Gara-gara sahabat baiknya hamil menjelang kenaikan kelas 12, impian Alea untuk mengukir kisah kasih di sekolah dengan Dion, kakak kelasnya, harus buyar sebelum terwujud.
Dengan ancaman home schooling dan dilarang melanjutkan kuliah, Alea harus menerima keputusan ketiga kakak laki-lakinya yang mengharuskan Alea menikah dengan Yudha, sahabat Benni kakak keduanya.
Pernikahan tanpa cinta itu membuat hidup Alea kacau saat tidak satu pun dari kakaknya yang mau percaya kalau Yudha memiliki rahasia kelam sebelum menikahi Alea.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemasnya Kinasih
Langkah Alea terasa ringan hingga ia tidak bisa berhenti tersenyum saat melewati gerbang sekolah. Mungkin hanya Alea satu-satunya anak kelas 12 yang merasa liburan terlalu panjang dan bahagia saat waktunya harus kembali ke sekolah.
“Selamat pagi !”
Dengan suara lantang dan wajah ceria Alea menyapa teman-teman sekelasnya yang baru sebagian datang.
Wajah-wajahnya masih sama, tidak ada pergantian kelas karena angkatan mereka adalah yang terkahir menggunakan kurikulum lama, masih terbagi atas kelas IPA dan SOS.
“Tumben muka elo nggak kayak benang kusut,” ledek Rangga.
“Nggak bakalan kusut soalnya habis kelonan sama mama mertua dan calon suami selama liburan,” celetuk Tio.
“Serius itu calon mertua elo, Al ?” tanya Eva dengan wajah keponya.
“Suka-suka elo pada,” sahut Alea dengan wajah cuek.
Ia menarik kursi di samping Rangga karena Tio yang sedang pe-de-ka-te sudah duduk manis di sebelah Eva.
“Elo beneran siap kalau sampai dilamar sekarang, Al ? Kalau gue punya calon suami cakep dan mapan gitu sih langsung oke.” Tio langsung memutar bola matanya mendengar ucapan Eva.
“Kalau elo mau nikah muda, gue siap kok,” ujar Tio yang langsung mendapat cibiran Eva.
“Mau kasih gue makan angin ? Sekolah aja masih dibayarin sama emak bapak lo !”
“Ya tunggu habis lulus SMA, gue bisa kerja sambil kuliah.”
Alea tergelak padahal hatinya kebat-kebit mendengar pertanyaan Eva dan candaan Rangga dan Tio. Alea belum siap menceritakan kejadian yang sebenarnya kalau mama Kinasih memang calon mertuanya.
“Jangan berpikir yang aneh-aneh dulu deh ! Kuliah dimana aja belum tahu. Memangnya elo udah yakin diterima di PTN, Yo ? Kalau diterima apa udah pasti bakalan satu kota, satu universitas sama Eva ? Akhirnya kalian bakalan saling menghambat kalau nikah sekarang,” celoteh Alea panjang lebar.
“Lagian kayak dunia cuma selebar daun kelor ! Gue yakin mata elo langsung kinclong begitu melihat yang lebih bening dari Eva di kampus nanti,” timpal Rangga.
“Eh si**alan lo !” Eva memukul bahu Rangga yang duduk persis di depannya. “Memangnya gue masih kurang glowing ? Siapa juga yang mau sama kalian berdua, udah dekil, dompet tipis, masa depan boro-boro abu-abu, masih hitam pekat.”
“Dekil darimana ? Gue udah luluran seminggu sekali nih,” sahut Rangga sambil mengusap-usap lengannya. “Lihat aja kalau udah kuliah nanti, bukan hanya cewek satu angkatan yang melirik, kakak kelas juga pada susah bekedip.”
“Jadi ceritanya elo mau nikah sekarang kalau yang melamar om-om apa kakek-kakek ?” ledek Tio dengan wajah datar.
“Eh sorry ya, sampai detik ini otak gue masih normal, belum terlintas punya cita-cita jadi sugar baby.”
“Maksudnya Tio, om-om atau kakek yang masih perjaka minimal duda, Eva,” ledek Rangga.
“Ogah ! Kayak dunia kekurangan anak muda aja.”
Alea tidak berhenti tertawa bahkan sampai memegangi perutnya. Suasana hatinya semakin membaik, melupakan sejenak takdir yang harus dihadapinya kurang lebih 2 bulan lagi.
“Al, tapi gue serius nih soal emak-emak yang elo panggil mama waktu ambil raport. Gue punya firasat kalau hubungan elo sama si tante bukan sekedar nyokapnya teman kak Benni.”
“Kepo amat sih lo !” gerutu Tio.
“Namanya juga teman. Elo mau kita kecolongan lagi kayak Prita ? Nggak ada yang tahu tuh anak hamil sama siapa kan ? Gue agak kecewa sih karena Prita nggak mau menceritakan kejadian yang sebenarnya sampai kita nggak bisa membantu mengklarifikasi gosip yang beredar.”
“Maksud elo kalau gue bakal mengikuti jejak Prita ? Mendadak nikah karena bunting duluan ?” nada Alea sedikit ketus bahkan wajahnya keliahtan kesal.
“Bukan begitu, Al. Kita ini kan sahabatan, satu circle sejak kelas 10, jadi wajar-wajar aja sedikit kepo dengan masalah satu sama lain.”
