NovelToon NovelToon
KETIKA SECUIL CINTA TUMBUH

KETIKA SECUIL CINTA TUMBUH

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Wanita Karir
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: julius caezar

Riana, seorang CEO wanita yang memegang kendali beberapa perusahaan, bertemu dengan Reyhan, anak muda yang masih sangat....sangat idealis, dengan seribu satu macam idealisme di kepalanya, pada sebuah pesta ulang tahun anak Pak Menteri. Keduanya harus berhadapan dengan wajah garang ibu kota dan menaklukkan ganasnya belantara Jakarta dengan caranya masing masing. Bisnis, intrik dan perasaan bergulung menjadi satu. Mampukah keduanya? Dan bagaimanakah kelanjutan kisah diantara mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julius caezar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21 : MENYELIDIKI

Malik Setiabudi terkejut dengan jawaban spontan Riana. Riana agak malu karena secara refleks ia langsung menyangkal ucapan anak buahnya itu. Tapi sudah terlanjur. Apa boleh buat!

    "Tidak mungkin, Pak Malik. Tidak mungkin Reyhan! Ia bukan pemain di kelas ini." Maunya Riana bilang 'bukan tipe Reyhan untuk melakukan hal serendah ini". Tapi ditahannya. Nanti akan timbul pikiran macam macam. Ayahnya saja demikian mengagumi Reyhan. Dan penilaian ayahnya jarang sekali salah.

    "Ya, Bu. Tadi saya juga mau bilang tidak mungkin Reyhan yang punya Angkasa Bersuara itu. Seperti ditulis, RH atau Reyhan ini adalah pembuat stiker, poster dan kaos yang dijual di jalanan. Masa Ibu pernah berdua dua dengan pembuat stiker jalanan? Kalau dengan Denny dari Bright Hope lebih masuk akal. Saya masih bisa percaya. Punya level dan posisi yang setara dengan Ibu. Tapi tidak dengan pembuat kaos sablonan. Maaf saya berterus terang lagi."

    Riana mengerutkan keningnya. Agak sulit untuk menjelaskan siapa Reyhan yang sebenarnya. Mana ia juga masih belum mengetahui dengan jelas latar belakangnya. Semua yang diketahuinya tentang Reyhan juga masih samar. Keterangan tiap orang berbeda satu sama lain. Dan sulit dihubungkan satu sama lain karena memang tidak ada yang sama.

    Tidak salah kalau Malik hanya mengikuti opini yang dibentuk oleh pemberitaan pagi ini.

    "Bukan tidak mungkin kalau ini komplotannya Bright Hope."

    "Rasanya juga tidak masuk akal. Bukankah Pak Miko adalah teman dekat Ibu?"

    "Kemarin mereka datang ber empat ke rumah saya. Mau join. Kata mereka sebelumnya mereka yang akan menangani proyek ini tapi lalu dibatalkan dan dikembalikan kepada kita. Tidak masalah buat mereka, tapi mereka minta bagian dengan cara join dengan kita."

    "Masa sampai sedemikian? Mestinya Pak Miko bisa menyampaikannya langsung kepada Ibu mengingat selama ini beliau adalah teman baik."

    "Dalam bisnis, segala sesuatu bisa saja terjadi. Juga diantara teman baik. Seperti yang Pak Malik katakan....."

    Riana mengambil ponselnya dan memutar nomor Miko.

    "Ya, Ria. Tumben........." Suara Miko. Agak gugup.

    "Aku sudah baca karyamu, Mik..... Bagus juga. Rupanya kamu ada bakat jadi penulis. Tapi aku benar benar muak."

    "Ria....... Ini bukan kemauanku."

    "Kamu ternyata terlalu pengecut untuk mengakui, Mik. Sungguh, aku menyesal sekali telah menganggapmu sahabat dekat selama ini. Kamu benar benar telah menghancurkan persahabatan kita."

    "Terima kasih atas pemberitahuanmu, Ria......"

    "Terima kasih juga. Aku jadi tahu, siapa kamu Mik."

    Riana menutup telepon.

    Lalu kepada Malik, Tiana menjelaskan semua yang dia ketahui. Mulai dari pesta ulang tahun yang dikemas dalam bentuk business lunch di The Rich Palace Resto di mana Reyhan alias Max menyusup. Sampai kepada Diandra, peringatan, kemarahan, pembatalan, penunjukan kembali dan kemarahan Miko, Denny dan dua orang temannya. Tidak ada yang ditutupi. Agar Malik tidak berpikir negatip tentang dirinya.

    "Kalau cerita itu bisa dipercaya, siapa sebenarnya Reyhan itu, Bu?"

    "Itu yang harus kita ketahui, Pak Malik. Saya cuma tahu dia bekas sopir Ibu Menteri dan sekarang adalah pemilik kios Angkasa Bersuara serta pembuat stiker, poster dan kaos jalanan yang digemari para remaja dan anak anak. Lebih dari itu, saya tidak tahu. Apalagi suratnya kepada Diandra mampu membalikkan keadaan dalam sehari. Masa iya, bekas sopir sampai mampu mengubah pendirian Pak Menteri?"

    "Kalau Ibu Riana, izinkan, saya akan coba menyelidikinya. Bagaimana, Bu?"

    "Iya. Rasa rasanya Pak Malik memang perlu turun tangan sendiri. Supaya masalah ini jadi terang benderang bagi kita semua."

    Malik Setiabudi berdiri.

    "Terima kasih Bu. Maafkan kalau sebelumnya saya mempunyai pikiran yang kurang baik tentang Ibu."

    Riana tersenyum. Sedikit meringis.

