ibu dan anak
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adela Flos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Davin vs Vindra
Davin melepaskan pelukan wanita itu.
"Ngapain kamu kesini?"
"Aku kangen sama kamu" jawab Seli, Davin memberi isyarat pada seketaris Roy untuk mengurusi Seli.
"kamu mau kemana Dav?" Davin tidak peduli panggilan Seli
Dia akan mengikuti Davin tapi tangannya ditahan seketaris Roy.
Davin masuk ketoilet wanita tapi sebelum itu dia memberi tanda kalau toilet rusak.
Anggi sedang membersihkan baju yang ketumpahan minuman tadi, dengan tangan yang dilipat kedada Davin sudah ada dibelakangnya.
"Maaf disini toilet wanita, toilet pria disebelah" kata Anggi dia berusaha tenang.
"Aku kesini bukan untuk mencari toilet"
Lalu Anggi ingin keluar dia tidak mau berlama - lama denganya disini, tapi lenganya digenggan Davin.
"Anda siapa jangan macam - macam ya"
"Jangan pura - pura tidak mengenaliku"
"Aku memang tidak kenal anda tuan"
"Anggi..." Davin masih menggenggam erat tanganya
"Lepaskan kalau tidak aku teriak" ancam Anggi.
"Aku ingin kita bicara baik - baik"
"Apa? baik - baik, apa sejak awal kamu pernah berfikir baik padaku" Davin tidak bisa berkata memang benar.
"Jadi lepaskan tanganku" Davin melepaskan genggamannya.
Dan Anggi keluar dari toilet, air matanya keluar begitu saja tapi buru - buru dihapus.
Tidak lama Davin juga keluar dia berpapasan dengan seorang bencong yang akan masuk kedalam toilet wanita.
"Hai ganteng" sapa banci itu menggoda.
Tapi Davin tidak menggubris sapaan banci itu tapi dia menatap dengan tajam, seperti ada yang aneh dia merasa curiga.
Glek. Banci itu menelan saliva dengan susah.
Drrt.
Drrt.
Drrt.
Vindra mengangkat pangilan telfonya.
"Halo Vin"
"Ya gimana Reh"
"Vin ternyata Leo sudah ketauahan, sekarang dia ditangkap sama Davin tadi malam dan sekarang gue yang turun tangan sendiri yang ngikutin Davin, tadi dia bertemu nyokap lu direstoran tadi dia sempet nangis keluar dari toilet nggak tau apa yang mereka bicarakan, dan gue juga hampir ketahuan tapi sepertinya dia curiga sama gue..." mata Vindra memerah menahan marah tanganya mencengkram hand pone hingga retak.
"Vin, halo Vin..." panggik dari seberang sana karena Vindra tak bersuara.
"Dimana nyokap gue dan sibre**sek sekarang"
"Nyokap lu pulang kalau Davin sepertinya dia kembali kekantornya"
Tut. Vindra menutup telfon sepihak.
"Halo Vin" panggil Rehan "Ah...kebiasaan"
Yang bencong tadi adalah Rehan yang menyamar.
Vindra berjalan sangat tergesa - gesa hingga Bima heran.
"Vin" panggil Bima.
"Izinin gue, gue mau keluar ada urusan" wajah yang tidak bersahabat.
"Vin lu mau kemana?" panggil Bima lagi Vindra tidak nyaut dia masih melangkah.
"Ada apa?" tanya Tomy.
"Gue nggak tau, izinin gue sama Vindra"
"Kalau lu mau kemana?" tanya Revan.
"Gue mau ngikutin Vindra, lu tau sendiri auranya tadi iblisnya keluar"
"Oke" lalu Bima mengikuti Vindra dari belakang.
Vindra mengendarai montornya dengan sangat kencang dia sudah tidak peduli lagi dia akan mendatangi dimana Davin berada (ayahnya), dia ingin sekali membunuh laki - laki yang membuat ibunya terluka dan menderita akal sehatnya sudah dibutakan oleh amarah yang selama ini dia pendam.
Dia tidak melihat dulu keadaan ibunya sekarang malah mengikuti hawa nafsu amarahnya.
Setelah sampai digedung Kenzo Group dia memangkirkan montornya kesembarangan tempat.
Priiit.
Dari kejauhan, satpam melihat seorang remaja yang masih memakai seragam SMU memakirkan montornya tepat didepan gedung dan masuk kedalam.
Vindra melangkah sangat lebar dia melihat Davin masih berjalan dilobi ya memang dia baru datang.
"Bre**sek, ba**gan lu" umpatan kasarnya.
Davin membalikan badanya merasa ada orang yang memakinya.
Buk.
Pukulan Vindra tepat mengenai pipi Davin, diujung bibinya berdarah, Davin terkejut bukan cuma dia tiba - tiba mendapatkan pukulan saja melainkan anak ini mirip denganya.
Priit. Sumpritan dari satpam lari mengejar Vindra dan semua langsung memegangi Vindra, dia mberontak dan masih memaki - maki Davin.
Lalu Davin mengangkat tanganya memberi isyarat melepaskan anak ini, dia mau lihat mau apa anak ini.
"Gue akan membunuh lu sekarang juga, bre**sek"
"Silahkan" Davin merentangankan kedua tanganya dengan senyum devilnya. oke dia layani dia akan nuruti kemauan anak ini.
Tanpa pikir panjang Vindra melayangkan pukulanya tapi Davin bisa menangkisnya, Davin pun sama melayangkan pukulanya tapi juga ditangkis oleh Vindra.
Mereka baku hantam dilobi banyak yang menyaksikan perkelahian mereka.
"Halo ada apa Dre" Anggi menerima telfon dari Andre.
"Vindra Gi dia datang dikantor tempat ku bekerja, dia ngamuk"
"Apa" Anggi terkejut "A aku akan segera kesana" lalu Anggi menutup telfonya.
"Ada apa Gi?"
"Vindra ngamuk dikantor Andre"
"Kok bisa"
"Aku juga nggak tau"
"Ya sudah ayo kita kesana" baru saja Anggi sama Fira sampai ditoko, mereka balik lagi menuju perusahaan Kenzo Group.
Bima berhenti didepan gedung Kenzo Group dia melihat ada apa disana ramai sekali.
"Ah kemana tu anak cepet sekali ngilangnya" Bima bermonolog.
"Tu kan nyokapnya Vindra, ngapain ada disini" dia melihat Anggi turun dari mobil dan berlari bersama Fira, lalu dia juga ngikuti Anggi.
Anggi melihat anaknya berkelahi dengan Davin dia menutup mulutnya tak percaya. Anggi langsung memeluk Vindra dan mendorong kebelakang.
"Hentika Vin, hentikan" Vindra ngosngosan mata yang masih menatap tajam ke Davin lalu melihat ibunya.
Lagi - lagi Davin terkejut.
ganti panggilan a thoor.
kata cerai jadi ceria. aduh,, mohon di perbaiki lagi penulisannya meski sudah tamat ini cerita.