NovelToon NovelToon
WARS OF SYSTEMS

WARS OF SYSTEMS

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Epik Petualangan
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: 05 BAGAS LINTANG NUGRAHA

Ketika kampus memasang sistem di tubuh setiap mahasiswanya untuk mengontrol fokus mereka dalam berkuliah dan mencegah adanya gagal lulus. Mahasiswa yang berhasil luput dari pemasangan sistem itu, berjuang untuk melawan sistem yang telah memperbudak dan membunuh perasaan para mahasiswa yang kini bagaikan robot akademik. Apakah para mahasiswa itu berhasil mengalahkan kampus dan sistemnya ? Atau justru kampus akan semakin berkuasa untuk mengontrol para mahasiswa nya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 05 BAGAS LINTANG NUGRAHA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HASIL

Ini adalah hari penting, tapi Ray tak peduli meski ia sedikit menaruh rasa penasaran. Hari ini adalah pengumuman hasil tes masuk Universitas Sepuluh April. Sebenarnya ada beberapa alasan, mengapa ayahnya memilihkan USA sebagai perguruan tinggi negeri yang ia tuju.

Pertama, jelas karena kualitas. USA secara rutin menempati posisi tiga besar universitas terbaik di negara bersama Universitas Merah Putih dan Insitut Teknologi Lautan Api. Kualitas jurusan hukum USA pun adalah yang terbaik bersaing dengan UMP, sementara ITLA adalah insitut yang berfokus pada keilmuan teknik, tidak ada jurusan hukum disana. 

Kedua, karena lokasi. Tebas tak ingin anaknya itu berada jauh darinya. Harus tetap ada pada pengawasannya. UMP dan ITLA berada di luar distrik, yang artinya Ray bisa saja lepas dari pengawasannya. Anak muda zaman sekarang tahu saja cara cara untuk bisa lari dari pantauannya.

Meski sebenarnya, menurut kabar dan dari buku pendaftaran tes di USA yang ia baca, USA akan menerapkan sistem asrama, yang mana itu bertujuan untuk melepaskan anak dari pengaruh orangtua. Jelas itu akan mengurangi pengawasannya terhadap Ray. Tapi, karena masih satu kota, itu tidak begitu jadi masalah. 

“ Kau sudah buka pengumumannya ? “ Tebas tiba-tiba bertanya pada Ray yang sedang bersantai di teras. “ Anak-anak lain sudah banyak yang memposting hasil mereka di sosial media. “

Sejak kapan ayah jadi gaul ? Aku saja tak bermain hal-hal semacam itu. Ada, cuma tak terpakai, batin Ray. Ray menggelengkan kepala. “ Belum. “ 

“ Dasar ! “ Tebas memutar bola matanya. “ Kau bodoh apa gimana ? Kenapa tidak peduli ? Aku sudah membayar mahal-mahal, dan kau malah santai begini ? Bocah, bocah.. “ Ia menggelengkan kepalanya berulang kali, tak kuat menghadapi kelakuan anaknya yang menjengkelkan. 

“ Nomor pendaftaranku 01293387423405. Tanggal lahirku hafal, kan ? “ Ray seolah memerintah ayahnya dengan berkata seperti itu, tapi Tebas yang memang sudah ngebet ingin tahu hasilnya dan tak mau tertipu oleh Andi menuruti saja kata-kata putranya. Ia cepat-cepat membuka situs pengumuman, memasukkan nomor pendaftaran dan tanggal lahir putranya, yang untung saja masih ia ingat dengan baik. Bagaimana tidak ingat ? Itu adalah hari dimana hari paling membahagiakan baginya. Hari dimana ia rela menyerahkan apapun demi menimang putra tunggalnya. Hari bersejarah baginya.. 

SELAMAT ! RAYENDRA PUTRA NUGRAHA ! ANDA LULUS DI JURUSAN HUKUM, UNIVERSITAS SEPULUH APRIL. 

Melihat tulisan ini, Tebas langsung berseru, “ Kau berhasil anakku ! Kau benar benar hebat, Ray ! “ Matanya berseri-seri, tersenyum begitu lebar. Ia begitu berkeringat saking semangatnya. Benar-benar hari terbaik untuk Tebas. 

Reaksi berbeda diperlihatkan Ray. Memang benar ia tak peduli, tapi kini ia justru khawatir. Hukum bukanlah pilihan sebenarnya, tapi apa benar itu adalah hal yang menjadi hasil tes minat bakatnya. Ia sama sekali tak tertarik pada Hukum. Tapi, apa sekelas USA bisa salah dalam menilai ?

