NovelToon NovelToon
Wanita Pelangkah

Wanita Pelangkah

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Murid Genius / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.1M
Nilai: 4.7
Nama Author: Kuswara

Apa yang akan terjadi pada Jamilah setelah tiga kali dilangkahi oleh ketiga adiknya?.

Apa Jamilah akan memiliki jodohnya sendiri setelah kata orang kalau dilangkahi akan susah untuk menikah atau mendapatkan jodoh?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 Wanita Pelangkah

Jamilah melirik sambil menggeleng ke arah Alexander, untuk tidak meladeni omongan Lili yang tidak binar. Dan sepertinya Lili memang sedang mencari kesempatan untuk bisa menjatuhkan Alexander.

Alexander pun patuh hanya diam mendengarkan ocehan dari beberapa temannya.

"Baik anak-anak, sekarang kita belajar untuk soal yang belum kalian bisa." Jamilah segera menengahi situasi yang sudah tidak kondusif di dalam kelas nya. Tapi sayang, Jamilah dengan sangat terpaksa harus mendengarkan kembali ocehan dari mereka yang belum puas terhadap Alexander.

"Iya bener, aku lupa kalau Alexander sekarang sudah jadi anak ibu guru Jamilah. Pasti lah itu Alexander mendapatkan bocoran semua soalnya." Timpal Tono memprovokasi, yang duduk di sebelah Iwan. Iwan sesekali memukul-mukul meja sambil menyoraki.

"Wah jangan-jangan kemarin juga yang menang lomba antar Desa, menangnya enggak murni." Agus ikut menimpali.

"Tari!. Kamu juga dapat bocoran soal kan dari Alexander?." Sambung Agus sambil meneriaki Tari dari belakang.

"Enak aja, enggak lah!. Kami berdua bisa menang lomba, karena hasil murni dari kerja keras kami belajar siang dan malam, baik di rumah atau pun di sekolah." Bela Tari sambil berdiri lalu menatap Tono, Iwan, Agus dan Lili dengan berani.

"Memangnya kalian tidak pernah belajar, makanya tidak pernah jadi juara. Lagian kerjaan kalian hanya membuat onar saja." Lanjut Tari dengan berani dan lantang menunjuk ke empat temannya yang sudah mencari masalah dengan dirinya.

Kali ini teman-teman satu kelas menyoraki mereka dengan sambil tertawa mengejek. Jamilah memberikan tanda sebagai tanda semua murid untuk tetap tenang.

Tapi rupanya apa yang dikatakan oleh Tari berhasil membungkam ocehan mereka dan mereka kembali fokus pada soal latihan yang diberikan oleh Jamilah.

Jamilah melanjutkan kembali pelajaran yang belum bisa dikerjakan oleh mereka. Dan Alexander diam-diam mengacungkan kedua jempol nya ke arah Tari.

.

.

.

Pulang sekolah, ke empat anak murid tersebut berkumpul di ruang kepala sekolah bersama Alexander, Tari dan Jamilah. Setelah mendapatkan laporan dari Jamilah. Di sini Jamilah hanya ingin meluruskan kesalahpahaman. Bukan untuk di marahi atau di hukum. Hanya saja mereka di berikan pengarahan dan penjelasan mengenai apa yang dituduhkan mereka terhadap Jamilah, Alexander dan Tari itu tidak benar. Apa yang mereka dapatkan itu sudah sesuai dengan usaha yang sudah sangat maksimal mereka lakukan untuk mendapatkan posisi juara.

Ke empat murid pun, akhirnya meminta maaf atas fitnah yang coba mereka tebarkan di sekolah tentang Jamilah dan Alexander. Dan Jamilah, Alexander serta Tari pun menerima maaf mereka. Lalu mereka semua bersalaman, saling memaafkan. Kemudian Pak kepala sekolah sudah memperbolehkan mereka semua untuk pulang.

"Terima kasih banyak Pak kepala sekolah." Ucap Jamilah sebelum keluar dari ruang kepala sekolah.

