang bekerja di sana. Pemuda itu mendudukan Amira di ranjang Uks.

"Ah Setia? Pacarmu?" goda wanita itu.

Setia menggeleng, "Bukan, dia temanku. Bisa tolong obati dia?"

Perawat itu mengangguk, dengan telaten ia mulai mengobati lutut Amira. Amira meringis saat perawat itu meneteskan obat pada lukanya, rasanya sungguh perih hingga ia nyaris menangis.

"Telapak tanganmu?" pinta perawat itu, Amira memperlihatkan telapak tangannya yang sedikit terluka.

"Siku juga?" pintanya lagi, Amira kemudian memperlihatkan sikunya. Terdapat luka di sana, perawat itu mengobatinya.

"Sepertinya kau sial sekali, kupikir hanya lututmu saja yang terluka," ejek Setia membuat Amira mendelik, "Diam, atau aku akan menggigitmu."

"Benarkah? Aku tidak takut," tantang Setia dengan menyeringai. Amira nampak menahan kekesalannya, "Kau... "

"Hei.. Hei, kalian ini kenapa bertengkar. Setia, seharusnya kau memperlakukan pacarmu dengan baik," Perawat itu mencoba melerai.

"Dia? Pacarku? Tidak-tidak, itu mustahil."

"Yang benar saja.. Siapa yang berpacaran dengan gadis aneh ini?"

Keduanya saling bertatapan dengan tajam seakan-akan ada aliran listrik yang saling bersautan di sana. Perawat itu menggeleng-gelengkan kepalanya maklum, "Terserah, aku akan meninggalkan kalian berdua di sini."

Perawat itu pun pergi dari ruangan. Amira dan Setia sontak tertegun, keduanya langsung memalingkan wajah mereka masing masing. Amira mengepalkan tangannya, gadis itu menghembuskan nafas panjang dan kemudian kembali menatap Setia.

"Emm.. Kau bisa kembali, maaf karena sudah merepotkanmu."

Setia memasukkan tangannya pada saku celana, pemuda itu tersenyum, "Beristirahatlah... Aku pergi dulu."

Pemuda itu pun hendak pergi, Amira menatap pemuda itu.

"Setia," panggil gadis itu saat Setia hendak membuka pintu Uks. Langkah pemuda itu terhenti, ia berbalik dan menatap Amira yang tengah menatapnya gugup.

"Te-terimakasih," ucap gadis itu pelan, sontak Setia yang mendengarnya mendengus geli.

"Yah..  Itu tidak gratis," setelah itu Setia pun benar-benar pergi meninggalkan Uks.

~Sepulang Sekolah~

"Sayang sekali, kita tidak bisa berkencan hari ini."

Eh?

Kencan katanya?

Amira berdehem mencoba menghilangkan kegugupannya, "Yah, nasib buruk untukmu."

"Siapa bilang? Hei, sebagai gantinya, aku akan mengajakmu makan di suatu tempat? Bagaimana?" ajak Setia dengan menaik-turunkan alisnya.

"Hee.. Jadi, kau masih ingin mengajakku berkencan meskipun aku sedang terluka? Tega sekali," rajuk Amira sembari mengerucutkan bibirnya. Setia mengacak rambut gadis itu gemas, "Kita hanya duduk, bukan jalan-jalan. Jadi... Kau mengakui bahwa kita akan berkencan?"

"Ya.. Mungkin saja," jawab Amira, gadis itu menopang dagunya.

Setia mendengus, "Semua perempuan terlalu meninggikan gengsi."

"Ah.. Jadi ini bukan kencan pertamamu? Itu hebat," sahut Amira membuat Setia melotot, "Mana mungkin! I-ini yang pertama bagiku."

Amira tertegun, gadis itu sontak menatap Setia yang kini tengah memalingkan wajahnya karena malu.

"Ah.. Begitu ya," jawab Amira dengan canggung.

"Sudahlah, ayo.." ajak pemuda itu. Setia mengenggam tangan Amira dan membantunya berjalan sedikit demi sedikit.

~15 menit kemudian~

Keduanya kini sampai di sebuah restoran sederhana. Namun pemandangan yang di sajikan di sana begitu memanjakan mata. Amira sempat terpukau, hingga genggaman Setia pada tangannya membuatnya tersadar dari lamunannya.

"Aku tahu kau pasti menyukainya. Aku baru saja menemukan tempat ini di internet, dan terpikirkan untuk mengajakmu kemari," mendengar perkataan Seti membuat wajahnya seketika memerah.

"Terimakasih sudah mengajakku," balas Amira dengan lembut. Setia mengangguk, lalu pemuda itu membawa gadis itu ke meja yang sudah di sediakan.

Setia membuka buku menu dan memanggil salah satu pelayan, setelah menyebutkan beberapa pesanan, pelayan itu pun pergi.

Setelah memesan, Setia menatap Amira yang tengah menatap pemandangan yang ada di luar jendela. Gadis itu sama sekali tidak menyadari bahwa Setia kini tengah mengambil ponselnya dan tengah memotretnya. Setia menatap hasil jepretannya dengan senyuman.

"Pesanan anda..." ujar pelayan yang baru saja datang sembari membawa pesanan mereka.

"Terimakasih," kata Setia, setelah itu pelayan pun pergi.

"Makanlah," Setia menyodorkan salah satu makanannya. Amira mengangguk, gadis itu meraih garpunya dan mulai mencicipi makanan itu.

"Kenapa ini enak?" tanya Amira terkejut.

"Jadi kau berharap ini tidak enak?" ujar Setia bingung, Amira menggelengkan kepalanya berulang kali, "Tidak, maksudku.. Lupakan."

Amira melanjutkan memakan makanannya dengan wajah malu. Setia yang melihat itu hanya terkekeh pelan, tingkah lucu gadis itu membuatnya sedikit terhibur.

Bersambung..

1
Yoo Stefanno
kurang
Dwi-chan: makasih kak masukannya/Smirk/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!