“ Kita akan merayakan ini, Ray.. tunjuk saja restoran terbaik di kota.. kita akan berpesta pora untuk keberhasilanmu, putraku.. “ Tebas mengusap-usap rambut putranya, lalu bernyanyi lagu kesukaannya, “ It’s my best day e..ever.. best day ever.. “ sambil menikmati hari yang indahnya. Ray melihat ayahnya dengan tatapan sinis, betapa noraknya ayahnya hari ini. 

~~

Malamnya, sesuai janji Tebas, mereka makan di salah satu restoran terkenal di kota. Ia juga mengajak Andi, dan Andi mengajak temannya, Juan. Tebas pun juga ingin mengajak teman-temannya, namun sepertinya dengan pilihan restoran Ray, ia pasti akan ditertawakan. Yaps, restoran itu Mikata, dan itu adalah restoran es krim. Ya..  menunya penuh dengan es krim. Tebas ingin protes, tapi Ray mengingatkannya akan janjinya. 

“ Selamat datang di Mikata. Mau pesan apa ? “ Andi dan Juan melongo melihat daftar menu beserta harganya. Meski menunya cuma es krim, tapi harganya bersaing dengan harga steak ataupun seafood ternama. 

“ Ice cream Belchoque satu. “ Ray mulai untuk memesan. “ Pakai susu cokelat sama topingnya astor, ya. “ Ia sudah sering ke sini dan sudah memiliki menu favoritnya sehingga tak bingung lagi untuk memesan. Sebaliknya ayahnya, Tebas masih mencari dimana kopi di daftar menu. Sayangnya, ini bukan coffe shop melainkan ice cream shop. 

“ Ice cream Belchoque nya dua, “ kata Tebas. Ia kemudian melirik pada Andi dan Juan. “ Kalian pesan apa ? Jangan buat orang menunggu ! “ 

“ Oh, ya.. kami..” Andi bergumam, masih bingung karena tampilan menu-menu itu terlihat enak semuanya. Di saat kebingungan itu, Tebas yang tak mau membuang waktu langsung berkata, “ Empat. “ 

Andi dan Juan terkejut, tapi tak membantah. Mereka kemudian mengikuti Ray dan Tebas yang sudah berjalan lebih dulu ke meja pilihan Ray, meja nomor tujuh, nomor favorit Ray, dan ia duduk di pojok, bersandar dengan tembok. Tebas duduk disebelahnya, sementara Andi dan Juan duduk diseberang mereka. 

Suasana tampak hening, mereka asyik sendiri dengan handphonenya. Tebas mendapat panggilan penting dan memilih untuk keluar dari restoran guna menjawab panggilan telepon itu, menyisakan Ray, Andi, dan Juan. Dengan tidak adanya Tebas, ketegangan sedikit menghilang. 

“ Kamu bahagia, Ray ? “ Ray melirik ke arah Andi, yang bertanya padanya. “ Apa kamu senang bisa masuk ke jurusan Hukum ? “ 

Juan reflek tertawa, menepuk punggung Andi. “ Ya, jelas senang lah ! Hukum gitu, lho.. jurusan elit.. Ya, kan, Ray ? “

Ray agak aneh dengan Juan, yang baru pertama kali ketemu dirinya tapi rasanya seperti akrab dan tahu betul. Apa dia memang sok akrab begitu ? 

“ Nggak terlalu, “ jawab Ray datar sambil menggelengkan kepala. “ Justru aneh. Aku pikir aku menjawab hal-hal yang berlawanan dengan hukum. “

“ Seperti apa ? Kau hafal soalnya ? “ tanya Andi yang juga penasaran. 

“ Seperti.. soal pengemis kah ? “ celetuk Juan tiba-tiba. “ Seorang pengemis meminta pada anda yang merupakan seorang pejabat negara.. itukah ? “ Ia memperjelas pertanyaannya, dan Ray mengerutkan keningnya. “ Iya.. bagaimana anda tahu itu ? “ 

“ Ah, dia sering lihat soal-soalku. “ Andi langsung menjawab sebelum Juan membuka mulut. “ Jadi dia tahu beberapa soal. “

“ Oh.. iya. Saya juga menemukan kalau soal itu sama, lho sama soal-soal yang anda berikan. Dan banyak yang sama lagi. Hampir delapan puluh persen. Anda punya koneksi, kah ? “ Tatapan Ray kini sama seperti ayahnya yang suka mengintimidasi dan menginterogasi. Andi terlihat pucat, ia bingung hendak menjawab apa. Ini adalah rahasianya, dan tidak boleh sampai ada yang tahu. 

