NovelToon NovelToon
Gadis Bercadar Jodoh Gangster

Gadis Bercadar Jodoh Gangster

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Bad Boy
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kyure Aamz

Maulana Nevan Ganendra, para sahabatnya sering menyebut lelaki itu dengan sebutan gangster penyayang Bunda. Nevan selalu berhasil membuat orang terkena mental hanya dengan kata-katanya, mulutnya sangat licin seperti lantai yang baru saja di pel.

Tidak ada hari tanpa julit, ibarat kata pepatah hidup Nevan itu seperti sayur tanpa garam jika tidak julit. Sudah galak, julit, tak punya hati pula, lengkap sudah hidup Nevan. Semua berawal saat Nevan mendapat sebuah tantangan konyol untuk menikahi gadis bercadar bernama Nazma.

Nevan memanggil gadis itu dengan sebutan Nanaz, seorang gadis yang hidupnya penuh dengan masalah dan jauh dari kata bahagia.

°°°

"Berhenti kayak gini Nevan, sikap kamu bikin aku kelihatan semakin rendah di mata orang-orang." Air mata Nazma lolos begitu saja. "Boleh aku minta sesuatu."

"Apa?" Nevan seakan terhipnotis dengan tatapan Nazma.

"Jangan bilang aku sok jual mahal lagi, sakit dengernya. Aku emang miskin, tapi orang miskin juga punya harga diri."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyure Aamz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Rencana penyerangan

Nevan pulang ke rumah pukul 22:15, lelaki itu langsung dihadapkan dengan Ajwa dan Altair. Nevan sudah mempunyai firasat tidak enak, kedua orangtuanya pasti akan mengomelinya karena telah meninggalkan Nazma sendirian di rumah.

"Dari mana aja?" Altair duduk di sofa, menatap putranya dengan raut wajah datar.

Nevan menyalimi tangan Altair, kemudian berganti menyalimi tangan Ajwa yang kini sedang berdiri.

"Ditanya sama Ayah kok nggak jawab? Kamu darimana?" Seperti biasa nada bicara Ajwa selalu lembut.

"Keluar." Nevan menjawab begitu singkat, mood lelaki itu masih buruk.

"Kalau nggak ada di rumah ya jelas keluar, anak paud juga tahu!" semprot Altair.

Nevan berusaha bersabar. "Ke coffee shop."

"Urusan penting? Nazma nya nggak bisa di ajak?" Ajwa bertanya dengan baik-baik.

Nevan memalingkan wajahnya, decakan pelan keluar dari mulutnya. Rasanya semakin malas saja, mana mungkin Nevan mengajak Nazma? Niatnya saja ingin pergi untuk menenangkan diri.

"Nanaz bukan anak kecil Bunda." Nevan menatap Ajwa. "Nggak bisa dikit-dikit harus ikut Nevan."

"Kalian ada masalah?" Ajwa mulai mengerti. "Ini alasan Bunda nggak izinin kamu nikah muda, kamu belum dewasa buat menjalin rumah tangga. Sekarang lihat sendiri kan?"

"Orang Nanaz yang salah, Nevan terus yang di salahin. Nanaz gini dikit Nevan salah, apa-apa Nevan."

"Ya kamu suaminya," sahut Altair.

Nevan langsung menatap Altair. "Bukannya Ayah juga selalu nyalahin Bunda? Apa-apa nggak pengen kalah dan pengen selalu bener?"

"Kamu ...." Altair menunjuk Nevan, benar-benar sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Siapa yang ngajarin Nevan kayak gitu?" Kali ini Ajwa bersikap tegas. "Nggak boleh gitu sama Ayah, nggak sopan."

"Maaf." Tanpa disuruh pun Nevan tahu jika Ajwa menyuruhnya untuk meminta maaf.

Altair berdiri, pria itu ingin mengobrol dengan Nevan tentang sesuatu. Sementara Ajwa pamit ke kamar dan memberi peluang suami serta putranya untuk mengobrol berdua saja. Jika dilihat-lihat, sepertinya yang akan dibahas Altair adalah hal yang penting.

"Kamu lihat ini." Altair menunjukkan sebuah foto yang ada di ponselnya.

"Kapan? Barusan?" Hati Nevan membara saat melihat sosok laki-laki berpakaian serba hitam yang sedang mengintai rumah ini.

"Ya, kamu tahu sendiri di rumah ini cuma ada satpam satu sama penjaga dua. Gimana kalau tadi dia berhasil masuk rumah ini?"

"Maksud Ayah ... Ayah tahu tentang orang itu?"