    "Dalam bisnis, bukankah pikiran yang berjaga jaga selalu diperlukan?"

    Malik mengangguk, lalu meninggalkan ruangan bos nya. Lewat ponselnya, ia memanggil sopirnya.

    "Kemana Pak?" tanya sopirnya.

    "Kantor Angkasa Bersuara. Saya belum pernah ke sana. Bapak tahu alamatnya?"

    "Angkasa Bersuara? Hampir semua sopir, remaja dan anak anak pasti tahu, Pak. Mungkin hanya warga pendatang yang belum lama tinggal di Jakarta yang tidak tahu, Pak." Sopir itu tersenyum.

    "Oh ya? Sedemikian terkenalnya si Reyhan itu."

    "Anak anak dan remaja sangat menyukai karyanya, Pak. Dan orang tua seperti saya ini sering jadi korban diminta tolong oleh anak saya untuk memesan atau mengambil pesanannya. Jadi pasti tahu alamatnya."

    "Apa yang membuat mereka menyukainya?"

    "Tidak tahu pastinya, Pak. Kalau kaos, pasti ada nomor urut produknya. Kalimat kalimatnya dianggap cocok menyuarakan suara remaja saat ini. Terima pesanan juga. Padahal kalau barang barang asesoris juga banyak dijual di tempat lain. Tapi yang punya Reyhan ini, kalau yang khusus khusus gitu selalu ada tanda tangan bang Reyhan atau nomor urutnya, sehingga pasti tidak ada kembarannya. Mungkin itu Pak."

    "Oke kalau demikian kita kesana." Sopir iru mengangguk mengerti.

    Tetapi sesampainya di deretan kios tempat Angkasa Bersuara berkantor, Reyhan masih sedang tidur. Sudah ada beberapa wartawan yang menunggunya. Malik terpaksa juga ikut menunggu sesuai gilirannya. Seperti Riana, ia terpaksa kepanasan. Untungnya, profesinya sebagai Direktur Marketing membuatnya terbiasa bekerja di lapangan, bahkan di bawah terik matahari bila diperlukan.

    "Bapak dari perusahaan ANAS?" Seseorang menyapanya. Malik menoleh. Tapi tidak mengenal orang tersebut. Perusahaan ANAS? Perusahaan apa itu. Namanya saja baru kali ini dia dengar.

    "Maaf, anda siapa ya?" Malik balik bertanya. Ia tidak ingin langsung menjawab pertanyaan dari orang yang tidak dikenalnya. Pengalaman mengajarkan agar ia selalu berhati hati bila disapa seseorang yang tidak dikenalnya.

    "Saya wartawan, Pak." Orang itu menjawab dengan bangga.

    "Kompas?"

    "Bukan Pak. Dari harian Z," katanya menyebutkan nama koran yang sejenis dengan koran yang memuat berita menghebohkan pagi ini.

    Ternyata sama sama koran gosip. Yang lagi cari duit, gumam Malik dalam hati.

    "O...saya pikir dari Kompas, Bang," katanya menyindir. Hatinya masih jengkel dengan pemberitaan yang menyudutkan perusahaannya pagi ini.

    Orang yang disapanya tersenyum kecut. Kebanggaannya langsung melorot ke bagian paling dasar.

    "Bukan, Bang. Saya bukan dari perusahaan ANAS. Perusahaan apa itu? Namanya juga baru hari ini saya dengar. Saya datang kemari untuk meminta nomor yang jitu. Dengar dengar di sini ada kode yang jitu. Apakah benar?"

    "Nomor? Buat apa, Pak?"

    "Saya ikut undian berhadiah puluhan juta. Tapi sebelumnya saya harus membeli kupon dan menebak nomor yang keluar. Nomor yang keluar ada yang cuma terdiri dari dua nomor, empat nomor, enam nomor sampai sepuluh nomor. Semakin banyak nomornya, semakin besar hadiahnya bila cocok. Anda mau ikut? Kuponnya agak mahal, lima puluh ribu sampai dua ratus lima puluh ribu harganya, tergantung berapa jumlah angkanya. Kalau cuma dua angka ya dua ratus lima puluh ribu, kalau sepuluh angka cuma lima puluh ribu. Tapi kemungkinannya juga makin kecil. Tidak banyak yang ikut karena kuponnya termasuk mahal, jadi kemungkinan menang lumayan besar. Makanya saya datang kesini." Malik berpromosi. Cocok dengan jabatannya sebagai Direktur Marketing.

    Malik yang sudah demikian hati hati tidak menyadari justru kalimatnya itu yang menjadi bahan utama penulisan koran gosip sejenis, bahwa Reyhan adalah juga ahli ramal nomor jitu.

    Yang membuat Malik hampir sakit jantung adalah bahwa potretnya dipasang gede, dengan keterangan bahwa ia adalah salah satu klien Reyhan yang sedang meminta ramalan nomor undian berhadiah yang bakal keluar.

    Berita itu berjajar dengan berita lanjutan mengenai pengusaha wanita R yang membuat negara berpotensi menderita kerugian miliaran rupiah.

1
Nay'anna
lanjutannya mana kak
aca
lanjut kan
aca
Q kasih giv bunga
julius: terima kasih kak
total 1 replies
aca
masih penasaran rehan siapa
julius: lanjut baca terus ya kak 🙏🙏🙏
total 1 replies
aca
lanjuttt baca
Griselda Nirbita
siapakah Rayhan??? jadi penasaran
julius: Sabar kak. Pelan pelan makin jelas kok 🙏
total 1 replies
Griselda Nirbita
aku mampir kak... semangat
julius: Terima kasih dukungannya kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!