“ Koneksi.. ya.. Ya, itu pasti ada. Tapi, cuma sebagai pembanding saja. Inspirasi untuk prediksi soal-soal gitu aja. “ Jawaban itu sama sekali tidak kuat bagi Ray. Bahkan kini ia curiga dengan bagian bawah mejanya. Sepatu Andi menginjak sandal Juan, yang membuatnya diam saat ini. 

“ Om.. Juan, “ panggil Ray secara hati-hati. Andi melepaskan pijakannya pada sandal Juan. 

“ Ya.. “ Juan pun berhati-hati menjawab panggilan itu. Ray tetaplah anak dari Tebas, yang punya insting baik dalam menangkap ketidakberesan. 

“ Kerja dimana ? “ tanya Ray singkat. Ini bukan pertanyaan yang aneh. Sebatas basa-basi saja, apalagi Juan bukan orang yang tidak dikenalnya sebelumnya. 

“ Ehm.. di.. “ Juan agak gugup menjawab, karena ia tak pandai berbohong apalagi ia juga tak pandai meyakinkan orang. Jadilah ia melirik Andi, dan berharap pada temannya itu. 

“ Di pabrik.. “ Andi memutar bola matanya, melirik sebuah benda yang bisa dijadikan inspirasi hingga ia melihat ke bawah, “ Sepatu.. Pabrik Sepatu. Iya, kan Juan ? “ Juan langsung mengangguk, tapi pada dasarnya Juan bukan orang yang bisa berbohong, Ray langsung tahu kalau itu bukanlah faktanya. 

“ Sepatu apa ? “ Salah satu trik membongkar kebohongan adalah tanya saja sebanyak-banyaknya sampai orang tersebut mengaku bahwa itu kebohongan. Hal yang mudah, bukan ? 

“ Sepatu.. “ Juan berpikir lagi, tapi ia tak memiliki ide kebohongan. Andi pun mengingat-ingat merk sepatu ternama untuk membantu temannya berbohong sekaligus menyelamatkan dirinya. “ Sepatu Neo Bounce. Ya, Neo Bounce. “ 

“ Neo.. ya aku bekerja di Neo Bounce. “ Juan ikut-ikutan menjawab untuk meyakinkan Ray, yang tak perlu susah-susah diyakinkan karena ia sudah yakin bahwa kedua orang didepannya berbohong. 

“ Kerja jadi apa ? “ Lama-lama ku tonjok nih, bocah, batin Andi yang sudah geram. Juan pun sama. Aku yang kiri, kau yang kanan, batin Juan seolah sudah memiliki koneksi dengan batin Andi.  

“ Desainer. “ Juan yang kini menjawab. Andi menghela nafas, karena ia sebenarnya sudah kehabisan ide. 

“ Wah, pasti gajinya besar. Traktir di kedai es krim ini kayaknya bisa, ya. Pasti tak seberapa kan dengan gaji anda sebagai desainer. “ Ray menyeringai melihat wajah Juan yang pucat. “ Saya kayaknya mau nambah pesanan, deh. “

Tangan Juan dengan cepat menyambar tangan Ray untuk menghentikannya. Ia kemudian berseru, “ Aku kerja di Universitas Sepuluh April. Sebagai karyawan yang memasukkan data hasil tes seluruh calon mahasiswa di Universitas Sepuluh April. Dan tolong, gajiku cuma cukup buat makan nasi telur, tak bisa membayar semua ini. “ 

“ Bodoh ! “ Andi menepuk jidatnya mendengar pengakuan jujur dari Juan. Menyesal ia membawa temannya itu ke sini. 

“ Anda melakukan apa pada hasil tes saya ? “ tanya Ray dengan nada yang dingin. Ia menahan amarahnya dulu untuk tahu kebenarannya. Karena amarah terbesarnya ia tahu, akan ia tunjukkan pada seseorang yang pantas. 

“ Aku.. mengubah hasil tes mu.. ke jurusan Hukum, “ jawab Juan dengan terbata-bata. “ Maaf, tapi tiga juta itu menggiurkan.. “ 

“ Tolol ! “ Kedua kalinya Andi menepuk jidatnya. Ia geram dengan Juan yang betul-betul jujur. Menyesal ia punya teman yang jujur. Ingin rasanya membunuh kejujuran yang dimilikii Juan. 