"Dia ngincer Nazma, apalagi kalau bukan itu." Sebagai mantan ketua geng motor tentu saja Altair sudah paham dengan hal-hal seperti itu.

'Bener-bener nyari masalah tuh orang,' batin Nevan.

***

Saat masuk kamar hal yang pertama ia lihat adalah Nazma yang sudah tertidur dengan posisi miring, setelah mengunci pintu Nevan berjalan mendekat. Detik itu Nevan bisa melihat dengan jelas pipi Nazma yang sedikit basah.

"Udah tidur masih aja nangis." Cibiran Nevan terdengar begitu pelan.

Nevan duduk dengan kedua lutut yang ditekuk, ia bisa leluasa melihat wajah Nazma.

"Lo sendiri yang maksa gue buat nyakitin lo, gue udah tanya baik-baik tapi lo nggak mau ngaku."

"Sekarang apa? Lo nangis, salahin diri lo sendiri karena udah buat diri lo nangis. Aneh banget jadi cewek."

Nevan berbicara sendiri, raut wajahnya yang kesal tampak begitu lucu. Suara Nevan sangat pelan, ia sengaja agar Nazma tidak terbangun.

"Siapapun Ando, gue habisin dia karena udah berani ganggu hidup lo."

Nevan dengan sangat hati-hati mengusap pipi Nazma yang sedikit basah.

"Mau lo jelek-jelekin diri lo kayak apapun. Nganggep diri lo kotor, nggak pantes atau apapun itu. Gue nggak bakal benci sama lo."

Nevan berdiri, lalu pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Beberapa detik kemudian Nazma terbangun, ia perlahan duduk dan bersandar pada punggung kasur. Nazma merasa Nevan seperti baru saja menghampirinya.

Nazma menganggap hal itu hanya mimpi, padahal hal tersebut sangat nyata. Suara dan kata-kata itu berhasil membius perasaan Nazma, tapi mana mungkin Nevan tetap akan menerimanya jika ia saja benar-benar kotor.

'Maaf Nevan, udah bikin kamu marah.' Nazma merasa sangat bersalah.

'Tapi aku emang nggak pantes, aku nggak layak jadi istri kamu. Kamu pantes dapet yang terbaik.'

Nazma turun dari kasur, mengambil mahar pernikahannya yang ia taruh di lemari paling bawah. Seperangkat alat shalat dan uang sepuluh juta, Nazma merasa tidak pantas menerima hal itu.

'Harusnya ini nggak ada, dan harusnya aku nggak ada di hidup kamu.'

Nevan baru saja keluar dari kamar mandi, raut wajahnya mendadak berubah menjadi galak saat melihat Nazma.

"Ngapain bangun? Mau ngajak ribut lagi?" sewot Nevan.

Nazma menoleh, menatap Nevan yang berdiri tak jauh dari pintu kamar mandi.

"Kamu udah pulang?"

"Rumah gue, terserah gue mau pulang apa nggak. Lo berharap gue nggak pulang?"

Nazma menggeleng cepat. "Kamu bisa pulang kapanpun yang kamu mau, aku nggak ada hak buat ngatur-ngatur kamu."

Ada perasaan kesal yang menyengat hati Nevan, ia tidak suka Nazma berkata seperti itu.

"Ada, lo ada hak buat ngatur gue. Lo istri gue, lo bisa ngatur gue selama hal itu bener. Lo boleh ngelarang gue kalau gue mau ngelakuin hal yang salah."

Nazma diam, membuat Nevan juga ikut diam. Setelah perdebatan tadi, yang membuat Nazma menangis dan Nevan keluar rumah. Tentu saja keadaan sekarang ini tidak baik-baik saja, suasana juga sangat tidak mendukung.

"Ngapain lo pegang gituan?" Nevan kembali bersuara. "Tidur, jangan bikin gue marah."

Nazma gelagapan saat sadar jika dirinya masih memegang seperangkat alat shalat itu. "A-aku, cuma ... pe-ngen lihat-lihat."

"Gue tahu kalik apa yang lo pikirin." Nevan berjalan ke arah kasur. "Nggak usah boongin gue, gue bukan orang bego."

Nada sarkastik itu membuat nyali Nazma menciut, ia bergegas memasukkan kembali barang yang di pengangnya saat ini. Nevan sudah membaringkan tubuhnya di atas kasur, Nazma juga berjalan ke kasur dan ikut berbaring.

"Nevan ...." Wajah Nazma menoleh menghadap Nevan.

"Diem, gue capek marah-marah." Nevan sudah memejamkan matanya.

