Awalnya kupikir Roni adalah tipikal suami yang baik, romantis, lembut, dan bertanggung jawab, namun di hari pertama pernikahan kami, aku melihat ada yang aneh dari diri Suamiku itu, tapi aku sendiri tidak berani untuk menduga-duga sebenarnya apa yang tersembunyi di balik semua keromantisan suamiku itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ngobrol
Setelah berpamitan pada Edi dan juga istrinya Diah, aku pun kemudian kembali pulang ke rumah dengan berbagai pikiran yang berkecamuk.
Saat aku turun dari ojek online yang aku pesan, aku melihat Bu Tati sedang menyapu depan teras rumahnya, tidak membuang-buang kesempatan aku pun kemudian langsung melangkah menuju ke rumah Bu Tati.
Bu Tati melihat ke arahku yang berjalan mendekatinya, dia mengerutkan keningnya, mungkin heran melihat kedatanganku, maklum sebelumnya aku jarang keluar rumah.
“Eh Mbak Fani, dari mana mbak? Tadi pagi-pagi kelihatannya Mbak Fani sudah keluar rumah!" tanya Bu Tati yang masih terus melanjutkan aktivitasnya menyapu teras rumahnya.
"Bu Tati, boleh kita ngobrol sebentar? Ada waktu tidak Bu?" Tanyaku tanpa basa-basi.
Bu Tati segera meletakkan sapunya dan kemudian melangkah mendekatiku yang kini berdiri di depan rumahnya, tanpa mempersilahkan aku masuk.
“Mau ngobrol apa Mbak? Tapi aku tidak bisa lama-lama lho ya, di dalam aku lagi masak takut gosong!“ ujar Bu Tati.
"Tidak lama kok Bu, Saya cuma mau tanya, sebelumnya, maksud saya sebelum saya tinggal di sini bersama Mas Roni, Apakah ada perempuan lain yang pernah datang ke sini ataupun yang Ibu tahu dia memiliki hubungan dengan Mas Roni?“ Tanyaku to the point.
Aku tidak mau lagi banyak basa-basi, sekarang waktunya aku untuk menyelidiki kebenaran yang selama ini selalu membuatku bertanya-tanya.
“Tumben Mbak Fani tanya begitu, Memangnya Mbak Fani sudah tidak percaya sama Bang Roni lagi ya?“ tanya Bu Tati seolah dia mengejekku.
“Ya pokoknya Bu Tati jawab saja, kalau memang ada sesuatu yang bu Tati tahu, kenapa ibu harus menyembunyikannya pada saya?“ tanya ku balik.
Bu Tati tertawa mendengar pertanyaanku, entah apa yang dia tertawakan sepertinya pertanyaanku bukanlah pertanyaan yang lucu.
“Mbak Fani, sebenarnya saya dan ibu-ibu di sekitar tempat ini tuh tahu siapa bang Roni, tapi maaf Mbak, saya tidak bisa kasih informasi apapun, karena .....” Bu Tati tiba-tiba menghentikan perkataannya.
“Karena apa Bu? Karena ibu takut kalau Mas Roni tahu kalau ibu yang memberitahukan pada saya, maka Mas Roni akan menegur ataupun memarahi ibu?" tebakku sambil menatap Bu Tati yang seolah berbelit-belit memberikan keterangan.
Bu Tati nampak terdiam beberapa saat lamanya, dia seperti sedang berpikir sesuatu.
“Gini deh Mbak, kalau saya beritahu sesuatu jangan bilang sama Bang Roni kalau sumbernya dari saya ya, karena saya tidak mau kalau bang Roni menegur saya, Apalagi menyalahkan saya!" Kata Bu Tati.
“Iya Ibu tenang saja, saya tidak akan memberitahukan pada Mas Roni kalau Ibu sudah memberikan saya informasi!" sahutku cepat.
“Jadi begini Bu, ya ampun! Masakanku!“ seru bu Tati, kemudian langsung buru-buru masuk ke dalam rumahnya, Karena Dia teringat sedang memasak di dapur.
Aku membuang nafasku kesal, Kemudian aku pun segera pergi dari rumah Bu Tati pulang kembali ke rumahku, rasanya ingin sekali merebahkan tubuhku karena lelah, Nanti sore saja aku akan keluar lagi mencari informasi mengenai Mas Roni.
Setelah masuk ke dalam rumah, aku pun kemudian langsung merebahkan tubuhku ke kamar, aku sedikit mengabaikan perutku yang mulai terasa lapar karena hari memang sudah menjelang siang.
Rasanya ingin sekali bertanya langsung pada Mas Roni, dan memaksanya untuk mengakui semua kebohongannya padaku, dan apa sebenarnya maksud dia menikahiku.