"Iya sama-sama Ibu guru Jamilah. Saya percaya dengan kecerdasan yang di miliki Alexander." Pak kepala sekolah menemani Jamilah berjalan sampai depan pintu ruangannya.

"Iya Pak kepala sekolah, sekali lagi terima kasih. Assalamu'alaikum..." Pamit Jamilah.

"Wa'alaikumsalam...iya Ibu guru Jamilah sama-sama." Pak kepala sekolah kembali masuk setelah Jamilah tidak terlihat lagi oleh kedua matanya.

Jamilah berjalan setengah berlari, karena Emir dan Alexander sudah menunggunya di dalam mobil.

"Pasti kau akan mendukung ku, Dad. Kalau tadi sampai aku hajar mereka semua, karena sudah memfitnah ibu ku yang sudah kerja keras membantu ku dalam belajar." Alexander meminta persetujuan Emir untuk membalas semua temannya. Ketika mobil yang mereka tumpangi susah meninggalkan area sekolah.

"Betul sekali itu, kenapa kau tidak lakukan?. Seharusnya kau membela dan melindungi ibu mu saat di area lingkungan sekolah." Emir menolah ke belakang, sekilas menatap Alexander lalu kembali fokus pada jalanan yang sudah sepi.

"Kalau sudah di luar sekolah, baru aku yang akan melindungi ibu mu." Sambung Emir melirik Jamilah yang hanya diam saja.

"Tadi Ibu yang melarang ku, Dad. Makanya aku diam saja. Padahal tangan ku sudah sangat gatal ingin memberi mereka pelajaran." Ucap Alexander arogan.

"Besok-besok kau harus melakukannya. Jangan takut pada apa pun selama itu untuk membela Ibu mu. Kalau ada apa-apa kau sebut saja nama ku, supaya mereka tidak berani lagi pada mu dan ibu mu." Balas Emir lebih arogan.

Jamilah hanya menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya kala mendengarkan obrolan dua pria yang hanya mengandalkan otot dan kekuasaan meraka saja. Bukan berarti dirinya tidak senang mendapatkan perlakuan dan perhatian yang berlebihan ini, tapi kalau pada akhirnya akan menjadi bumerang untuk mereka semua. Ya, untuk apa?. Malah tidak ada gunanya sama sekali.

.

.

.

Sementara itu di lain tempat, tepatnya di Jakarta, kantor Arkam. Usai melakukan dua kali meeting hari ini, tapi Arkam juga berangkat.

"Aku harus balik kantor, ada berkas yang tertinggal. Sekalian saja kita ke bawah." Farhan merapikan tas kerjanya dan langsung membawanya.

Arkam menggeleng sambil tersenyum. "Aku tidak jadi sekarang ke kampung halaman orang tua Arkam. Aku akan memberikan kejutan langsung pada Emir nanti."

"Kejutan apa?." Farhan menaikan salah satu alisnya. Karena sudah sangat prepare hari ini untuk berangkat ke kampung Emir.

"Nanti saja aku ceritakan. Ayo aku juga harus pulang sekarang. Merencanakan ulang keberangkatan ku bersama seseorang.

Farhan semakin di buat penasaran saat mereka kini sudah berada di dalam lift. Tapi Arkam belum juga memberitahu kejutan apa untuk Emir?.

.

.

.

Jamilah segera mengambil baju ganti dan meletakkannya di atas kasur ketika Emir masih berada di dalam kamar mandi.

Drt Drt Drt

Langkah kaki Jamilah terhenti, saat mendengar ponselnya bergetar. Ketika dirinya akan keluar untuk membantu yang lain menyiapkan makan malam.

Jamilah langsung membuka dan membaca pesan yang dikirimkan oleh Juleha. Dimana Juleha menceritakan semuanya tentang Fahreza Emir Wijaya Santoso. Dengan semua yang dimilikinya, termasuk hotel yang kemarin ditanyakan oleh Jamilah.