Alea tersenyum tipis dan berbalik badan menghadap ke papan tulis. Ia bersyukur karena walikelas mereka baru saja masuk. Bukan Bu Ranti lagi, tapi Pak Wawan, guru matematika.
“Al, nggak usah terlalu dibawa ke hati,” bisik Rangga.
“Nggak bakal, udah biasa sama Eva si kepo,” sahut Alesa sambil terkekeh.
“Gue hanya teringat Prita begitu Eva menyebut nama dia. Elo udah dapat info soal Prita ?”
“Belum Al,” Rangga menggeleng. “Begitu ada, gue pasti akan langsung kasih tahu elo.”
“Thanks Ga.”
***
Berbeda dengan Alea yang sedang menikmati waktu dengan ketiga sahabatnya di salah satu café dekat sekolah, di Semarang, Yudha tengah berbaring di atas tempat tidurnya. Badannya agak demam hingga rencana ke Jakarta terpaksa ditunda sampai ia sehat kembali.
“Alea sudah tahu kalau kamu sakit, Yud ?” Kinasih duduk di pinggir ranjang putranya sambil membawakan sarapan.
“Belum dan tidak usah dikasih tahu dulu, Ma. Aku hanya masuk angin biasa kok, hanya perlu minum obat dan tidur.”
“Kenapa Alea tidak perlu diberitahu ? Kamu takut kecewa karena dia tidak akan menunjukkan rasa khawatirnya ?”
“Nggak Ma,” sahut Yudha sambil tertawa pelan. Ia mulai menyendok bubur yang dibawakan Kinasih dan menyuapnya.
“Kalau memang menikahi Alea menjadi beban untukmu lebih baik batalkan saja rencana ini. Tidak usah pikirkan mama, Yudha. Siapapun menantu mama selama dia bisa membuatmu bahagia, mama pasti akan merestui. Mama tahu masalah yang harus kamu hadapi dengan Alea.”
“Apa Benni mengatakan sesuatu sama mama waktu dia menginap di sini ?”
‘Mama dan Benni hanya ngobrol biasa, tidak membahas apapun soal pernikahanmu dengan Alea tapi sebagai orangtua mama bisa merasakan kalau ada sesuatu yang tidak beres padamu atau Yunita meskipun kalian sudah sama-sama dewasa.
Yudha meletakkan mangkuk buburnya di nakas dan menggenggam jemari mama Kinasih dengan wajah tersenyum.
“Berikan aku kesempatan untuk membuat Alea membalas cintaku, Ma. Seandainya keadaan semakin memburuk, aku janji akan melepaskannya.”
“Tapi pernikahan bukan ajang uji coba, Yudha. Mama menyayangi Alea tapi mama juga sangat peduli padamu. Sudah cukup kamu menjadi pengganti papa untuk mama dan Yunita, sekarang waktunya kamu memikirkan dirimu sendiri. Kalau memang kamu merasa sudah berhutang budi pada Benni dan keluarganya, carilah cara untuk membayarnya tanpa harus mengorbankan masa depanmu.”
“Mama harus percaya padaku.” Yudha memegang kedua bahu Kinasih sambil tersenyum untuk menenangkan wanita baya itu.
“Aku tidak pernah punya hutang apapun dengan Benni dan keluarganya jadi mama tidak usah khawatir kalau keputusanku terpaksa. Apa mama tahu kalau Benni dan kedua saudaranya sama tidak yakinnya seperti mama kalau aku mencintai Alea bukan sebagai adik tapi sebagai seorang perempuan dewasa ?”
Kinasih menghela nafas dengan wajah cemas hingga Yudha pun memeluk mamanya lalu mengusap-usap punggung wanita yang melahirkannya itu dengan penuh kasih sayang.
“Apakah perasaanmu pada Karina benar-benar sudah mati ?”
Mata Yudha membola dan ia pun langsung melepaskan pelukannya. Ditatapnya Kinasih dengan alis menaut.
“Apa Karina datang menemui mama ?”
“Ya, beberapa hari yang lalu. Dia minta maaf dan menyesal karena pernah menyakitimu 2 tahun yang lalu. Mama memahami keputusannya untuk memilih menuntut ilmu dan meninggalkanmu sementara waktu tapi selain masalH itu, dia tidak penah menyakitimu. Mama tidak…”
“Tolong jangan dilanjutkan, Ma,” pinta Yudha sambil menghela nafas. “Maaf kalau aku tidak mau membahasnya sekarang, Ma. Aku ingin istirahat.”
Kinasih menuruti permintaan Yudha dan membereskan peralatan makan bekas lalu meninggalkan putranya sendirian.
Yudha meraih handphonenya dari atas nakas dan tangannya langsung menekan nomor Alea, sayangnya gadis itu tidak mengangkat panggilan Yudha sampai beberapa kali.
Yudha kembali menghela nafas dan mengirimkan pesan hanya sekedar menanyakan bagaimana sekolah Alea di hari pertama.
Kenapa semua orang tidak bisa melihat kesungguhan cintaku padamu, Alea ? Apakah selamanya kamu juga akan begitu ? Apa yang harus aku lakukan untuk membuktikan kalau perasaanku bukan sesuatu yang muncul tiba-tiba dan akan hilang begitu mudahnya ?
Jangan lupa tinggalkan jejak vote, like, komen dan giftnya 😘😘😘
lanjut..lanjut