Menutupi jati dirinya sebagai pemimpin dari dunia bawah yang cukup ditakuti, membuat seorang Kenzo harus tampil dihadapan publik sebagai CEO dari perusahaan Win's Diamond yang sangat besar. Namun sikapnya yang dingin, tegas serta kejam kepada siapa saja. Membuatnya sangat dipuja oleh kaum wanita, yang sayangnya tidak pernah ia hiraukan. Dengan ditemani oleh orang-orang kepercayaannya, yang merupakan sahabatnya juga. Membuat perusahaan serta klan mereka selalu mencapai puncak, namun Kenzo juga hampir setiap hari menjadi sakit kepala oleh ulah mereka.
Hingga pada akhirnya, Kenzo bertemu dengan seorang wanita bernama Aira. Yang membuat hidupnya berubah begitu drastis, bahkan begitu memujanya sampai akhirnya Aira harus pergi dari kehidupan Kenzo dan membawa dua darah daging yang tidak ia ketahui.
Bagaimana kehidupan Kenzo saat kepergian Aira dari kehidupannya serta mengetahui darah dagingnya tumbuh dan hidup dan menjadi anak yang sangat berpengaruh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BMr.K 35.
Ketika berada di perusahaan, Kenzo pun merasakan sesuatu hal yang tidak enak dan menganggu fokusnya untuk bekerja. Pikirannya selalu tertuju pada Aira, dimana ia teringat akan keadaan istrinya itu saat ia tinggalkan dalam kondisi yang begitu sangat lemah.
"Tuan, rapat akan segera dimulai." Sarah memberikan Kenzo aba-aba untuk segera menuju ruang rapat.
"Dimana Ansel?" Kenzo mencari keberadaan orang kepercayaannya tersebut.
"Tuan Ansel sudah berada disana, tuan. Ada klien kita yang mengajukan beberapa gugatan dan protes terhadap pengerjaan proyek di daerah hijau." Sarah membawa beberapa berkas yang diperlukan untuk rapat tersebut.
"Daerah hijau? Ada apa lagi." Kening Kenzo nampak berkerut saat mendengar pemaparan dari Sarah.
Pembangunan proyek lahan hijau yang dilakukan Kenzo dengan salah satu perusahaan besar mendapati gugatan dan juga protes, namun laporan yang selama ini Kenzo terima baik-baik saja dan tidak ada kekurangannya. Dnegan anehnya, secara tiba-tiba masalah itu datang.
Langkah kaki Kenzo semakin cepat saat memasuki ruang rapat, dimana disana sudah berkumpul para pihak investor dan juga para klien yang berkaitan dalam berbagai proyek yang ada. Tak lupa karyawan yang bertanggung jawab dalam proyek tersebut ikut hadir disana, mereka mendengarkan keluhan maupun tanggapan terhadap pengerjaan proyek yang ada.
Saat Kenzo menduduki kursinya, Ansel mempercepat untuk menghampirinya dan meletakkan berkas yang cukup penting dihadapan Kenzo. Rapat pun dimulai dengan tatapan tajam seorang Kenzo terhadap berkas yang diberikan Ansel padanya, sejenak ia menutup kedua matanya dan kembali fokus pada rapat tersebut.
"Setiap kendala yang ada, bisa kalian sampaikan kepada pihak kami. Akan tetapi, jika aku menemukan kecurangan dan kelicikan yang kalian lakukan. Maka, aku tidak akan memberikan ampunan sedikitpun." Tegas Kenzo yang dimana kepalanya mulai berdenyut tidak terkendali.
"Bagaimana kami bisa menyampaikannya, jika perusahaan ini saja tidak mau bekerjasama dengan baik." Cetus salah satu klien.
"Benar sekali, proyek yang ada sudah terkendala sangat lama. Namun tidak sedikitpun kalian menanggapinya, pembangunan yang mestinya hampir rampung. Dan kini, malah tidak berjalan sama sekali." Sahut klien yang lainnya.
Dari salah satu sudut sisi ruangan tersebut, terdapat seorang pria yang mengukirkan senyumannya dengan begitu lepas. Seakan-akan saat itu ia sedang menikmati kegaduhan dalam ruang rapat tersebut, pria itu adalah utusan dari orang yang merasa tersakiti oleh sikap Kenzo terhadap pengerjaan dari proyek yang ada.
