WANITA BARBAR ITU ISTRIKU

"Gila juga ya istri si Arvan itu, aku fikir dia bakalan takut aku ancam, eh.. Ternyata malah balik ngancam.! Ucap Erika pada dirinya sendiri, seolah sangat kesal dengan Vanny yang dia anggap saat ini adalah musuh yang harus di musnahkan.

Erika masih sangat yakin jika Arvan masih mencintainya. Dia akan terus berjuang mendapatkan Arvan bagai manapun caranya. Tapi dia sedikit khawatir, ternyata Vanny bukanlah wanita yang lemah seperti yang dia kira. Dia bahkan mengira bahwa Vanny akan sangat mudah dia tindas, seperti kebanyakan istri sah lainnya diluar sana, yang hanya bisa menangis saat di suaminya memiliki wanita lain. Tapi ternyata Vanny bukanlah seorang istri melankolis, melainkan seorang istri yang barbar dan pemberani.

"Vanny lihat saja nanti..! Kau akan aku buat menangis darah. tidak akan aku biarkan hidupmu tenang. Kelihatannya aku harus lebih licik untuk menghadapimu." Ucap Erika dalam hati dengan seringai liciknya.

Arvan kelihatan sangat sibuk dikantornya, rapat tahunan yang di adakan sudah rampung dan terlaksana dengan baik.

"Dimana Vanny sekarang, apa saja yang dilakukan wanita itu ketika aku sedang di kantor."? Tanya Arvan dalam hatinya.

Seakan tersadar dari lamunannya, Arvan langsung merutuki fikirannya sendiri. Dia secara tak sadar sedang memikirkan Vanny. Bagaimana mungkin dia memikirkan seorang Vanny yang dia anggap sebagai benalu dan pembawa sial dalam hidupnya. Seharusnya dia menganggap segala hal tentang Vanny tidak lah penting dan bukan sesuatu yang harus ia fikirkan.

Erika memberanikan diri untuk menemui Arvan dikantornya. Dia ingin hubungannya dengan Arvan kembali seperti dulu. Walaupun harus menjadi pelakor dan perusak rumah tangga orang.

"Siang bu..! Ada yang bisa saya bantu." Ucap seorang resepsionis yang bekerja di perusahaan Arvan.

"Saya mau bertemu dengan pak Arvan yang merupakan CEO di perusahaan ini."

"Baik saya hubungi dulu Pak Arvan."

Setelah resepsionis menghubungi Arvan, jika ada yang ingin bertemu dengannya dengan atas nama Erika. Arvan pun menyuruh resepsionis itu untuk memberitahukan pada Erika, agar ia segera masuk saja ke ruangannya.

"Bu, kata pak Arvan anda segera saja masuk keruangan pak Arvan." Ucap Resepsionis itu.

Erika pun segera pergi menuju ruangan khusus CEO. Di ruangan itu dulu dia sering mengunjungi Arvan ketika sedang bekerja. Arvan tidak akan pernah keberatan jika Erika datang ke ruangannya sesibuk apapun dia. Arvan akan merasa senang dan bersemangat jika Erika menemainya di kantor. Begitu besarnya cinta Arvan pada Erika, sehingga tidak jarang Erika merasa terkekang dengan sikap posesif Arvan pada dirinya.

"Hai Arvan, bolehkah aku masuk.?" seketika Erika sudah berada dalam ruangannya, setelah pintu ruangan Arvan dibuka oleh pengawal yang berjaga di depan pintu ruangan CEO.

"Silahkan masuk." Ketus Arvan

"Arvan, apa aku mengganggu pekerjaanmu.? Tanya Erika dengan penuh hati-hati.

"Tidak begitu menganggu, kenapa kamu menemuiku, ada hal yang ingin kau bicarakan.? Tanya Arvan dengan dinginnya.

"Aku tadi menemui istrimu di apartemen."

"Apa..? Kau menemui Vanny.? Apa yang kau katakan Padanya.?. Ucap Arvan seolah terkejut jika Erika berani menemui Vanny di apartemennya.

