NovelToon NovelToon
Once We Get Divorce

Once We Get Divorce

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Berbaikan / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:317.1k
Nilai: 4.5
Nama Author: desih nurani

Caca dan Kiano memutuskan untuk bercerai setelah satu tahun menikah, yaitu di hari kelulusan sekolah. Karena sejak pertama, pernikahan mereka terjadi karena perjodohan orang tua, tidak ada cinta di antara mereka. Bahkan satu tahun bersama tak mengubah segalanya.

Lalu bagaimana ceritanya jika Caca dinyatakan hamil setelah mereka bercerai? Bagaimana nasib Caca selanjutnya? Mampukah ia menjalani kehamilannya tanpa seorang suami? Dan bagaimana reaksi Kiano saat tahu mantan istrinya tengah mengandung anaknya? Akankah ia bertanggung jawab atau justru sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 35

"Caca belum bangun?" Tanya Ferry saat melihat Tias datang sendirian ke dapur.

Tias menarik kursi lalu duduk di sana. "Belum, tadi malam dia gak bisa tidur karena perutnya mulas."

Ferry menatap istrinya bingung. "Mulas gimana?"

"Ya gitu, penyakit bumil." Jawab Tias apa adanya seraya mengambil roti panggang. "Rencana hari ini aku mau bawa Caca ke rumah sakit buat periksa."

Ferry mengangguk paham. "Apa gak sebaiknya kita bawa aja Caca pulang ke rumah?"

Tias menghela napas. "Caca gak akan mau, Mas. Kayak gak tahu aja anak kamu itu keras kepala. Paling nanti aku yang sering-sering datang ke sini."

Ferry pun mengangguk lagi. Lalu Tias menatap suaminya lekat. "Kamu ngomong apa sama Kiano semalam, Mas?"

"Cuma ngasih dia peringatan."

Kening Tias mengerut. "Peringatan gimana? Kamu minta dia jauhin Caca, Mas?"

Ferry melirik istrinya sekilas. "Hm." Sahutnya kemudian.

"Mas, gak gitu juga dong. Gimana kalau anak-anak sama-sama pengen balikan?" Protes Tias merasa tak setuju dengan suaminya itu.

"Kalau dia bener-bener mau perjuangin Caca, dia gak akan peduli sama ancamanku, Tias."

Tias menghela napas kasar. "Mas, mereka itu masih muda banget. Wajar kalau pikirannya masih pada labil, dulu kita yang maksa mereka buat dewasa."

"Kita lihat aja apa dia berani datang."

Belum satu menit Ferry bicara, terdengar suara bel pintu. Sontak Ferry dan Tias pun saling melempar pandangan.

"Itu pasti dia, berani juga tu anak." Ferry mendengus sebal.

"Biar aku yang tengok." Tias bangkit dari duduknya lalu beranjak ke depan. Dibukanya pintu perlahan. Dan lumayan kaget karena tebakan suaminya benar, Kiano berdiri di depannya dengan sebuah paper bag ditangannya.

"Kiano, ada apa?" Tanya Tias penasaran.

"Aku buatkan sarapan untuk Caca, Ma. Boleh minta tolong kasihkan?" Pinta Kiano seraya memberikan paper bag itu pada Tias.

Dengan ragu Tias pun menerimanya. "Caca belum bangun, ayo masuk dulu."

"Ah, gak usah, Ma." Tolak Kiano dengan sopan. "Kalau gitu aku pamit dulu." Pamitnya kemudian.

"Eh, tunggu No." Tias menahannya. Spontan Kiano berbalik. "Tadi malam Caca mulas-mulas, No. Makanya dia telat tidur." Ungkap Tias yang berhasil membuat Kiano terkejut.

"Rencana hari ini Mama mau bawa dia ke rumah sakit." Imbuh Tias.

"Ma, boleh Kiano aja yang bawa Caca?" Pinta Kiano dengan wajah cemasnya.