"Proyek hijau akan kami hentikan." Pria itu berdiri dan menyampaikan keputusan dari perusahaannya.
Sontak saja hal itu membuat Kenzo dan Ansel melebarkan kedua matanya yang tajam pada pria tersebut, dimana proyek hijau merupakan hal yang snagat penting. Maka terjadilah saling lempar adu pendapat dan juga protes disana sini, namun Kenzo berusaha untuk tenang dalam menghadapi situasi saat itu.
"Apa yang menjadi kendala kalian?" Kenzo mempertanyakan hal menjadi topik permasalahan yang ada.
"Semua yang menjadi kendalanya, sudah kami berikan pada anda tuan. Silahkan anda mempertimbangkannya atau kami akan menghentikan pengerjaan proyek hijau ini." Pria tersebut pamit undur diri, meninggalkan ruang rapat begitu saja tanpa berpamitan.
Kepalan kedua tangan Kenzo terlihat, dirinya berusaha untuk menahan semua luapan emosi yang kini siap meledak kapan saja. Bahkan Ansel sudah menandai utusan dari perusahaan rekan kerja mereka itu, dan seketika saja pertemuan tersebut pun berakhir.
"Cari tahu semuanya Sel, aku tidak akan mengampuni mereka yang sudah berbuat kotor. Aaarg!" Kenzo berteriak dan kembali ke ruangannya dan mengerang.
Ansel bergerak menghubungi Andre untuk mencari dan mendapatkan apa yang di inginkan oleh Kenzo, dan dari dalam ruang kerjanya. Tubuh Kenzo hampir saja terhempas akibat kepalanya yang terus berdenyut dengan begitu hebatnya, jika bukan berada di perusahaan. Maka sudah dapat dipastikan pria tersebut sudah berakhir tragis, Kenzo tidak akan memberikan ampunan kepada orang yang berbuat curang kepadanya.
"Ada apa? Tidak biasanya dirimu seperti ini." Ansel masuk ke dalam ruangan tersebut dan mendapati Kenzo yang berbeda dari biasanya.
"Entahlah, kepalaku terasa begitu sakit sejak tadi." Jawab Kenzo sambil menyandarkan tubuhnya di sofa dan memejamkan kedua matanya.
Sebelum tiba diruangan tersebut, Ansel mendapatkan telfon dari paman Fred. Informasi tersebut harus segera ia sampaikan, jika tidak ingin melihat Kenzo mengamuk.
"Kita akan ke rumah sakit, sekarang." Ucapan tegas Ansel kepada Kenzo.
"Aku hanya butuh istriku, hanya dia obatnya. Tidak perlu ke rumah sakit, antar aku pulang saja. Sudah aku bilang, membuka perusahaan hanya akan membuat kepalaku sakit." Kenzo selalu beralasan seperti itu, dimana dirinya sangat malas untuk mengurus perusahaan yang banyak sekali rintangannya.
"Diam dna menurutah, Zo. Aira dilarikan ke rumah sakit, paman memberitahuku sebelumnya." Ansel sunggyyh sangat malas untuk berdebat dengan Kenzo dan memilih langsung menyampaikan informasi itu.
"Apa! Kenapa? Antar aku kesana, ayo cepat Sel." Kenzo beranjak dari duduknya dan bergegas menarik Ansel untuk segera ke rumah sakit.
Seketika denyutan dikepala Kenzo menghilang, tergantikan dengan rasa khawatir yang cukup besar akan keadaan sang istri. Disepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit, Kenzo tak henti-hentinya mengumpat Ansel yang begitu lamban memberitahukan kepadanya.
"Kenapa kamu baru memberitahukannya padaku, Ansel!" Bentak Kenzo atas keterlambatan Ansel memberitahu dirinya.
"Cerewet sekali, aku saja baru mendapatkan telfon dari paman saat akan masuk ke dalam ruangnmu. Sudah diamlah, kepalaku pusing mendengarkan ocehanmu itu." Ansel merasa kesal pada Kenzo.