My Teacher Husband

"Lepas! Apa yang kamu—" kalimat Tasya terhenti, pandangannya tertuju pada lelaki yang saat ini berada di hadapannya. "Kamu?!" seru Tasya dengan menunjuk wajah lelaki itu.

"Hai, kita bertemu lagi, nona misterius." Sean menyeringai tipis. Akhirnya setelah sekian lama menunggu, dia punya kesempatan untuk bertemu dengan Tasya.

Tasya menelan ludahnya kasar. Bagaimana bisa lelaki menyebalkan ini ada di sini? Apa dia mengikutinya?

"Menjauh dari aku." Tasya mendorong dada Sean.

Sean tak bergeming. Bukannya melepaskan, dia malah semakin menarik pinggang Tasya mendekat.

"Hei, aku sudah bilang 'kan, menjauh dariku. Aku bisa melaporkanmu ke polisi dan menganggap kamu melakukan pelecehan padaku!" ancamnya.

Tasya masih mencoba memberontak, namun tidak dengan Sean. Dia terus memperhatikan wajah cantik Tasya yang semakin mempesona saat tertiup angin.

Kevin yang sejak tadi melihat itu menggelengkan kepalanya. Membiarkan sang kakak bersenang-senang. Karena hobinya memang seperti itu, mencari wanita cantik untuk dia kencani.

"Dasar maniak! Dia bilang masih perjaka, tapi melihat wanita cantik saja air liurnya hampir menetes seperti melihat makanan enak!" umpat Kevin memilih pergi dari sana.

Kevin sudah cukup sakit hati melihat Keyla menikah dengan kakak sepupunya. Dia butuh menenangkan diri untuk saat ini.

"Aku ingin menjelaskan yang terjadi malam itu, Anastasya," ucap Sean.

Tasya mendongak. Bagaimana bisa lelaki ini tahu namanya. Padahal Tasya sendiri sudah memakai nama palsu saat berkenalan dengannya.

"Jadi benar, kamu menguntit ku bahkan menyelidiki aku?" Tasya tersenyum kecut. "Ingat, Tuan. Kejadian malam itu hanyalah sebuah kesalahan. Aku membantumu karena kamu sedang mabuk berat jadi—"

"Kesalahan?!" pekik Sean menganga tak percaya. Bisa-bisanya wanita ini menganggap kejadian dimana dirinya mabuk dan menginginkan tubuhnya adalah suatu kesalahan.

Apa Tasya tidak tahu, betapa sulitnya Sean menahan mati-matian hasratnya karena tidak mau menyakiti Tasya?

"Apa kurang jelas? Kesalahan!" ulang Tasya.

Sean mulai mengendurkan pelukannya di pinggang Tasya. "Kamu bekerja di sana?" tanyanya penasaran.

"Bukan urusan kamu!" ketus Tasya menepis tangan Sean. Tasya hendak pergi, Sean kembali menahannya. "Kamu ini kenapa? Kita sudah tidak ada urusan lagi, kan?"

"Berapa bayaran mu untuk semalam?" Sean membelai wajah Tasya, merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantiknya.

Tasya membeku. Lidahnya terasa kelu untuk menjawab pertanyaan yang Sean lontarkan padanya. Tidak mungkin 'kan pria ini berniat menyewanya?

"A-aku... aku tidak menjual tubuhku padamu!" elak Tasya memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia gugup setengah mati di tatap oleh Sean dengan tatapan penuh damba.

Sean menaikkan satu alisnya. "Baiklah kalau memang kamu tidak menjual tubuhmu. Bagaimana kalau kita menikah?" tawarnya.

"What? Menikah?" pekik Tasya kembali menggeleng tak percaya. Sepertinya pria yang ada di hadapannya ini sudah tidak waras.

Apa dia pikir pernikahan itu adalah hal yang main-main? Enteng sekali dia mengucapkannya.

"Aku menolak mu, Tuan tukang paksa. Kamu pikir menikah itu gampang?" Tasya merapikan gaunnya dan pergi begitu saja tanpa menghiraukan Sean lagi.

"Sial dia menolak ku?" sesal Sean sembari mengusap wajahnya frustasi. Baru kali ini dia ditolak oleh seorang wanita, terlebih lagi wanita itu adalah kupu-kupu malam.

Dan bodohnya, hanya Tasya lah yang berhasil menarik perhatian seorang Sean Alexander.

*****

"Seharusnya Om bela Key dong! Kenapa malah bela Pak Lio? Di sini Key yang jadi korban bukan dia," protes Keyla.

Keyla menatap Lio dengan tatapan penuh kebencian. Dia memang setuju menikah dengan Lio, tapi bukan pernikahan paksa seperti ini yang Keyla inginkan.

Setidaknya, Lio harus meminta restu pada ayahnya dulu. Walaupun tanpa restu juga Herman sudah menyerahkan dirinya pada Lio.

"Daddy, Mommy!" sahut Krystal.

Keyla mendengus. Kalau bukan karena Krystal adalah idolanya dan satu-satunya wanita yang dia kagumi setelah ibunya, Keyla pasti sudah memberontak sejak tadi.

"Panggil suami kamu dengan benar. Kalian sudah menikah." kali ini Jelita ikut nimbrung, sok berusaha jadi ibu yang baik untuk Keyla.

"Mommy bahagia, Sayang. Karena sebentar lagi rumah besar Mommy nggak sepi lagi." Krystal memeluk Keyla, mencium kedua pipi menantunya penuh kehangatan dan tiba-tiba mengusap perutnya. "Mommy berharap disini akan segera hadir," bisik nya.

Keyla mematung. Kakinya terasa lemas seperti jelly. Beruntung Lo cepat-cepat menangkapnya.

Menikah dan hamil anak Lio itu benar-benar sudah di luar jangkauannya. Membayangkannya saja sudah membuat Keyla tertekan.

"Nggak!" pekiknya membuat mereka semua sontak menatap kaget ke arahnya.