"Gak boleh." Sahut Ferry yang tiba-tiba muncul. Lelaki itu menatap Kiano tajam. "Di sini masih ada orang tuanya."

"Mas." Tias memperingati seraya memandang Kiano tak enak.

"Memangnya kamu siapa hem? Berani bawa anak saya?" Sinis Ferry.

Kiano menghela napas. "Pa, untuk kali ini aja. Aku belum pernah ikut Caca periksa kandungan." Mohonnya penuh harap.

"Enggak, Caca pergi sama saya dan istri saya." Tegas Ferry.

Kiano menatap mantan Ayah mertuanya itu penuh harap. Namun Ferry tetap tegas tak memberinya izin.

"Ka...." belum sempat Ferry bicara. Bibik datang membawa ponsel Tuannya yang terus berdering.

"Maaf, Tuan. Dari tadi ponsel Anda bunyi terus." Kata Bik Nur seraya memberikan ponsel itu pada Ferry. Buru-buru Ferry pun menerima panggilan penting itu dan menjauh dari mereka.

Tias menatap Kiano lekat. "Masuk dulu yuk." Ajaknya. Dan kali ini Kiano pun tak menolak. Keduanya duduk berhadapan di sofa.

Tidak lama Ferry pun muncul lagi. "Sayang, kayaknya kita harus pulang sekarang. Ada problem besar di perusahaan." Lalu ditatapnya Kiano dengan mata menyipit. "Kali ini saya percayakan Caca sama kamu, Kiano. Awas kalau anak saya lecet walau sedikit. Habis kamu." Kecamnya.

"Mas, kamu gak bisa pulang sendiri aja?" Tanya Tias karena ingin ikut memeriksa kandungan putrinya.

Ferry menggeleng. "Di rumah gak ada Bik Nur lagi, terus siapa yang siapin semua keperluan suami kamu ini?"

Tias menghela napas berat. "Gini nih punya suami manja, apa-apa harus disiapin." Ditatapnya Kiano lekat. "No, nanti kalau kamu jadi suami lagi. Harus mandiri ya? Jangan semuanya ngandalin istri."

Kiano tersenyum tipis seraya menatap ke arah Ferry.

"Tias." Papa memperingati istirnya itu.

"Iya iya, ya udah ayo siap-siap buat pulang. Lagian, kondisi kayak gini ada aja masalah kamu, Mas. Anak lagi butuh juga. Gak bisa apa dihandle orang lain dulu." Omel Tias bangun dari duduknya.

"Gak bisa, ini masalah genting. Kalau aku gak turun tangan bisa-bisa hancur berantakan. Mereka semua gak ada yang bisa diandalin. Ini gara-gara si Herman resign. Semuanya jadi gak terkontrol. Lagian kalau perusahaan tumbang kamu mau hidup susah?" Dumel Ferry saat keduanya bergegas ke kamar. Sedangkan Kiano cuma bisa menyaksikan itu sambil menggelengkan kepala. Namun detik berikutnya ia tersenyum dan berterima kasih pada Tuhan karena selalu memberikan kesempatan untuknya dekat dengan Caca.

Pukul sembilan lebih sepuluh menit Caca baru terbangun. Bumil itu kaget sendiri ketika melihat jam dinding karena baru kali ini ia terlambat bangun.

Caca menghela napas kasar. "Ck, aku lewatin satu mata kuliah." Dengan tak semangat ia menyibak selimut lalu turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi.

Setelah membersihkan diri, Caca pun keluar dari kamar karena merasa lapar. Namun ia merasa heran karena tak melihat kedua orang tuanya. Alhasil ia pun beranjak ke dapur.

Ketika sampai di dapur, keningnya mengerut saat terdapat salad sayur, roti panggang dan susu di atas meja makan.

"Bik." Panggilnya karena tak melihat Bik Nur juga di sana. "Pada ke mana sih orang?" Omelnya seraya menarik kursi dan duduk di sana.