Jamilah segera membalas pesan tersebut dengan ucapan terima kasih. Lalu meletakkan kembali ponselnya. Ia akan kembali melanjutkan tujuan awalnya untuk segera turun. Namun saat dirinya berbalik, langkah kakinya kembali terhenti kala tubuh kekar yang masih sedikit basah itu menghadang jalannya.

Tatapan keduanya saling mengunci untuk beberapa saat, sampai Jamilah sendiri yang memutus tatapannya kearah lain.

"Saya mau menyiapkan makan malam untuk kita." Jamilah mencoba melewati tubuh Emir. Tapi Emir tetap masih menghalangi.

"Kan ada yang sudah menyiapkannya. Kenapa kamu harus repot-repot turun?." Tatapan Emir kini fokus pada bibir Jamilah yang belum pernah disentuhnya.

"Iya kan saya hanya mau membantu aja." Balas Jamilah kembali mencoba melewati tubuh tegap sang suami. Namun lagi-lagi tubuh kekar itu selalu menghalanginya. Hingga tubuh keduanya saling bersinggungan. Baju dan hijab Jamilah jadi ikut sedikit basah dari tubuh dan tubuh Emir.

"Kamu tetap di sini saja bersama sama, lebih baik kamu bantu saya berpakaian." Emir meraih kedua tangan Jamilah lalu diletakkan pada dada bidangnya. Tangan lentik Jamilah bergetar saat sudah bersentuhan langsung dengan kulit tubuh sang suami.

"Saya sudah menyiapkan bajunya." Jamilah menarik tangan dari dada bidang Emir, tapi Emir kembali menariknya. Hingga kini tubuh mereka yang sudah saling menempel.

Emir sudah tidak bisa menggambarkan lagi isi hatinya saat ini. Ada sejuta bahagia dalam hatinya setiap kali mengingat nama Jamilah, setiap kali bersama Jamilah. Semuanya hanya rasa bahagia yang didapatkan hatinya.

Tangan kanan Emir melepas hijab Jamilah, sementara tangan kiri memeluk pinggangnya. Seakan Jamilah tidak boleh jauh dari pandangannya.

Tok...Tok...Tok...

"Ibu...Ibu...Oh Ibu... makan malam sudah siap" Teriak Alexander dari luar.

Telunjuk Emir sudah mendarat sempurna di bibir merah Jamilah. Sebagai tanda supaya Jamilah tidak bersuara menjawab panggilan Alexander.

"Kami masih kenyang. Jadi kami tidak ikut makan malam." Emir yang menjawab panggilan Alexander tanpa melepaskan telunjuknya.

Jamilah hanya menatap Emir sambil menahan nafasnya.

"Tidak masalah kalau kau masih kenyang. Lagian aku bertanya pada ibu." Balas Alexander tidak terima begitu saja apa yang dikatakan oleh Emir.

"Ibu mu sudah tidur, jadi jangan menggangunya." Emir tetap tidak ingin membukakan pintu untuk Alexander.

"Dad, kasihan ibu ku kalau sampai tidak makan." Kini Alexander selain berteriak, ia juga menggedor pintu kamar Emir.

"Ibu...Ibu bangun. Ayo kita makan malam." Alexander tidak ingin menyerah begitu saja sampai ia kembali berteriak dengan menggedor pintu.

Akhirnya dengan sangat menyesal sembari menahan emosinya Emir pun menyerah, "Kamu sendiri yang harus bilang pada Alexander, harus sama persis seperti yang tadi saya katakan." Jamilah mengangguk patuh.

Jamilah melepaskan telunjuk Emir, berjalan mendekat ke arah pintu setelah memakai kembali hijabnya. Lalu membuka pintunya dengan lebar.

"Memang ibu tidak ikut makan malam bersama kami?." Tanya Alexander sendu.

"Iya Alexander, ibu masih kenyang. Jadi maaf malam ini ibu tidak ikut makan malam bersama kalian." Jawab Jamilah dengan perasaan tidak enak harus menolak ajakan Alexander. Tapi akan lebih bahaya dan dosa jika mengabaikan Emir.