“ Siapa yang membayar ? “ tanya Ray, yang kemudian oleh Juan ditunjukkan orangnya, yaitu Andi. Kini Ray menatap Andi. Tatapannya tajam, penuh dengan kemarahan. 

“ Anda ? Untuk apa ? “ Suaranya meninggi. Ia heran dengan Andi yang melakukan hal itu, meski ia tahu atas dukungan siapa, tapi ia heran Andi mau untuk mencurangi tes demi dirinya. 

“ Itu.. tak ada yang bisa dilakukan untuk menyelamatkanmu. Kamu harus lulus tes, dan inilah satu-satunya cara. “ Tapi, Ray tetap tak terima dengan jawaban Andi. Ia tak menginginkan kelulusan tes. Ia ingin lulus dengan jujur. Lagipula, tes dilakukan dengan hati bukan dengan rekayasa. Ini sama saja dengan menjerumuskannya ke jurang bukan menyelamatkannya. 

“ Harusnya aku tahu ada yang tidak beres. “ Ray duduk kembali, memegangi kepalanya. Rasanya sudah gila di otaknya, beban pikiran tak bisa diembannya lebih berat lagi. “ Ayah bayar berapa ? “ Meski begitu, ia tak mau meninggalkan setitik pun rahasia dalam kasus ini. 

“ Tiga juta. “ 

“ Sepuluh. “ Tebas datang dari belakang. Ia melempar tujuh juta lagi ke meja, ke hadapan Andi. “ Hutangku lunas, ya. “ 

“ Ayah.. “ Ray bangkit berdiri. Matanya berkaca-kaca, menahan amarah. Ia benar-benar ingin menonjok wajah ayahnya saat ini. Memukul dan mengatakan padanya, Aku bukan bonekamu atau alat atau apapun demi harga dirimu yang kau sebut nama baik ! Tapi sekarang mereka ada di Mikata, yang penuh dengan anak-anak kecil. Tak baik rasanya melakukan adegan delapan belas tahun ke atas di depan mereka yang dibawah umur. Bisa-bisa trauma nantinya. 

“ Aku membencimu. “ Ray bangkit berdiri. “ Kalau kau ingin aku ke Hukum. Akan ku lakukan. Tapi, aku membencimu. “

“ Katakan itu kalau kau sudah sukses. “ Tebas membalasnya. “ Kalau kau masih tinggal di rumahku. Kau masih.. menikmati makanan dari jerih payahku. Kau tidak bisa membenciku. “ Ia tersenyum lebar, menikmati kemenangannya. “ Ku izinkan kau tinggal dirumahku sampai asrama kuliah buka. Setelah itu kau pergi dari hadapanku.. “ 

“ Aku terima itu. “ Ray dan Tebas saling berpandangan lama. Ray kemudian pergi dari Mikata, melewati ayahnya begitu saja. Tebas dari jauh mengawasi setiap langkahnya. Kau sekarang sudah besar, Nak. Kau takkan memerlukan aku lagi. Tebas tersenyum lebar, matanya berkaca-kaca. Semua yang dilakukannya memang tidak akan baik di mata anaknya, tapi yang dilakukannya adalah semata-mata untuk anaknya, untuk Ray. Cuma Ray. 

~~

1
wiz khalifa
lanjut thor, nungguin nih
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
semangat ☺️
Acelinz: semangat juga kak
total 1 replies
piyo lika pelicia
hhhh 😂
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
Weh jangan 😫
piyo lika pelicia
semangat ☺️
Acelinz
tapi dia pun tak bisa keluar begitu saja karena situasinya
Acelinz
Memang pada dasarnya itu adalah sifat aslinya
Acelinz
Seperti itulah manusia, mudah tergiur akan sesuatu yang menarik tapi sebenarnya tidak jelas.
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
hah tak guna egois 😒
piyo lika pelicia
sebenar nya guru ini manfaatin mereka gak sih kok di fikir fikir gitu 🤔
Acelinz: benar, meski sebenarnya ada simpati dan harapan dari dosen tersebut kepada para mahasiswa nya
total 1 replies
piyo lika pelicia
hhhh 😂
piyo lika pelicia
ya gak usah kuliah kalau mau bebas diam aja di hutan
piyo lika pelicia
murit yang nakal
piyo lika pelicia
semangat adik ☺️
piyo lika pelicia
bukan kekanakan marah lah di tinggal gitu aja bahkan apa yang dia bilang enggak di dengerin.😒
Acelinz: lebih kepada kecewa, hanya saja dia juga butuh
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!