Seorang remaja laki-laki yang masih bersekolah SMA terpaksa menerima permintaan sang mommy untuk menikah dadakan dengan anak mantan supirnya. Apakah sang anak akan menerimanya?.
Sedangkan sang mempelai perempuan tidak tahu siapa yang akan menikahinya. Dia sudah tak sadarkan diri ketika ijab qobul itu terjadi.
Entah mimpi apa aku semalam, dari seorang lajang sekarang sudah beristri.
-Greyvanno Alexander Geraldy
Siapa dia? benarkah suamiku?
-Naretta Andara Ibrahim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Winda keenandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Retta hendak pergi ke dapur untuk mengembalikan gelas, tapi di tahan oleh Vanno
"Jangan pergi Ta," kata Vanno sambil memegang tangan Retta.
Retta berhenti dan berbalik. Dia mengernyitkan dahi ketika melihat Vanno. Seketika dia berbalik dan meletakkan gelas diatas meja belajarnya kembali.
"Mas, kamu sakit?" tanya Retta sambil mengusap rambut Vanno. "Kok agak hangat Mas ini badannya. Mau diambilkan obat?" lanjutnya.
Vanno menggeleng. "Nggak usah. Sini, temeni tidur." Kata Vanno sambil menepuk-nepuk kasur di sampingnya.
Retta segera merangkak naik ke atas ranjang. Dia merapatkan selimut Vanno dan segera merebahkan diri di sampingnya.
Vanno tetap memejamkan mata ketika meraih Retta ke dalam dekapannya.
"Ma-mas…" Retta hendak memprotes tapi sudah dipotong oleh Vanno. "Sudah diam. Biar begini saja." Kata Vanno sambil mengeratkan pelukannya.
Retta menuruti keinginan Vanno. Dia menyandarkan kepalanya pada dada bidang Vanno. Hangat. Itu yang dirasakannya.
Malam itu, hujan masih turun dengan deras. Vanno dan Retta terlelap dengan nyenyak dalam tidurnya.
*****
Sore itu, Vanno dan Retta hendak pulang ke rumah Vanno. Besok mereka harus sekolah seperti biasa. Mereka sudah tidak bisa membolos seenaknya. Ujian sudah semakin dekat.
Sesampainya di rumah, Retta segera masuk ke kamarnya. Sementara Vanno masih mengobrol dengan mang Ijong.
Retta segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa saat kemudian, Vanno segera menyusul Retta ke dalam kamar.
Mendengar suara gemericik air, Vanno tersenyum smirk. Dia berjalan mendekat menuju pintu kamar mandi.
Tok…. tok…. tok.
Vanno mengetuk pintu kamar mandi sedikit lebih keras.
"Siapa?, Mas?" tanya Retta dari dalam kamar mandi. Vanno diam tidak menjawab. "Mas Vanno? kamu kah itu?" tanyanya lagi.
Karena masih tidak ada jawaban, Retta melanjutkan mandinya. Beberapa saat kemudian Vanno mengetuk pintu lagi.
Karena Retta merasa kesal, dia segera melilitkan handuk pada tubuhnya yang masih penuh dengan busa sabun dan rambut masih penuh dengan sampo.
Ceklek.
Retta membuka sedikit pintu kamar mandi dan melongokkan kepala keluar. Ketika hendak menoleh, kepalanya berbenturan dengan kepala Vanno.
Dugh. Aaauuww.
Teriak mereka bersamaan. Vanno dan Retta sama-sama terkejut. Retta segera berusaha menutup pintu kamar mandi. Dia merasa malu.
"Eits, jangan ditutup pintunya," cegah Vanno sambil memegangi pintu agar tidak di tutup oleh Retta. "Aku ikut mandi bareng." lanjut Vanno sambil tersenyum smirk.
Retta segera membulatkan mata dengan lebar. Dia segera menggeleng.
"Tidak-tidak. Mas Vanno mandi saja nanti jika aku sudah selesai." Kata Retta sambil segera menutup pintu kamar mandi dan menguncinya ketika Vanno lengah.
Vanno mendengus dengan kesal. Dia segera berbalik dan keluar dari kamar menuju teras belakang.
Beberapa saat kemudian, Retta sudah selesai membersihkan diri. Dia segera menuju dapur untuk mencari bi Mar. Retta berniat membantu bi Mar untuk memasak makan malam
*****
Mommy menelepon Vanno dan Retta malam itu setelah makan malam. Mommy memberitahu jika pekerjaannya masih ada sedikit kendala, jadi belum bisa pulang cepat.
Mommy berjanji akan pulang sebelum ujian nasional Vanno dan Retta berlangsung. Dia ingin menemani anak dan menantunya selama menjalankan ujian nasional.
Setelah selesai, Vanno dan Retta membuka buku pelajarannya. Mereka sudah mulai bisa saling berinteraksi satu sama lain. Retta dan Vanno mulai membahas materi pelajaran bersama-sama. Tak jarang mereka saling memberi soal satu sama lain.
Vanno dan Retta tidak lagi belajar di meja belajarnya masing-masing, tetapi belajar di atas ranjang. Mereka menggelar buku-buku pelajaran mereka di atas kasur dengan kepala Vanno berada pada paha Retta. Sedangkan Retta, bersandar pada kepala ranjang.
Entah mulai jam berapa mereka tertidur. Mungkin karena capek. Mereka bahkan tidak menyadari jika buku pelajarannya masih berserakan di atas tempat tidur.
.
.
.
.
.
\=\=\=\=\=
Sabar dulu sampai ujian ya...
Sebentar lagi kok 🤭🤭🤭