Caca meraih gelas susu lalu meneguknya sedikit. Dan diwaktu bersamaan Kiano pun nongol. Hampir saja Caca tersedak saat melihat keberadaan pemuda itu.

Ditatapnya Kiano tajam. "Sejak kapan lo di sini?"

Kiano menatap Caca sambil ikut duduk di sana. "Cepet sarapan, habis ini kita ke rumah sakit."

Caca mengerutkan kening. "Mama sama Papa mana?"

"Udah pulang, tadi Papa ditelepon orang kantor katanya ada problem besar." Jawab Kiano apa adanya.

"Terus Mama juga ikut pulang?" Kiano mengangguk.

Caca menghela napas. "Pasti kerjaan terus yang jadi saingan gue." Ketusnya.

Kiano melipat kedua tangannya di meja sambil terus menatap Caca. "Gak papa, aku ada kok."

Caca mendengus sebal seraya menatap Kiano sinis. "Terus Bik Nur mana?"

"Aku suruh belanja."

"Emang lo punya duit?" Caca tersenyum remeh.

Kiano tersenyum lalu mengeluarkan semua asetnya yang pernah di sita sang Daddy. Sontak Caca kaget. "Kok bisa?"

Ya, tadi Kiano memang menyempatkan diri pergi ke perusahaan untuk menemui sang Daddy selagi Caca masih tidur.

Kiano mendengus sebal. "Udah jangan banyak ngomong, cepet makan. Kita ke rumah sakit buat cek kandungan kamu."

"Belum jadwalnya, No. Bulan depan baru jadwal gue check up."

Kiano menyentil kening Caca lumayan kencang. Spontan Caca pun memekik kesakitan. Kiano tersenyum geli. "Jangan banyak protes."

Caca bedecak sebal. "Kdrt lo." Kesalnya yang kemudian lanjut sarapan. Sedangkan Kiano cuma menonton.

Satu jam kemudian keduanya pun pergi ke rumah sakit untuk konsultasi soal kehamilan Caca.

Dokter Sarah menatap Caca penuh tanya lalu sesekali melirik Kiano.

"Mantan suami." Kata Caca yang langsun dijawab anggukkan paham oleh dokter Sarah. Dokter cantik itu tersenyum penuh arti.

"Mau balikan ya?" Tanyanya menatap mereka bergantian.

Caca langsung menoleh ke samping dan ternyata Kiano juga tengah menatapnya. Buru-buru Caca mengalihkan atensinya lagi pada sang dokter. "Enggak kok, dok. Dia cuma pengen tahu kondisi anaknya aja."

Kiano menatap Caca kecewa karena jawaban itu.

Dokter Sarah yang bisa melihat raut kecewa dari wajah Kiano pun tersenyum geli. "Balikan juga gak papa kali, Ca. Terus gimana, masih mules?"

"Dikit." Sahut Caca apa adanya. "Normal kan, Dok?"

Dokter Sarah tersenyum. "Normal kok, tubuh kamu masih menyesuaikan karena si bayi makin besar."

Caca bernapas lega, begitu pun dengan Kiano yang terlihat lega.

Dokter Sarah menatap keduanya bergantian. "Kalian masih muda banget tapi udah mau punya anak aja. Gimana perasaannya, Mas?" Ditatapnya Kiano dengan senyuman manisnya.

Refleks Caca menoleh ke arah Kiano.

Kiano tampak bingung. "Gak nyangka aja, dok. Gak kepikiran sebelumnya bakal punya anak diumur segini. Soalnya kita gak sengaja buatnya, gak inget juga gimana rasanya. Belum siap sebenarnya, tapi mau gimana lagi udah jadi." Jawabnya seraya menatap Caca.

Caca mendengus kecil. "Lo kira gue udah siap apa? Gue juga masih muda kali, masih pengen main-main." Ketusnya.

