Azura adalah gadis cantik tapi menyebalkan dan sedikit bar-bar. Dia mendapatkan misi untuk menaklukkan seorang dokter tampan namun galak. Demi tujuannya tercapai, Azura bahkan sampai melakukan hal gila-gilaan sampai akhirnya mereka terpaksa terikat dalam satu hubungan pernikahan. Hingga akhirnya satu per satu rahasia kehidupan sang dokter tampan namun galak itu terkuak. Akankah benih-benih cinta itu tumbuh seiring kebersamaan mereka?
Cover by @putri_graphic
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DGGM 9. 2 Milyar
Bruk bruk bruk ...
Pintu rumah Azura tiba-tiba digedor dari luar hingga berulang kali. Melodi yang hanya sendirian di rumah sontak ketakutan. Ia pun bersembunyi di kamar dengan tubuh bergetar, tapi gedoran pintu itu tak kunjung berhenti hingga tak lama kemudian terdengar suara keributan membuat Melodi jadi penasaran.
Semakin di dengar, suara keributan itu makin merebak. Karena dilanda rasa penasaran, Melodi pun melangkahkan kakinya menuju ke luar kamar. Lalu melalui celah-celah kecil yang ada di pintu, Melodi mengintip ke luar. Mata Melodi membelalak saat melihat ternyata kakaknya tengah beradu mulut dengan anak buah pak Jono. Melodi mencoba memasang telinganya baik-baik dan mendengarkan apa yang diperdebatkan orang-orang itu dengan kakaknya.
"Nggak bisa gitu dong, baru juga bulan tadi pak Jono minta naikkin cicilannya jadi 10 juta, masa' 2 Minggu kemudian udah naik lagi jadi 25 juta. Kalian ini mau meras saya ya?" teriak Azura murka. Tangannya mengepal kuat menahan emosi yang membuncah di jiwa.
Melodi menutup mulutnya dengan kedua tangannya saat mendengar protesan kakaknya itu. Bagaimana kakaknya bisa menyediakan uang 25 juta dalam 1 bulan? Pekerjaan apa yang bisa memberikan uang sebanyak itu? Ia tidak ingin kakaknya makin menggila bekerja demi membayar semua cicilan yang tiada habisnya itu.
"Maaf nona, tapi ini perintah langsung bos Jono." tukas salah seorang anak buah pak Jono sambil berkacak pinggang. "Sebenarnya mudah saja menghadapi bos Jono, kau tinggal menerima pinangannya menjadi istri ketiga, maka semua hutang orang tuamu akan segera dianggap lunas." imbuh anak buah pak Jono itu sambil menyeringai.
Azura tersenyum kecut. Ia bingung harus bagaimana sekarang. Mengumpulkan 10 juta perbulan saja ia harus berhemat mati-matian. Menahan lapar dan dahaga serta harus lebih sering menemani bos-bos besar minum demi mendapatkan tips dari mereka. Lalu kini ia harus kembali menaikkan cicilan menjadi 25 juta perbulan, darimana ia bisa mendapatkannya.
Pak Jono memberikan penawaran akan menghapus semua hutang orang tuanya tapi dengan syarat menikah dengannya untuk menjadi istri ketiga, apa dia sudah gila? Batin Azura berkecamuk. Mana mungkin ia mau. Jadi istri pertama saja ogah, apalagi istri ketiga. Sorry, dorry, morry, strawberry, acha acha nehi nehi. Inyong ora sudi.
"What? Istri ketiga?" seru Azura lalu ia terkekeh geli sendiri. "Katakan pada si bandot tua bangka itu, aku akan memenuhi permintaannya." ujarnya dingin membuat kedua orang anak buah pak Jono itu menyeringai. "Tapi ... bukan untuk jadi istri ketiganya, melainkan membayar cicilan hutang itu 25 juta perbulan.," imbuhnya lagi membuat kedua anak buah pak Jono itu tersenyum kecut.
"Percaya diri sekali Anda!" ejeknya seraya terkekeh. "Baiklah kalau itu yang kau pilih. Tapi ingat, bila sampai saatnya jatuh tempo uangnya belum ada, maka malam itu juga kau harus menerima pak Jono menikahimu." ancam mereka membuat mata Azura melotot tajam.
Bukan hanya Azura yang terkejut dengan ancaman itu, Melodi yang menguping pun sampai menutup mulutnya tak percaya dengan ancaman juga jawaban kakaknya. Bagaimana cara kakaknya untuk mencari uang sebanyak itu? Tapi ia juga tak rela bila kakaknya menuruti perkataan gila mereka untuk menjadikan kakaknya sebagai istri ketiga si bandot bau tanah itu
'Aku harus berusaha mencari uang untuk membantu kak Zura untuk membayar hutang-hutang itu.' batin Melodi bermonolog.
Lalu Melodi segera menyingkir dari balik pintu saat kakaknya hendak masuk ke dalam rumah. Melodi kembali ke kamar dan segera berbaring di kasur dengan mata terpejam. Azura yang baru saja masuk tersenyum melihat adiknya yang sedang tertidur dengan buku berada di tangan. Ia pikir adiknya kelelahan setelah belajar jadi ia segera membereskan beberapa buku yang masih tergeletak sembarangan di lantai. Ia memandangi sebentar wajah damai adiknya yang terlelap kemudian tersenyum.
"Doain kakak ya Di, semoga kakak bisa mengumpulkan uang sebanyak itu. Kamu belajar yang rajin ya!" lirih Azura seraya membelai lembut rambut Melodi.