"Baiklah kalau ibu sudah kenyang. Aku makan bersama Kakek dan Bibi Isti." Dengan wajah cemberut dan tubuh yang lemas, Alexander pergi dari hadapan Jamilah. Kemudian Jamilah menutup pintu kamarnya kembali.

Ketika berbalik badan, Jamilah melihat Emir yang tersenyum kearahnya. Masih belum mengenakan baju, tapi sekarang rambut dan tubuhnya sudah tidak basah.

"Pakailah baju mu!. Hawa malam ini dingin sekali, sepertinya mau hujan." Jamilah mengambil baju yang sudah disiapkan untuk Emir. Tapi Emir malah membuangnya saat baju itu Jamilah letakkan ditangannya.

"Kenapa?." Tanya Jamilah keheranan, mengedarkan pandangan untuk melihat baju yang di lempar oleh Emir tapi entah kemana perginya baju tersebut.

"Saya tidak membutuhkan baju itu, karena yang saya butuhkan kamu." Emir kembali melepas hijab Jamilah. Merapikan rambut yang sedikit berantakan.

Pandangan matanya tertuju pada tiga kancing paling atas baju Jamilah. Baik Jamilah mau pun Emir kesulitan untuk menelan ludahnya sendiri. Kala tangan Emir sudah berada pada bagian kancing paling atas dan hendak membukanya.

Tok...Tok...Tok...

"Ibu...Ibu... Oh Ibu...Aku membawakan susu hangat untuk mu." Suara Alexander begitu nyaring, mengusik gendang telinga Emir dan momen yang sedang diciptakannya bersama Jamilah.

1
Nazwan Faiq
😭😭😭
Nazwan Faiq
Kecewa
Nazwan Faiq
Buruk
Farida Husein
mama nya alexsander kah 🤔🙆‍♀️
Farida Husein
semangat author
Nazwan Faiq
kok sedihh ya😭😭
kirei ardilla
aku pernah di posis Jamilah di langkah smp 2x, tapi yg pertama kali ibu aku ksih alasan ke org2 klw aku lgi nunggu pacarnya yg sedang kerja diluar kota. padahal kenyataannya ga seprti itu, aku memang lagi g punya hubungan sm siapapun dan aku lagi enjoy dengan kehidupan sendiri ku dan membahagiakan kedua ortu terutama ibu, karena jika sudah nikah pasti fokusnya bukan ke ortu lagi tapi ke pasangan kita. klw dilangkahi ke 2x nya udah g ada ibu(meninggal) jadi ga ada yg belain sprti itu lagi, hanya saja kakak2 sepupu aku pada nangis semua karena aku dilanfkah lagi. mungkin juga pola pikir aku hampir sm sprti Jamilah jadi biasa aja. jika ditanya org kapan nyusul Ade2 nya nikah? aku cukup bilang nanti akan ada undangan datang tanpa tau siapa pacar aku. terkadang mereka itu g mikir apa, jika punya anak perempuan digituan enak g? ga takut apa kalw kata2 itu balik ke mereka. emosi kadang2 klw dengar org gomong gitu.
Yashlaura
ukuran anak kelas 5 sd terlalu itu anak
zhoedjie liem
huh..bener* rubah si Tiffani...akhirnya ketahuan jg siapa bapak si bayi
Roha yati
Luar biasa
Roha yati
Buruk
Yashlaura
gimana 3 minggu usianya. sedangkan emir nyebutin jamila udah jadi istri beberapa bulan dan artinya emir d indo udah beberapa bulan
Kiki
Luar biasa
Anonymous
n
Rahmawati
bagus bgt
Ryan Jacob
semangat Thor
Sha Yusuf
begitu kurang diajar itu anak🥴🥴
Erlina Candra
Luar biasa
Lilik Farihah
bagus ceritanya ...sy suka sy suka😀
Alfi Yah
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!