Dokter Sarah tersenyum geli melihat interaksi keduanya. "Jadi beneran kalian gak mua balikan? Saya lihat kalian serasi banget."

"Enggak." Jawab Caca cepat-cepat.

"Saya sih yes aja, dok. Kalau Cacanya mau." Jawab Kiano menatap Caca penuh arti.

"Dih, ogah. Lo deket sama gue karena diselingkuhin aja sama cewek lo itu kan? Karma lo." Ketus Caca.

"Gak gitu, Ca."

"Enggak apanya? Seandainya cewek terbaik elo itu gak ketahuan selingkuh, gue yakin lo gak akan ada di sini. Ngeselin banget jadi orang."

"Gimana kalau aku serius mau balikan, Ca?" Lirih Kiano.

"Enggak. Gue gak mau punya suami yang masih dibayangin masa lalu. Mending lo urus dulu masalah asmara lo itu sampe tuntas."

"Jadi kalau udah tuntas kamu mau balikan, Ca?"

"Enggak."

"Caca."

"Enggak ya enggak, No."

Dokter Sarah menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena menyaksikan perdebatan keduanya.

Dasar bocil. Batinnya lalu tersenyum geli.

1
Elok Pratiwi
males baca jika sudah disakiti dihina tp akhir nya balek lagi pada orang yg telah menyakiti nya
desih nurani: Mohon maaf buk, kalau memang tidak suka ya silakan jangan dibaca. Semua author juga tidak memaksa kok para readers yang tidak suka untuk stay. Tidak perlu memberikan nilai buruk untuk karya orang lain. Saya lihat Ibunya banyak menjatuhkan karya orang lain ya
total 1 replies
Esni barus
/Angry//Drool//Drool//Drool//Drool/
Yanthi Chahya Yustikarini
d lanjut ga ini naggung thor
desih nurani: Lanjut kok, sabar ya say 🥰
total 1 replies
Yanthi Chahya Yustikarini
bagus cuman naggung
Asri Yati
lanjut thor up yg banyak
desih nurani: Debanyak apa nih?
total 1 replies
Happy Kids
trs abis itu anya hamil. ah tambah ruwet hidupmi
Arman Despi
Alhamdulillah akhirnya lanjut juga😊sehat terus thor.aAq menanti kelanjutan cerita ini sampai akhir kisah Kiano n Caca🙏🏻🙏🏻🙏🏻
desih nurani: Makasih ya selalu support. Maaf selalu bikin kalian nunggu lama
total 1 replies
Sripuan
Luar biasa
Fera Susanti
kemana aja Thor??..dah mau satu tahun nech..lanjut kn cerita nya..
desih nurani: Maaf ya say, sibuk kerja jadi kadang gak sempat lagi mau nulis 🥺
total 1 replies
Fera Susanti
ini kok ga up lagi ya?..
Arman Despi
thorrr up lagi dong
Isabell Serinah
moga opa abirama restu kiano. lanjut lagi plseeee 👍
Isabell Serinah
moga opa abirama restu kiano. lanjut lagi plseeee 👍
Ica Warnita
Luar biasa
Lili Lintangraya
alhamdulillh lanjut lgi.tetp semngt &sehat walafiat sllu🤲
Pujiastuti
akhirnya kak author lanjut lagi upnya cerita kiano dan caca nya

tetap semangat ya kak upnya 💪💪💪
Uthie
Wahhh... senang sekali cerita ini bisa berlanjut kembali 👍😀😀🤗🤗

semoga terus berlanjut dan lancar hingga ending nya nanti 👍👍🤗🤗🤗
Tuti Hayuningtyas: lanjuuuut terus thooooooooor
total 1 replies
Arman Despi
makaih sdh up thorr🙏🏻💪🏻💪🏻💪🏻
Regi Na
yakan itu emg slh lu anj
Regi Na
anjing lah dasar matre
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!