Tapi aku berpikir, kalau aku bertanya langsung padanya, dia pasti akan mencari cara untuk berkelit dan berbohong lagi padaku, dan itu akan membuat aku semakin emosi, apalagi aku belum dapat bukti apapun.
Lebih baik pelan-pelan saja aku cari informasi tentang dirinya, mungkin memang benar apa yang dikatakan orang-orang, aku memang tidak terlalu mengenal siapa suamiku, karena perkenalan kami pun sangat singkat dan aku pun terlalu percaya pada semua ucapan dan Janji Manis Mas Roni padaku.
Tanpa terasa air mataku menetes, selama ini aku memang tidak terlalu mempercayai yang namanya laki-laki, tapi ketika aku bertemu dan berkenalan dengan Mas Roni semua pertahananku seolah luntur, dia begitu lembut dan kata-katanya selalu meyakinkan aku sehingga aku jatuh cinta padanya dan memberikan hatiku seutuhnya padanya.
Mungkin benar kata orang, kalau cinta itu buta, tanpa melalui proses yang panjang aku begitu saja bisa menerima lamaran Mas Roni dan menyerahkan diriku untuk dinikahinya.
Tiba-tiba terdengar suara ponselku berdering, aku melirik sekilas, rupanya Mas Roni meneleponku, tumben sekali dia meneleponku, biasanya dia Jarang memberi kabar padaku apalagi saat dia di toko, dengan alasan sibuk.
Aku mengusap air mataku, rasanya aku memang harus berpura-pura di depannya, sampai semua kebenaran ini terkuak.
"Halo Mas!” sapaku ketika mengusap layar ponsel panggilan dari mas Roni.
“Dek Kamu di mana sekarang? Tadi Edi menelpon Mas, katanya kamu main ke rumahnya, Kenapa kamu tidak bilang Mas kalau kamu mau ke rumahnya? “ tanya Mas Roni.
Ternyata Edi memberitahukan pada Mas Roni kalau aku datang ke rumahnya tadi, Kenapa Edi memberitahukan Mas Roni?
Tapi mungkin itu adalah hal yang wajar, walau bagaimana kan aku ini istrinya Mas Roni, wajar kalau Edi memberitahukan kakaknya kalau istrinya datang ke rumahnya.
“Aku bosan di rumah Mas, lagi pula aku pengen banget ngobrol sama istrinya Edi, Biar gimana kan itu adalah saudara kita yang terdekat!" Jawabku memberi alasan.
“Ya Tapi kamu bisa kan menunggu Mas untuk datang sama-sama ke rumah Edi, tidak mengambil inisiatif sendiri, terus sampai jam berapa tadi di rumah Edi dan apa saja yang kalian obrolkan?“ tanya Mas Roni.
Dari nada suaranya, sepertinya Mas Roni agak sedikit khawatir saat dia tahu aku main ke rumah Edi, Apa mungkin dia takut kebohongannya selama ini terbongkar?
Apalagi soal pakaian wanita itu, aku harus bersandiwara di hadapannya, karena sepertinya Diah istrinya Edi juga bisa dipercaya.
“Mas, aku tidak banyak mengobrol dengan Edi, kan dia sibuk di bengkel, Aku ngobrol dengan Diah, ya cuma seputar rumah tangga saja kok, apalagi kan Diah sedang hamil mana tahu nanti aku hamil aku bisa banyak Konsultasi sama dia!“ jawabku.
"Oh, ya sudah tidak apa-apa kalau cuma sekedar ngobrol, tapi mas minta Jangan terlalu sering main ke sana ya, jangan juga mengobrol dengan tetangga, kamu tahu sendiri kan kalau tetangga itu suka bergosip dan bergunjing, Mas tidak mau kalau kamu ikut-ikutan!“ ungkap Mas Roni.
"Iya Mas!” sahut ku singkat.
Aku tahu Mas Roni melarangku untuk main ke rumah Edi dan mengobrol dengan tetangga Karena Mas Roni takut aku akan mengetahui kebohongannya selama ini, dan menguak Rahasianya yang selama ini dia tutupi dariku, tapi lihat saja, Aku bukan wanita yang bodoh yang mau begitu saja dibohongi dan dipermainkan olehnya, mulai sekarang aku akan bersandiwara dan mengikuti setiap permainannya.
"Ya sudah kalau begitu Mas lanjut lagi kerja ya, Kamu baik-baik di rumah dek, kalau lapar pesan di online saja tidak usah beli makanan di luar, tidak higienis, lebih baik pesan online saja ya!“ kata Mas Roni yang kemudian langsung mengakhiri panggilan teleponnya.
Aku kembali memeluk gulingku dan bertekad nanti sore aku akan keluar mencari tahu kebenaran tentang Mas Roni, aku menguap beberapa kali karena sangat lelah dan mengantuk dan akhirnya aku pun terbang ke alam mimpi.
Bersambung...