Azura menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.
"Semangat, Ra! You can do it!" gumam Azura menyemangati diri.
Lalu Azura pergi dari rumah menuju club malam. Memang sebenarnya ini belum waktunya berangkat kerja, tapi bila di rumah saja ia akan makin pusing mencari jalan keluar. Entah mengapa pak Jono tiba-tiba seenaknya saja seperti itu. Sepertinya ia sengaja ingin mempersulit Azura.
"Nasib jadi orang miskin!" desah Azura seraya menjalankan motornya.
Azura melajukan motornya dengan kecepatan tidak terlalu tinggi. Pikirannya sedang semerawut kini karena itu ia tidak ingin membuat dirinya sendiri celaka karena mengemudikan motor dalam kecepatan tinggi. Hari ini merupakan malam Minggu jadi jalanan terlihat cukup ramai. Mungkin mereka terdiri atas pasangan-pasangan yang ingin menikmati waktunya dengan kekasih tercinta. Namun saat sedang melajukan motornya, tiba-tiba ia melihat seorang kakek yang kakinya tidak sedang baik-baik saja sedang berusaha menyeberangi jalanan. Tak tega melihat kakek itu kesulitan, Azura pun segera menepikan motornya dan melepaskan helmnya lalu segera menghampiri kakek tersebut.
"Kakek mau menyeberang?" tanya Azura ramah seraya tersenyum manis ke arah kakek yang sedang mengenakan tongkat itu.
"Iya nduk tapi jalanan rame bener kakek nggak berani nyeberang." ujar kakek itu seraya menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya.
"Ya udah, Zura bantu ya, Kek! Yuk, kek!" ajak Azura seraya memapah tubuh ringkih kakek itu. Kakek itu pun menuruti titah Azura. Sesekali Azura melambaikan tangan sebagai kode ke pengguna jalan agar memelankan laju kendaraan mereka karena ada yang sedang hendak menyeberang. Setelah berada di seberang, Azura melihat ada seorang anak kecil penjual minuman. Azura pun membeli sebotol air mineral dan memberikannya kepada kakek itu. Tentu saja kakek itu senang bukan main mendapatkan perlakuan ramah seperti itu.
Setelah posisi sang kakek di rasa aman, Azura pun kembali menyeberang dan pergi dari sana. Tanpa sadar, ada sepasang mata yang lagi-lagi melihat sosok dirinya.
"Kenapa akhir-akhir ini jadi sering liat tuh cewek menyebalkan sih!" gumam Arkandra heran. "Tapi dia baik juga." imbuhnya seraya menganggukkan kepalanya sendiri.
...***...
Jarum jam baru menunjukkan pukul 7.30 malam, sedangkan club malam tempatnya bekerja baru buka pukul 8.30 jadi ia janjian di sebuah cafe yang bersebelahan dengan club' malam itu. Setibanya di cafe, Azura langsung menghempaskan bokongnya di kursi berseberangan dengan Leon membuat sahabatnya itu mendelik tajam.
"Leon, bantuan gue!" rengek Azura seperti anak kecil membuat Leon mengerutkan keningnya.
"Bantu apa?"
"Bantuin gue cari duit atau bantu cariin kerja yang duitnya gede. Please, Yon!"
"Lha, emang gue makelar kerjaan nanya sama gue!" desis Leon aneh.
"Ya jadi gue harus minta tolong siapa lagi dong! Soalnya satu-satunya sahabat gue cuma elo doang, Yon! Loe tega apa sahabat loe yang cantik, manis, dan imut ini dijadiin istri ketiga bandot tua bau tanah? Gue mah ogah, Yon! Tapi kalau gue nggak bisa siapin uang 25 juta setiap bulannya, siap-siap gue bakal dijadiin istri ketiga, gue nggak mau Yon! Gue harus gimana, Yoyon, gue bingung!" racau Azura membuat Leon bingung sendiri harus memberikan bantuan seperti apa.
"Ra, bukannya gue nggak mau bantu cuma ya gitu gue juga bingung harus gimana. Kayak kata gue tadi, gue bukan makelar kerjaan jadi nggak tau dan nggak bisa kasiin kerjaan yang gajinya gede. Lah, gue aja kerjaannya cuma sebagai bartender." Leon memijit pelipisnya yang mulai pusing karena memikirkan apa bantuan yang bisa berikan kepada sahabatnya ini.
"Jadi gimana dong? Masa' gue mesti nikah sama si bandot tua yang udah uzur itu. Nggak mau gue! Yang ada, umur gue bisa ikutan pendek gara-gara jadi bini si bandot itu." rengek Azura lagi hingga tiba-tiba ada sebuah suara yang menginterupsi pembicaraan dirinya dan Leon. Azura dan Leon pun menoleh ke arah wanita yang tiba-tiba saja memotong pembicaraan mereka.
"Saya bersedia bantu dan kasi kamu uang yang banyak asal kamu mau kerja sama dengan saya." tukas seseorang yang tiba-tiba saja mengejutkan Azura dan Leon. "2 Milyar ... Saya akan memberimu 2 milyar bila misi kamu sukses." ujar seseorang itu sambil menyeringai membuat baik Azura maupun Leon membelalakkan matanya dengan mulut menganga.
"Du ... dua Mil-yar." seru merek berdua bersamaan shock.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Cerita yang lucu dan menggemaskan karakter tokoh utamanya Azura Arkan 😊😊😊