"Aku tidak mengatakan apa-apa, aku hanya ingin berteman dengannya. Tapi respon istrimu sagat lah buruk. Dia tidak ber etika saat menerima tamu. Bagai mana bisa kau menikahi wanita kelas rendahan seperti itu..? Ucap Erika dengan lancangnya.

Arvan tidak habis fikir dengan Erika yang lancangnya datang ke apartemen untuk menemui Vanny, jelas-jelas Vanny tidak lah sewaras itu jika berhadapan dengan orang-orang yang berani menganggu ketenangannya. Dia pun menduga jika Erika telah kena mental berhadapan dengan Vanny.

"Lain kali kau jangan menemui Vanny. Lagian untuk apa kau berteman dengannya.?" Ketus Arvan pada Erika.

"Aku hanya ingin mengenal perempuan yang telah lancang mengambilmu dariku." Jawab Erika dengan tidak tau dirinya.

"Sebenarnya apa mau mu Erika.?"

"Aku mau kau kembali... Arvan.! aku mohon kembalilah padaku. Jika aku harus menjadi simpananmu pun aku rela." Ucap Erika dengan memasang wajah sedihnya.

Arvan benar-benar tidak menyangka jika Erika akan senekat ini. Seandainya dulu Erika tidak meninggalkannya, mungkin dia dan Erika sudah sangat bahagia. Dia pun tidak akan terjebak dengan pernikahan kontraknya dengan Vanny.

Takdir seolah mempermainkan hatinya. Wanita yang sangat dia cintai sangat tega pergi meninggalkannya dan mengkhianatinya. Dia memang hanya melakukan pernikahan kontrak bersama Vanny, namun dia tak yakin akan bisa menerima kembali Erika. Walaupun tidak dipungkiri Erika masih bersemayam di hatinya.

"Erika... semua tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kau yang mengkhianatiku, kau hancurkan perasaanku yang begitu dalam terhadapmu. Hatiku terlanjur sakit... Aku akui jika aku memang masih memiliki rasa cinta padamu, tapi aku juga tidak bisa memaafkan pengkhianatanmu." Ucap Arvan dengan lugasnya seolah ia meluapkan isi hatinya selama ini.

Erika pun terdiam, mulut nya seakan terkunci. Dia tidak sanggup lagi berkata apapun. Perkataan Arvan sangatlah menyakitkan untuknya. Ternyata Arvan begitu hancur setelah dia tinggalkan. Belum lagi Arvan juga telah mengetahui pengkhianatan yang dia lakukan. Dia sangat merasa bersalah. Namun hati Arvan sudah terlanjur hancur berkeping-keping. Bagai mana mungkin ia bisa menyatukan kembali kepingan-kepingan itu.

"Arvan, bisa kah aku menyembuhkan luka hatimu.? Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu lagi dan aku juga tidak akan menghianatimu." Ucap Erika dengan memohon-mohon pada Arvan.

"Tapi sayangnya aku bukan lah orang yang pemaaf. Sebesar apapun cintaku padamu, tidak akan pernah menghilangkan ingatanku tentang pengkhianatanmu. Erika.. mungkin aku masih menjaga cintaku yang sulit untuk berpaling, dan kini pun aku hanya mencoba untuk melanjutkan hidup. Aku dan Vanny memang tidak di dasarkan cinta. Tapi akan aku buktikan jika aku mampu setia, meski tidak mencintainya." Ucap Arvan dengan tegas.

Erika kembali terdiam, perkataan Arvan seolah telah menampar keras harga dirinya. Bagi Arvan kesetiaan lebih penting dari cinta.

"Pulang lah Erika, hari sudah sore, Aku pun akan segera pulang ke apartemenku. Disana Vanny telah menungguku." Ucap Arvan seolah mengusir Erika secara halus.

Erika pun kembali dengan hati yang sangat hancur. Air matanya mengalir begitu saja, dia tak menyangka seorang Arvan yang nyatanya masih mencintainya namun juga sangat membencinya.

Arvan bukan lah laki-laki yang mudah untuk jatuh cinta. Sekali dia cinta, akan dia jaga meskipun nyawanya menjadi taruhan. Lain halnya dengan pengkhianatan, sebesar apapun cintanya tidak akan membuat ia membenarkan apalagi kembali dengan seseorang yang telah jelas-jelas mengkhianatinya.