Novel ini menceritakan kisah seorang Naila Shababa, santri di pondok pesantren Darunnajah yang di cap sebagai santri bar-bar karena selalu membuat ulah.
Namun, siapa sangka nyatanya Gus An, putra dari pemilik pesantren justru diam-diam menyukai tingkah Naila yang aneh-aneh.
Simak selalu di novel yang berjudul “GUS NACKAL VS SANTRI BARBAR.” Happy reading🥰🥰...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Sehari dua hari Naila bosan, Dia hanya mengurung diri dikamar. Ayah dan Ibunya tidak banyak mengajak bicara karena kemungkinan besar masih sangat marah kepadanya. Untuk mengurangi rasa bosannya, Naila membuka ulang buku pelajarannya dulu. Membaca kitab-kitab klasik yang telah dipelajari dipesantren.
“Bosan banget dirumah, mau ngapain lagi ya... ” Naila mondar mandir dikamar. Memikirkan apa yang harus Dia lakukan agar tidak begitu-begitu saja.
“Apa Aku main ke rumah teman lama aja ya... tapi gimana cara ketemu mereka... ”
“Aku coba aja deh, minta handphone ku ke Ayah. Semoga Ayah mengizinkanku pakai HP... ” Naila mencari Ayahnya, kemudian menemukan beliau sedang berbincang dengan Ibunya di ruang tamu.
Habis ada tamu dari mana kok Aku nggak tau?
“Apa keputusan Ayah itu tidak terlalu cepat. Kasihan Dia Yah... ”
“Ayah rasa ini sudah tepat. Tidak ada yang salah. Semoga dengan jalan ini Naila bisa kembali seperti dulu.”
“Tapi Bukan begitu juga caranya. Naila bisa stress kalau hanya dikamar saja. Ayolah Mas, kasih kelonggaran sedikit kepadanya. Kasih HP nya atau gimana biar bisa buat hiburan.”
“Kalau untuk itu Aku nggak bisa. Kalau Naila pegang HP yang ada nanti malah Dia nggak mau balik ke pesantren, malah kecanduan gadget seperti kebanyakan remaja jaman sekarang.”
“Huft... kamu memang nggak pernah berubah keras kepalanya.” Ibu Naila menghela nafas panjang karena tidak berhasil membujuk suaminya.
Naila mengintip dari depan kamarnya mengurungkan untuk meminta HP kepada Ayahnya. Beliau pasti akan semakin marah jika sampai itu terjadi. Dia memutuskan untuk kembali masuk kamar dan bergelut dengan novel yang pernah dibeli sampai hampir hafal dengan isi novel tersebut.
...****************...
Lewat tengah malam, tubuh Naila menggigil. Dia melirik jam di dinding kamarnya. Pukul 02.00.
Naila menarik selimutnya agar menutup seluruh tubuhnya yang menggigil. Saat ini Dia merasakan keringat panas bercampur dingin. Dia sentuh keningnya. Terasa panas, tapi kakinya sangatlah dingin. Dengan tangan dan tubuh gemetar Naila membuka lemari pakaian untuk mencari jaket dan kaus kaki untuk membalut tubuhnya. Cukup lama Dia mengobrak-abrik isi lemari tapi tak kunjung menemukan barang-barang yang di cari. Akhirnya dengan merangkak Naila mengetuk pintu kamar orang tuanya. Dia tidak bisa mengetuk pintu dengan keras karena seakan-akan tubuhnya tidak bertenaga sama sekali.
“Ibu... A... Ayah... ” suara itu sangat lirih sampai kucing dirumahnya pun tidak bangun.
“Ayah... Ibu...” tidak ada balasan dari dalam. Sampai pada akhirnya tubuh Naila terjerembab lemas ke lantai.
Pagi harinya, Ibu Naila sangat terkejut saat mendapatkan Naila ada di depan kamarnya.
“Naila, kok tidur disini sih nak...? ”
“Astaghfirullah, Mas... Naila Mas... ” Ibunya panik saat menyentuk kening Naila yang sangat panas.
“Naila kenapa...? ”
“Ini badannya panas banget Mas... ayo cepetan bawa kedalam... ” Naila di bawa keatas tempat tidur oleh Ayahnya.
“Dia kenapa Mas...? bibirnya pucat sekali... ” sudah beberapa jam tapi Naila tak kunjung membuka matanya. Kedua orang tuanya semakin panik. Ibunya berkali-kali mengganti kompres yang ada di keningnya.
“Kita bawa kerumah sakit aja ya Mas...”
“Baiklah, Aku juga takut kalau Naila kenapa-kenapa...”
...****************...
“Jadi gimana dok anak saya...? Dia sakit apa...? ”
“Anak Bapak sedang mengalami gejala typus. Ini bisa di sebabkan karena terlalu capek, stress dan tidak menjaga pola makannya. Tapi untung saja Bapak segera membawa kesini, jadi bisa segera kami tolong... ”
“Oh jadi begitu, Terima kasih ya dok atas bantuannya... ”
“Sama-sama Pak... ” dokter itu tersenyum ramah kemudian meninggalkan ruangan dimana Naila harus di rawat. Ibunya dengan sabar menunggu Naila membuka mata. Berkali-kali beliau cium kening anak semata wayangnya.
“Naila sepertinya sangat tertekan dengan hukuman ini, sejak pulang dari pesantren Dia hanya mengurung diri di kamar. Makanannya juga tidak pernah habis...” Ibu Naila berkata dengan tatapan iba. Putrinya tidak kunjung siuman dari tadi. Suhu badannya sangat tinggi.
...****************...
Naila mengerjapkan matanya. Suhu badannya yang sangat tinggi membuat dirinya kesulitan untuk membuka mata. Bibirnya kelu tidak bisa mengucapkan apapun. Dia berusaha keras agar matanya bisa terbuka.
Saat matanya sudah sempurna terbuka, betapa terkejutnya Naila saat melihat orang yang terus memandangi dirinya sejak tadi. Bibirnya susah payah memanggil nama orang itu.
“Gus... An...”