"Selamat malem Nevan, mimpi indah."

"Hem, semoga mimpi buruk."

Nazma mendengar namun tidak ingin menyahut, ia lebih memilih memejamkan mata daripada meladeni Nevan.

'Tapi boong, mimpi indah juga biar bisa tidur nyenyak.' Itulah yang dikatakan Nevan di dalam hati.

***

Disaat semua orang bisa tidur dengan nyenyak, seorang perempuan justru malah terus-terusan menangis. Kondisi perempuan itu dalam keadaan terikat, pakaian yang agak kusut, mata sembab, dan jauh dari kata baik-baik saja.

Beberapa helai rambut perempuan itu menutupi wajahnya, dia adalah Zee. Satu tahun setengah ini hidupnya sangat tragis dan mengenaskan. Kehilangan cintanya, dan terkurung di tempat yang membuat kehidupannya menjadi kelam.

"Lepasin gue, gue nggak mau di sini. Gue mau pergi, lepasin!" Zee berteriak histeris.

"Lepasin gue ...." Tidak peduli sebanyak apapun Zee menangis, itu samasekali tidak berguna.

"Berisik!" Suara yang terdengar dingin itu sangat membuat Zee muak.

Seorang laki-laki duduk di sofa yang ada di ruangan itu, dia adalah Saga. Seseorang yang di percaya Aji untuk mengurus Zee, sebenarnya bukan mengurus. Mungkin lebih tepatnya, menjaga Zee agar tidak melarikan diri.

"Brengsek lo Saga, lepasin gue ...." Air mata Zee berkali-kali telah terjatuh.

"Siapa yang brengsek? Gue nggak pernah apa-apain lo. Mereka yang ngelakuin, gue nggak ikut andil."

Mendengar kata-kata itu membuat Zee semakin ingin menangis. "Mana Aji? Mana Ketua gila lo itu? Cowok brengsek! Sampah! Sialan! Gue benci dia."

"Tutup mulut lo, kalau dia tahu dia bakal nyiksa lo." Tatapan Saga begitu tajam.

"Gue tahu gue udah salah jalan, gue udah rendah Ga," lirih Zee. "Please tolongin gue, gimana kalau yang ada di posisi gue itu adek lo?"

"Gue nggak punya adek cewek," cetus Saga.

"Tapi lo pasti punya nyokap kan? Nyokap lo cewek."

"Gue nggak punya nyokap, nggak ada satupun cewek yang berharga di hidup gue. Diem atau gue bakal ngelakuin hal yang sama kayak apa yang mereka lakuin ke lo," ancam Saga.

***

Siang ini dua laki-laki sedang berbincang, hal itu berkaitan dengan SMA Shakti yang akan melakukan penyerangan pada SMA Pelita. SMA Shakti sering mencari gara-gara, dan kebanyakan murid dari sekolah itu adalah anggota geng motor yang dipimpin oleh Aji.

"Gila sih." Lelaki itu tertawa.

Aji tersenyum miring. "Lo nggak suka kan sama Nevan?"

"Kali ini gue pasti bakal bisa habisin dia." Lelaki itu begitu yakin. "Tapi itu sekolah lo."

"Gue nggak peduli." Aji berucap tanpa beban. "Lagian gue nggak ikut-ikut nyerang, lo punya kendali penuh dalam penyerangan ini."

"Licik juga lo." Entah lelaki itu sedang memuji atau apa. "Harusnya lo nggak sekolah di SMA Pelita."

Aji mengeluarkan rokok dari saku celananya, menyalakan rokok itu menggunakan pemantik api. Menyesap ujung rokok, lalu menghembuskan asap itu dengan perlahan.

"Gue mau bikin hidup dia nggak tenang." Aji tersenyum penuh arti.

"Gue bakal bantu lo hancurin dia, gue udah nyiapin banyak pasukan. Kalau perlu, bikin hancur sekolah dia." Lelaki itu menepuk pelan bahu Aji.

Mendengar percakapan tersebut membuat seseorang diam-diam tersenyum menyeringai.

'Ini bisa nguntungin gue,' batin lelaki itu.

Bersambung...

1
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
wah kejam kali wak
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
maksudnya? kan masih sklh thor
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
hah bukan nya anak sklh belum boleh nikah ya?
Neng Sum
lanjutt kak😄😄
Zaldin Agt
kapan di update?
putri baqis aina
Keren banget thor, semangat terus ya!
hoba
Gemesin banget! 😍
Aono Morimiya
Saya merasa seperti berada di dalam cerita, mengalami segalanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!